webnovel

Jodoh [Aku yang Memilihmu]

Gathan yakin kalau dia telah menjatuhkan hatinya pada wanita yang tepat. Maka dari itu dia akan menggunakan seluruh waktunya untuk mencintai wanita yang dipilih oleh hatinya. Meskipun akan sulit, tapi dia akan tetap berusaha. Sekalipun masalahnya ada pada keluarganya. Tanyakan pada hatimu, apakah ia siap untuk selamanya ku jatuhi? Jika jawabannya iya, aku akan membuatmu berada di pihak yang diperjuangkan sedangkan aku yang berjuang__Gathan. Jika jawabanku iya, tapi semesta tak mendukung kita. Apakah kamu masih mau memperjuangkan aku?__Rana.

seinseinaa · History
Not enough ratings
230 Chs

Bab 11

Begitu keluar dari klub fotografi, Rana dikejutkan dengan kehadiran Gathan yang berdiri bersandar di sebelah pintu.

"Woy! Bro! Lo ngapain ada di sini? Jemput gue ya?" seruan Binar di belakang Rana membuat gadis itu menoleh.

"Ngarep lo! Gue mau jemput Rana," oceh Gathan.

"Ck, kayak dia mau aja sama lo," cibir Binar.

"Mau dong, Ran. Daripada lo kemalaman kayak kemarin. Nyari angkot susah," bujuk Gathan pada Rana.

Rana terlihat menimbang-nimbang tawaran Gathan barusan.

"Udah, Ran. Terima aja. Tumpangan gratis lho," ucul Binar.

"Ehm, nggak apa-apa nih? Nggak ngerepotin lo?" tanya Rana tak enak.

"Ya eng..."

"Enggak dong, Gathan mah di repotin sama lo mau aja kali, Ran. Apapun akan dia lakukan untuk lo," sahut Binar memotong ucapan Gathan.

Gathan melirik Binar sinis. "Gue nggak repot kok," jawabnya tersenyum lebar.

"Ya udah ayo." Rana akhirnya menerima tawaran Gathan untuk diantar pulang.

"Alhamdulillah," seru Binar.

"Apaan sih lo? Udah sono cabut! Mewek di tembok karena Keket lagi kencan," ejek Gathan sebelum berlalu pergi.

*****

Motor milik Gathan membelah jalanan Ibu Kota yang mulai gelap. Rana membonceng di belakangnya. Gadis itu bersyukur karena hari ini Gathan ke sekolah membawa motor dan bukan mobil. Hingga dia tidak harus duduk bersebelahan dengan pria itu.

Selama perjalanan Rana hanya menikmati pemandangan di kanan kirinya. Jantungnya berdetak kencang karena terkadang tubuhnya menempel pada punggung kokoh Gathan. Tangannya dibiarkan menggantung di samping kanan dan kiri, terkadang memegang bamper motor bagian belakang.

"Pegangan, Ran. Nanti kalau jatuh gimana? Jatuh di hati gue sih enak, kalau jatuh di aspal sakit," teriak Gathan di sela deru kendaraan dan angin yang berhembus kencang.

"Ini juga udah pegangan kok," sahut Rana ikut berteriak.

"Maksud gue gini lho," ujar Gathan menarik tangan kiri Rana dan membawanya ke depan. "Pegangan pinggang gue," suruhnya kemudian.

Rana tentu saja kaget dengan apa yang dilakukan Gathan barusan. Ragu-ragu dia membawa tangan sebelah kananya untuk pegangan di pundak pria itu.

"Nah, gitu dong." Gathan tersenyum senang. Diliriknya wajah Rana yang merona lewat kaca spion.

Mereka sampai di rumah Rana dengan selamat. Gathan menghentikan motornya di depan gerbang rumah Rana. Membiarkan gadis itu turun dulu sebelum ia juga ikut turun.

"Ayok masuk!" ajak Rana.

"Eh, lo mau kemana?" tanya Rana panik.

"Masuk ke dalam dong, Na. Masa' pulangin anak orang nggak pamit dulu," celoteh Gathan.

"Nggak usah!" cegah Rana menarik lengan Gathan.

"Kenapa? Nggak enak dong sama orangtua lo kalau gue pergi gitu aja."

"Biar gue nanti yang ngomong, lo pulang aja deh," ujar Rana.

"Tapi 'kan..."

"Udah, pokoknya lo pulang aja," paksa Rana mendorong Gathan agar naik ke motornya.

"Sapa aja masa' nggak boleh?"

"Enggak."

"Titip salam deh," ucap Gathan pada akhirnya.

"Iya, nanti gue salamin.Udah sana pergi!" usir Rana cepat.

"Ya udah, bye cantik." Gathan akhirnya melajukan motornya meninggalkan rumah Rana.

Rana menghembuskan nafasnya lega begitu motor Gathan mulai menjauh. Setelahnya ia masuk ke dalam rumah.

"Dianterin siapa, Ran?" tanya Rajasa pada putrinya.

"Hah?" Rana menoleh kaget dan melihat Ayahnya berdiri di belakangnya. "Gathan, Yah," jawabnya kemudian.

"Kok nggak di suruh masuk dulu?" tanya Rajasa heran.

"Ehm, udah malam, Yah. Takut orangtuanya nyariin," ujar Rana memberi alasan.

"Oh." Rajasa mengangguk. "Ya udah, kamu mandi sana. Bau banget," ejeknya kemudian membuat Rana manyun.

"Aku ke kamar dulu,Yah."

"Iya."

*****

Gathan bersiul sembari memainkan kunci motor di tangannya. Wajahnya terlihat sangat ceria saat masuk ke dalam rumahnya. Saking senangnya dia sampai tak menyapa Mamanya yang tengah duduk santai di ruang keluarga, melewati begitu saja menuju tangga.

"Kamu dari mana, Than? Kok jam segini baru pulang?" tegur Ratih saat melihat putranya hanya melewatinya begitu saja.

Gathan menghentikan langkahnya dan menoleh ke samping. "Nganterin temen pulang dulu, Ma," jawabnya tersenyum lebar.

"Gebetan kamu itu?" tanya Ratih lagi.

"Iya, Ma."

"Sekolah kamu gimana? Udah beres? Sampai kamu main-main kayak gini?" Adipura yang baru keluar dari ruang kerjanya bertanya dengan mimik serius.

"Beres kok, Pa. Ulangan tadi aku dapat nilai sempurna. Tes kuda, renang, karate aku juga dapat nilai A. Laporan yang di kirim Om Nadim juga udah aku baca. Aku mau beli saham milik Granit Departemen Store," lapor Gathan panjang lebar.

"Baguslah. Papa juga setuju dengan rencana kamu membeli saham ritel milik Darmawan." Adipura dengan santai duduk di sebelah Ratih. Meskipun kalimatnya memuji, ekspresi di wajahnya tidak berubah. Tetap kaku seperti biasanya.

"Ya udah, aku ke atas dulu. Mau mandi."

"Iya."