webnovel

Menjaga Jasmine

Romeo memperhatikan orang-orang yang sedang sibuk bermain futsal, dalam hati ia berpikir mengapa anak-anak klub futsal dan juga olah raga lain terlihat begitu semangat di pagi hari, padahal hari ini cukup terik dan akan diadakan upacara.

"Lagian nih upacara kapan mulainya, sih? Panas gini," gerutu anak tersebut dengan berdecak dan memutar bola matanya ke arah lain.

Saat menoleh ke tepian lapangan yang lain, ia melihat seorang senior dengan bola di tangan kirinya yang terlihat menekuk alis dan marah-marah pada teman satu kelas Romeo. "Ngapain tuh anak di sana?" gumam Romeo dengan heran. Ia tak tahu nama temannya yang sedang dimarahi oleh senior tersebut, namun ia tahu jika ia berada di kelas yang sama dengannya.

Romeo mulai berdiri dan berjalan mendekat ke mereka, namun mendengar satu hal yang mereka bicarakan membuatnya berhenti dan mulai mendekat secara diam-diam.

"Jasmine? Lo yakin Jasmine orangnya?" tanya si senior dengan nada kesal.

Romeo mulai duduk berjongkok di dekat mereka, namun tak terlihat karena ia duduk di belakang tong sampah yang cukup besar ukurannya di depan sebuah kelas. Anak itu langsung tak ingin ikut campur karena mendengar nama gadis yang ia suka mulai disebut. Awalnya ia mendekat hanya untuk memastikan bahwa teman satu kelasnya itu tak sedang mengalami perundungan, terlebih ia tahu jika ada satu anak futsal yang terkenal suka menindas anak-anak lemah. Sekarang ia mendengar nama Jasmine dari mulut si senior, tentu membuatnya semakin khawatir. Ia tak mau jika senior tersebut akan melukai gadis tersebut.

Senior itu berdecih dan tersenyum miring saat anak di hadapannya mengangguk dengan mantap. Ia lantas bertanya siapa Jasmine dan bagaimana ciri-cirinya. Anak di hadapannya itu langsung memalingkan wajah dan mencari sosok Jasmine yang ia sebutkan tadi, ia yakin jika Jasmine tadi baru saja lewat untuk menuju ke entah ke mana.

'Sialan, mau apa nih kingkong ke Jasmine?' batin Romeo semakin khawatir.

"Nah!" Teman satu kelas Romeo itu langsung menunjuk seorang gadis yang tengah melambaikan tangan ke temannya. "Itu! Ranbut lurus, yang satunya Kirana, temen baiknya."

Si senior bertubuh tinggi nan gagah itu mulai tersenyum licik dan mendorong bahu anak di hadapannya. Ia langsung menatap tajam anak di hadapannya dan berkata, "Gue bakal bikin perhitungan sama ceweknya."

Dimas, anak yang tengah berdiri dan hampir terjengkang ke belakang itu mengangguk dengan canggung. Ia dengan cepat bergegas pergi dan tak ingin lagi berurusan dengan Rian, si senior yang entah memiliki masalah apa dengan Jasmine tersebut.

'Gue tandain lo, muka gepeng!' Romeo mulai marah dan memaki temannya dalam hati.

Rian langsung berjalan menuju ke tempat Jasmine dan juga Kirana yang tengah berjalan. Saat mulai mendekat, ia langsung melempar bola ke atas dan langsung menendangnya sekuat tenaga hingga hampir mengenai dua gadis yang berjalan dengan damai tersebut. Dengan percaya diri ia langsung memasang wajah bersalah dan berlari ke arah mereka.

"Lo nggak apa-apa?"

"Lo nggak apa-apa?"

Jasmine menoleh ke belakangnya setelah ucapannya terdengar dibarengi oleh seseorang. Ia sedikit terkejut dan langsung menekuk alisnya melihat Rian yang tampak khawatir dan bertanya demikian.

"Lo kira-kira dong, kalo main bola!" Tampak Kirana yang mulai berubah menjadi reog di pagi hari yang terik ini.

"Bener! Harusnya lo hati-hati, dong! Kalo kena Jasmine gimana?!" Romeo datang dan langsung ikut menimpali.

Jasmine terlihat risih dengan kedatangan Romeo yang entah dari mana. Ia tak banyak bicara, namun tatapan matanya seolah berharap jangan ada drama di pagi yang sudah cukup terik tersebut.

"Nggak usah ikut, lu nggak diajak!" ujar Kirana usai mendorong bahu Romeo hingga anak itu terkejut dan hampir terjengkang ke belakang.

"Udah, Na. Nggak kena, juga." Jasmine hampir mengatakan jika cukup sampai di sini saja persoalan bola ini, namun ia justru terdiam saat melihat tatapan tajam Romeo pada Rian.

Si senior bertubuh besar nan gagah itu tampak tersenyum miring, membuat Jasmine mengerutkan keningnya. Rian justru langsung beralih pada Romeo dan tak lagi fokus pada Jasmine, membuat Kirana hampir kembali mengeluarkan kata-kata mutiaranya yang indah. Beruntung Jasmine langsung memegang tangan gadis tersebut, hingga ia urung dan tak mengatakannya.

Rian tertawa sekilas dan tersenyum sembari mengangkat alisnya tinggi-tinggi. "Serius, lo Romeo, 'kan?"

Romeo mengiyakan pertanyaan Rian dan mengangkat dagunya dengan angkuh, membuat senyum miring Rian semakin tinggi. Senior itu mengatakan jika baru kali ini ia mendengar suara Romeo, karena yang ia tahu hanyalah bagaimana dinginnya Romeo di mata gadis-gadis kelasnya atau gadis yang ia temui di beberapa waktu.

"Es batu kali, dingin." Romeo berdecak kesal dan kembali melotot menatap si kakak kelas. "Eh! Asal lo tau, ya! Lo tadi hampir aja ngelukain pacar gue, Jasmine!"

"HEH! Nggak ada, ya!" Jasmine yang terkejut pun langsung ikut menyahut. "Sejak kapan gue pacaran sama lo?"

Romeo menoleh ke arah gadis tersebut dan tersenyum sangat manis, ekspresinya berubah dari marah menjadi sok menggemaskan karena Jasmine memperhatikan ucapannya. "Calon," lanjutnya, meralat ucapannya tadi.

Kirana yang mulai muak pun langsung menarik Jasmine untuk menjauh dan pergi dari pertengkaran dua anak laki-laki tersebut. Dalam perjalanan menuju kelasnya ia terus menggerutu, membuat Jasmine terkekeh pelan melihatnya.

"Masih pagi loh, Na. udah ngedumel aja," ujar Jasmine dengan ringannya.

"Dia bahkan nggak minta maaf, Yash!" Kirana mulai naik pitam, membuat Jasmine hanya mengembuskan napas dan memalingkan wajahnya dengan malas. Gadis itu memang tak mau ambil pusing dengan sesuatu.

Sementara itu Romeo masih berdiri berhadapan dengan Rian yang terlihat menunjukkan ekspresi yang sedang tikdak baik. Romeo tetap tenang menghadapinya, ia tak akan takut pada siapa pun jika menyangkut orang-orang yang ia sayang.

"Lo mending jauh-jauh, deh, dari mereka." Rian mengatakannya dengan mimic bangga, entah mengapa ia terlihat bangga dengan apa yang ia katakana barusan.

Romeo langsung tertawa hambar dan menatap si kakak kelas dengan alis yang naik sebelah. "Gue tau lo tadi sengaja ngelempar bola ke mereka, 'kan?"

"Kalo iya, kenapa?"

Romeo mendengkus dan tersenyum miring. "Lo yang harusnya jauh-jauh dari mereka, terutama dari Jasmine."

"Kalo gue nggak mau? Lo mau apa?"

"Najis ah, saingan ama kingkong." Romeo berlagak muntah dengan tangan mengadah muntahan gaib di hadapan si kakak kelas, membuat kakak kelas tersebut terkejut dan mengerutkan keningnya dengan cukup dalam.

"Berani lo sama gue?" sentak Rian dengan kesal dan menarik kerah Romeo cukup kuat.

Romeo terkekeh pelan dan hanya tersenyum tak berdosa menatap Rian yang tampak sangat emosi terhadapnya. Dengan santainya ia menepuk bahu Rian dan kembali menatap si senior sembari berujar, "Kagak, lah. Mana berani gue sama kingkong."

Romeo tersenyum miring dan bergumam, "Ini sekolahan loh, Bro. Gue tau lo kapten futsal, citra lo bakal buruk kalo berantem di sini."

*****

Kamar Tukang Halu, 03 Juni 2022