30 Gagal

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Amarah pun menyeruak di hati Zhu Haimei. Ia lalu melangkah ke depan trolinya untuk menghalangi mereka menghancurkan dagangannya dan berkata, "Para pekerja kan sudah tidak bisa keluar. Kenapa kalian masih ingin menghancurkan daganganku?"

Tubuh Zhu Haimei tidak pendek dan juga tidak kurus, saat ia berdiri di depan trolinya seperti itu, ia bisa menutupi setengah bagian dari troli tersebut. Sekarang akhirnya ia bisa melihat manfaat menjadi orang gemuk.

"Kamu mendapatkan informasi dengan cukup jelas rupanya. Kamu bisa secepat ini tahu mengenai para pekerja yang tidak diperbolehkan keluar pada siang hari. Apakah ada orang yang kamu kenal di dalam lokasi konstruksi? Siapa? Ayo katakan, biarkan kami mendengar apakah pendukungmu itu kuat atau tidak?" Kata pemimpinnya itu dengan setengah berbohong.

Zhu Haimei sering mengalami hal seperti ini di kehidupan masa lalunya. Ia tahu bahwa pemimpinnya itu sedang mencoba untuk menjebaknya. "Suamiku adalah Komandan Kompi di wilayah militer. Jika hari ini kalian berani menghancurkan daganganku, kalian harus berhati-hati." Zhu Haimei mengancam balik mereka. 

Zhu Haimei tidak menduga bahwa beberapa orang itu akan menertawakannya. "Apa Komandan Kompi akan menikahi orang gemuk yang berjualan makanan sepertimu?" Tanya pemimpin gerombolan itu sambil menahan tawa.

Salah satu dari mereka bahkan tertawa sampai terpingkal-pingkal. "Kak Chun, Jangan berkata seperti itu. Berhati-hatilah, atau kamu akan dipukuli dengan tongkat hitam di jalan."

Sikap mereka benar-benar membuat Zhu Haimei menjadi sangat marah. "Kalian jangan keterlaluan jika mengganggu orang."

"Jangan buang-buang waktu lagi di sini, cepat hancurkan." Kata pemimpin gerombolan tersebut, dan mereka pun mulai beraksi.

Zhu Haimei lalu meraih sekop di trolinya dan memukulkan sekop itu ke dahinya sendiri. Ujung sekop tersebut menghantam sudut dahinya, dan darah segera mengalir ke bawah. Lukanya sekarang terasa sangat menyakitkan, lebih menyakitkan daripada hantaman mangkuk yang dilemparkan Shen Dongyuan dulu.

Sekelompok orang itu tiba-tiba tertegun, menurut mereka, wanita ini terlalu bengis.

"Hentikan." Terdengar suara terengah-engah dari arah gerbang.

Mereka lalu menoleh ke arah sumber suara, ternyata itu adalah Ketua Xue yang sedang berjalan ke arah mereka. "Xiao Chun, bukankah Bos Zhang sudah mengeluarkan perintah. Kenapa kamu tidak melepaskannya?" Ujar Ketua Xue yang saat itu sudah berada di hadapan mereka.

Ternyata pemimpin sekelompok preman itu bernama Xiao Chun, ia terlihat benar-benar tidak menghormati ketua Xue. "Ketua Xue, bukankah masalah ini tidak ada hubungannya denganmu?"

"Ya, ini tidak ada hubungannya denganku. Tapi Xiao Chun, apakah kalian pikir tindakan kalian yang mengepung seorang gadis seperti ini adalah tindakan yang baik? Bagaimana jika hal ini terjadi pada saudara perempuan kalian?"

Ucapan barusan membuat Xiao Chun merasa jengkel. "Ketua Xue, lebih baik kamu urus urusanmu sendiri."

"Jika ada ketidakadilan yang terjadi, aku memang harus ikut campur. Jika hari ini Ketua Zhang ada di sini, ia mungkin juga tidak akan menyetujui tindakanmu ini."

Xiao Chun mendengus kesal, lalu menatap Zhu Haimei dan mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah perempuan tersebut. "Aku akan melupakan masalah hari ini. Jika kamu masih berani datang ke sini, tidak akan ada orang yang bisa menghentikanku lagi, ayo pergi!" Mereka pun berbalik dan pergi.

"Ketua Xue, maaf sudah merepotkanmu." Zhu Haimei berkata dengan tulus.

Ketua Xue lalu mengerutkan keningnya dan berkata, "Kamu ini juga benar-benar keterlaluan. Kamu terlalu keras pada dirimu sendiri. Cepat pergi dan obatilah lukamu."

Zhu Haimei lalu menutupi lukanya setelah mendengar ucapan barusan. "Aku tidak apa-apa, Ketua Xue. Tolong kembalilah ke dalam dan beritahu para pekerja bahwa hidangan hari ini gratis. Setelah pekerjaan mereka selesai, suruh mereka datang ke sini untuk mengambil makanannya. Anggap saja sebagai rasa terima kasihku pada mereka semua yang selama ini sudah mendukungku berjualan di sini."

Ketua Xue lalu menoleh ke troli Zhu Haimei dan menghela nafas. Seluruh hidangan yang ada di troli tersebut merupakan hidangan yang sangat jarang ia temukan di rumahnya. "Kamu adalah gadis yang rajin bekerja. Jika kamu tidak bisa berjualan di sini, kamu bisa mencari nafkah dimanapun."

Zhu Haimei menundukkan kepala untuk menyembunyikan kesedihannya. "Ketua Xue, jangan lupa menyampaikan pesanku kepada para pekerja. Aku akan menunggu mereka semua di sini sampai pekerjaan mereka selesai."

Ketua Xue lalu menghela nafas lagi setelah mendengar ucapan Zhu Haimei yang bersikukuh untuk menunggu para pekerja keluar. "Kamu jangan menyerah untuk terus berusaha. Dunia ini memang seperti ini, ada orang-orang yang suka mengganggu, tapi ada juga orang yang baik."

Zhu Haimei hanya membalas ucapan tersebut dengan senyuman pahit. "Aku tidak apa-apa."

Setelah itu, Ketua Xue pun pergi, dan Zhu Haimei kembali termenung untuk menunggu para pekerja pulang.

Peristiwa barusan menunjukkan bahwa, tidak peduli di era apapun, hukum rimba akan selalu berlaku. Sejak kecil, ia adalah gadis yang baik dan belum pernah melihat perkelahian, bertemu dengan penjahat apalagi mengalami perampokan. Semua hal buruk itu hanya ia lihat di berita, novel, atau TV. Ia selalu berpikir bahwa dirinya akan jauh dari hal-hal buruk seperti itu, tetapi ia tidak menyangka bahwa hal itu akan terjadi padanya seperti sekarang.

Tetesan darah di dahinya mengering, tetapi lukanya menjadi merah dan membengkak. Zhu Haimei lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahinya dan mendesah kesakitan. Ini pertama kalinya ia menyakiti dirinya sendiri. Saat memikirkan hal itu, ia pun tertawa. Mungkin ini adalah titik balik nasibnya agar ia menjadi seseorang yang lebih kuat.

Sekarang sudah pukul setengah enam sore, sudah waktunya para pekerja untuk pulang. Pintu gerbang lokasi konstruksi perlahan-lahan terbuka, dan orang pertama yang keluar dari pintu gerbang adalah Ketua Xue. Ia mendatangi Zhu Haimei sambil membawa satu mangkuk nasi. "Nona, aku juga datang untuk mengambil makanan. Apakah kamu tidak keberatan?"

"Tentu saja tidak." Kata Zhu Haimei seraya tersenyum. Meskipun ia tidak bisa berjualan di sini lagi, tetapi ia juga harus berterima kasih kepada para pekerja yang selalu membeli dagangannya. Zhu Haimei lalu segera meraih sendok untuk mengambilkan Ketua Xue semangkuk nasi. Setelah itu, ia juga menyendokkan bermacam-macam lauk yang ada hingga makanan di dalam mangkuk Ketua Xue terlihat menjulang tinggi. Setelah ketua Xue mengatakan, 'sudah, sudah', para pekerja yang ada di belakangnya pun langsung berbaris dengan spontan.

Zhu Haimei selalu berterima kasih kepada setiap pekerja yang datang. Ia mengucapkan dua kata tersebut dengan tulus. Menurutnya, para pekerja di lokasi konstruksi itu sama lucunya dengan para prajurit yang pernah datang ke rumahnya dengan membawa telur.

Sementara itu, bus yang dinaiki Zhong Yan sedang melewati lokasi konstruksi tempat Zhu Haimei berjualan. Para pekerja yang berdiri di sekitar troli jualan Zhu Haimei itu menyita perhatiannya. Setidaknya ada tujuh puluh atau delapan puluh orang yang mengerubuti kios jualan Zhu Haimei. Dan ternyata bukan hanya Zhong Yan, tetapi semua orang yang ada di dalam bus juga melihat kerumunan tersebut.

Lalu tiba-tiba seseorang yang ada di dalam bus berteriak. "Lihatlah sekelompok orang itu, sedang apa mereka?"

Akan tetapi, bus itu tetap melaju dengan cepat dan melintasi kerumunan tersebut dalam sekejap. Meskipun begitu, Zhong Yan bisa mengenali orang yang berdiri di depan troli dan memberikan makanan untuk orang-orang tersebut, itu adalah Zhu Haimei. Kenapa ia belum pernah melihat Zhu Haimei di sana sebelumnya?

Tentu saja Zhong Yan belum pernah melihatnya sebelumnya, karena Zhu Haimei selalu menjual makanannya pada siang hari, dan Zhong Yan tidak pernah pulang pada siang hari.

Setelah turun dari bus, Zhong Yan melihat ke arah tempat Zhu Haimei berjualan. Kerumunan orang tersebut tampaknya sudah hendak membubarkan diri. Zhong Yan kemudian tersenyum sinis. Ternyata Zhu Haimei bisa membeli dua kipas angin sekaligus, karena ia berjualan makanan di sini. Ia kemudian merasa marah saat teringat kejadian di mana Zhu Haimei mempermalukannya di depan umum, hingga menyebabkan ia bertengkar dengan Zhang Zhonghai. 

Zhong Yan lalu berbalik dan berjalan menuju wilayah militer dan memutuskan untuk tidak ikut campur dengan masalah Zhu Haimei. Lagi pula, ia dan Zhu Haimei juga tidak saling melanggar batas masing-masing. Jika Zhu Haimei ingin melampaui kemampuan Zhong Yan, sebaiknya Zhu Haimei melakukannya di kehidupan yang selanjutnya saja.

Di sisi lain, Zhu Haimei merasa terharu dengan sikap para pekerja. Mereka baru meninggalkan kios Zhu Haimei setelah mengobrol sangat lama. Beberapa orang yang akrab dengan Zhu Haimei, terlebih dahulu membantu Zhu Haimei untuk berkemas lalu pergi.

Saat ia menarik trolinya, hatinya merasa sangat kehilangan. Meskipun ia mengeluarkan banyak uang untuk pekerjaan ini, tetapi pekerjaan ini juga memberinya banyak kekayaan dan kebahagiaan. Baginya, semua tingkatan tenaga kerja itu sama, terutama di era saat ekonomi belum berkembang seperti ini. Menurutnya, tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik seperti para pekerja konstruksi itu patut untuk lebih dihormati.

Hari sudah malam saat Zhu Haimei pulang ke rumahnya yang ada di wilayah militer. Akan tetapi, karena ada cahaya rembulan, langitnya pun tidak terlalu gelap. Sekarang cuaca menjadi semakin dingin karena sudah hampir memasuki musim gugur. Zhu Haimei lalu mengeratkan mantelnya dan bergegas pulang.

Ketika Zhu Haimei baru memasuki gedung, ia melihat Zhong Yan dan suaminya sedang berjalan-jalan dengan bergandengan tangan. Jika mau mengatakan siapa yang kehidupannya paling nyaman di sini, jawabannya tentu saja mereka berdua. Kebanyakan para prajurit yang ada di sini berasal dari pedesaan dan harus tinggal terpisah dari istri dan anak-anaknya. Akan tetapi, ada beberapa istri yang ikut tinggal di wilayah militer ini karena mengikuti suami mereka, dan ingin memperhatikan kehidupan suami mereka. Sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga yang mampu. Sedangkan mereka yang hidup dalam kemiskinan, tetapi masih berani tinggal di sini adalah orang yang polos dan tidak tahu malu. 

avataravatar
Next chapter