webnovel

Hukum Rimba (Siapa Yang Kuat, Dia Yang Menang)

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Zhu Haimei setiap hari memasak empat baskom besar nasi dan empat hidangan dingin, serta enam hidangan panas. Ia membutuhkan waktu dua jam lebih untuk mempersiapkan dagangannya. Sekarang, waktu untuk menjual makanannya diperpanjang setengah jam, dan itu membuatnya kelelahan. Akan tetapi, selain menyibukkan diri dengan pekerjaannya, tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan lagi untuk menghabiskan waktu. Lagipula, selama ia punya cukup uang untuk ditabung, maka hatinya akan merasa tenang.

Biasanya setelah selesai menjual makanan, Zhu Haimei akan kembali ke rumah kecilnya, lalu bersantai dengan duduk di kursi santai sambil menikmati sepoci teh, dan membaca sebuah buku. Ia tidak akan bisa menikmati waktu luang seperti itu di kehidupannya yang sebelumnya.

Namun hari itu, saat ia baru saja selesai menjual makanannya dan bersiap-siap untuk pulang, ia melihat ada beberapa orang yang berjalan ke arahnya. Ia mengira bahwa mereka adalah pelanggannya, dan berteriak untuk memberitahu mereka. "Makanannya sudah habis, datanglah lebih awal besok."

Namun mereka tetap meneruskan langkah mereka untuk menghampiri Zhu Haimei.

Hal tersebut membuat Zhu Haimei terkejut dan terbesit firasat buruk di hatinya.

"Siapa yang mengizinkanmu berjualan di sini?" Tanya salah satu orang yang sepertinya pemimpin mereka, saat ia tiba di hadapan Zhu Haimei.

Zhu Haimei lalu membatin, 'Rupanya mereka datang untuk memalak.' Begitu mendengar orang itu berbicara dengan nada yang kasar, Zhu Haimei pun ikut tersulut emosi. "Siapa kalian?"

Pemimpin dari kelompok tersebut lalu tersenyum dan mengarahkan jarinya ke dalam lokasi konstruksi.

Zhu Haimei pun mengerti apa maksud orang tersebut. Ternyata mereka adalah orang-orang dari kantin lokasi konstruksi. Pemimpin orang-orang itu kemudian berkata, "Kami sudah membiarkanmu berjualan di sini selama beberapa bulan. Sekarang berhentilah, jangan terlalu serakah."

Serakah? Apa mereka bercanda? Apakah Zhu Haimei bisa disebut serakah jika dalam satu hari hanya mendapatkan uang beberapa yuan saja setelah bekerja sangat keras?

"Kakak, bisnisku ini bisnis kecil-kecilan. Aku hanya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan makan. Hanya ada beberapa pekerja yang makan di sini, jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah pekerja yang makan di kantin kalian."

Pria itu kemudian melambaikan tangannya seraya berkata, "Ah jangan begitu, jangan berkata seperti itu. Baiklah, besok jangan datang lagi. "

Mereka jelas-jelas mengintimidasi Zhu Haimei, ia kemudian membalas mereka dengan berkata, "Aku juga tidak melanggar hukum saat berjualan di sini, jadi besok aku akan tetap datang ke sini."

"Aduh, ternyata kamu ini orang yang keras kepala."

Karena ia tidak merasa ada yang salah dengan ucapannya, Zhu Haimei pun membalasnya. "Jangan menyebutku keras kepala, aku hanya mengatakan yang sebenarnya." Zhu Haimei tampak sibuk membereskan barang dagangannya, ia sedang menumpuk beberapa baskom sayuran menjadi satu.

Di belakang pria yang menjadi pemimpin sekumpulan orang yang mendatanginya itu, tiba-tiba muncul seorang anak muda. Ia menendang beberapa baskom lauk milik Zhu Haimei hingga jatuh berantakan, bahkan baskomnya mengelinding sejauh dua meter.

Tindakan anak itu membuat Zhu Haimei terkejut. Ia lalu dengan cepat berkata, "Apa yang kamu lakukan?"

Anak muda itu justru mengacungkan telunjuknya ke hadapan Zhu Haimei. "Apa yang aku lakukan? Aku peringatkan kamu, besok jangan berjualan lagi di sini!"

"Urus saja urusanmu sendiri, jangan mempedulikanku." Balas Zhu Haimei dengan tegas.

Pemimpin gerombolan itu lalu melangkah maju ke arah Zhu Haimei sambil menunjuk wajah Zhu Haimei seraya berkata, "Aku bilang, kamu tidak boleh datang lagi besok. Kalau kamu datang lagi, kami tidak akan melepaskanmu."

Zhu Haimei lalu menampik jari orang itu dari hadapannya sambil tertawa dingin. "Kalau begitu aku akan menunggumu datang untuk menghancurkan kiosku." Tantang Zhu Haimei. Kenapa orang-orang di sini sangat suka menunjuk orang lain dengan jarinya?

"Aduh, kamu rupanya galak juga. Baiklah, karena kamu masih akan datang lagi besok, kita tunggu saja. Semuanya, ayo pergi." Setelah itu, mereka semua pergi meninggalkan kios Zhu Haimei.

Zhu Haimei sangat marah dengan tindakan mereka. Pengganggu memang ada di mana-mana, tetapi ia tak menyangka bahwa kali ini ia harus berurusan dengan mereka. Jika unit penegak hukum yang menyuruhnya pergi, maka ia pasti akan pergi dengan patuh. Akan tetapi, orang-orang barusan justru terang-terangan mengancamnya.

Sekarang apa yang harus ia lakukan?

Jika tidak ada yang mau memberi tahu polisi, maka polisi mungkin tidak akan peduli dengan perselisihan kecil ini.

Zhu Haimei lalu berjongkok untuk mengambil baskomnya yang berserakan. Semua baskomnya terbuat dari bahan enamel, sehingga pinggirannya akan mudah rusak jika ditendang. Ia pun menghela nafas sambil membersihkan kotoran yang menempel pada baskom, lalu meletakkannya lagi di troli. Baguslah jika baskomnya tidak rusak, itu berarti ia masih bisa menggunakannya lagi.

Dalam perjalanan pulang, suasana hatinya masih suram. Bisakah ia menyuruh Shen Dongyuan datang untuk membantunya besok? Namun, saat ia teringat tatapan mata Shen Dongyuan yang menatapnya dengan tatapan dingin, Zhu Haimei langsung mengurungkan niatnya. Lihat besok saja lah, pikir Zhu Haimei.

Hari itu, Zhu Haimei tinggal di rumah kecilnya hingga sore. Ia berencana untuk pulang jika langit sudah gelap. Saat ia pulang, bulan sudah perlahan naik ke atas langit, dan cahaya keemasannya menyinari jalanan yang ia lewati, sangat indah. Meskipun langit malam ini tampak indah, tetapi Zhu Haimei masih merasa gelisah karena mengkhawatirkan hari esok.

Keesokan harinya, Zhu Haimei bangun pagi-pagi sekali untuk memasak Suancailiuyupian (tumis fillet ikan goreng dengan acar kubis), dan hongshaorou (daging perut babi bumbu kecap) serta mayoubanjisi (ayam suwir dan salad), juga hongshaoqiezi (tumis terong) dengan sepenuh hati. Seluruh makanan yang dimasak oleh Zhu Haimei adalah hidangan utama. Ia memasak seluruh hidangan tersebut dengan sepenuh hati. Jika hari ini ia benar-benar gagal untuk menjualnya, maka ia akan memberikan semuanya kepada orang-orang yang ada di lokasi konstruksi sebagai bentuk ucapan terima kasih atas dukungan mereka selama ini.

Namun, setelah jam dua belas siang lewat, tidak ada orang yang membuka gerbang lokasi konstruksinya, dan tidak ada seorangpun yang keluar.

Sementara itu, Zhu Haimei sudah mengenakan celemek dan berdiri di depan trolinya. Matanya menatap pada deretan baskom makanan yang sudah ia siapkan. Dalam cuaca panas dan kering ini, tiba-tiba hatinya merasa dingin.

Zhu Haimei lalu mengalihkan pandangannya ke arah gerbang lokasi konstruksi, dan menatap gerbang tersebut tanpa berkedip. Ia berharap gerbang itu akan terbuka. Tak lama kemudian, ada seseorang yang keluar dari celah kecil pintu gerbang yang terbuka. Ia sangat terkejut saat melihat bahwa itu adalah Xiao Huzi.

Xiao Huzi berlari dengan sangat cepat untuk menghampirinya. "Kakak."

"Huzi, bagaimana kamu bisa keluar?"

"Kak, Ketua Xue menyuruhku memberitahumu untuk pulang. Orang yang mengambil alih kantin adalah kerabat dekat ketua lokasi konstruksi. Semua mandor telah diberitahu dan para pekerja tidak diizinkan keluar pada siang hari."

Zhu Haimei langsung terkejut setelah mendengar ucapan Xiao Huzi barusan. Namun sebelum ia merespon ucapan tersebut, Xiao Huzi sudah berlari menjauh. Zhu Haimei benar-benar tak menyangka bahwa para pekerja dilarang untuk keluar. Hal ini benar-benar membuat Zhu Haimei tersulut emosi.

Meskipun gerbang lokasi konstruksi kembali tertutup, tetapi Zhu Haimei masih berterima kasih pada ketua Xue. Tentu saja ia ingat bahwa ketua Xue lah yang membantunya membawa troli dan menyemangatinya saat ia pertama kali datang untuk berjualan di sini. Jika bukan karena bantuan Ketua Xue, Zhu Haimei tidak tahu apakah ia bisa melakukan semua ini.

Dan barusan, Ketua Xue masih berbaik hati dengan menyuruh Xiao Huzi untuk keluar dan memberitahunya tentang informasi tersebut. Zhu Haimei tidak bisa memikirkan kata-kata lain selain ucapan terima kasih untuk Ketua Xue.

Jika Zhu Haimei tidak menjual makanan, maka apalagi yang bisa ia lakukan? Apakah ia bisa kembali ke profesi lamanya di era ini? Akan tetapi, bagaimana ia bisa mengembangkannya tanpa bantuan komputer dan alat-alat canggih lainnya?

Ketika matahari bergerak ke barat, Zhu Haimei sedang duduk di samping troli dan tidak bergerak sedikitpun. Meskipun ia belum makan siang, tetapi ia tidak merasa lapar sama sekali.

Zhu Haimei tidak bisa memungkiri bahwa pekerjaan ini benar-benar telah membantunya memenuhi semua keinginannya sejak ia terlahir kembali ke dalam tubuh ini. Jika bukan karena pekerjaan ini, bagaimana ia bisa bertahan di tempat yang asing baginya? Apalagi ia masih harus menghadapi ejekan dari orang-orang dan hinaan dari Shen Dongyuan.

Ia akan tetap menunggu di dekat lokasi konstruksi, bahkan jika harus menunggu sampai hari berubah menjadi gelap. Bagaimanapun juga, ia harus memberikan semua makanan itu kepada para pekerja yang biasanya menjadi pelanggannya.

Tetapi sebelum para pekerja itu keluar, sekelompok orang yang kemarin mendatanginya, kini datang lagi.

Zhu Haimei mengambil nafas dalam lalu berdiri perlahan, dan mengepalkan tangannya dengan erat. Kalau mereka berani memulainya, ia akan meladeni mereka sampai selesai. Wajahnya berubah serius seiring dengan tekadnya yang sudah bulat.

Sekelompok orang tersebut masih dipimpin oleh pria yang kemarin. Pria itu berjalan mendekati Zhu Haimei lalu dengan nada mengejek berkata, "Kemarin aku sudah menyuruhmu untuk tidak datang. Lihatlah, tidak ada seorangpun dari pelangganmu yang datang ke sini. Kalau kamu masih berani, kembalilah lagi besok"

"Ya, tentu saja."

"Ehei, masih keras kepala juga. Apa yang aku katakan kemarin? Hancurkan."

Next chapter