Mendengar Kata jodoh membuat Hany merasa sangat muak. Hany berharap tidak lagi mendengar kata - kata tersebut. karena Hany merasa takdir itu hanya sebuah kebetulan bagi nya. ia tahu bahwa takdir itu meang kehendak dari Tuhan, namun ia belum pernah merasakan yang nama nya takdir di dalam kehidupan nya. karena selam ini ia selalu melewati usaha apabila ia menginginkan sesuatu tidak pernah sekalipun ia mendapatkan sesuatu karena takdir.
Hany sendiri sebenar nya tidak mengerti apa yang di maksud dengan takdir sesungguh nya. setelah Hany menghabiskan makanan nya ia pun pergi untuk membayar. ketika ia pergi membayar makanan nya, ia melihat bahwa Tama tidak lagi berada di tempat duduk nya. ia pikir mungkin saja Tama sudah pergi dengan sendiri nya. namun setelah ia pergi keluar dari kedai itu ia melihat Tama yang sedang merokok di depan kedai tersebut sambil menatap ke arah lampu jalanan.
" Apa? dia merokok sekarang? wah luar biasa. tak ku sangka ia menjadi perokok saat ini. dulu saat bersama ku mencium asap rokok saja ia sudah batuk - batuk. tapi sekarang dia begitu sangat mahir. ck! " kata Hany dalam hati nya menggerutu melihat Tama yang sedang merokok di depan nya.
" Eh Hany. kamu sudah selesai rupanya. " tutur Tama yang langsung mematikan rokok nya dan kemudian menghampiri Hany.
" Kau merokok sekarang! sejak kapan? " tanya Hany dengan ketus.
" Sejak beberapa bulan terakhir sih. ada apa memang nya? " tanya Tama balik.
" Ck ck ck... ku kira kau tidak akan pernah merokok. " seru Hany.
" Ya... hanya saja dengan merokok pikiran ku sedikit lebih tenang. " jelas Tama.
" Ya ya ya. lakukan lah. aku pun sudah tidak berhak melarang mu lagi. " pungkas Hany dan kemudian berjalan meninggalkan Tama.
" Han! tunggu Han! Hany! " teriak Tama memanggil - manggil Hany yang perlahan mulai menjauh dari nya.
" Ada apa lagi?! " sahut Hany yang tiba - tiba menoleh kembali ke belakang.
" Tunggu. ada yang ingin ku bicarakan dengan mu. " kata Tama lagi sambil menghampiri Hany.
" Hmh.. baiklah mari kita pergi ke taman sebelah sana. " ajak Hany.
Mereka berdua kemudian berjalan menuju taman yang di maksud oleh Hany. mereka berdua kemudian duduk di bangku kayu yang berada dekat dengan pohon yang begitu rindang. setelah duduk mereka hanya saling berdiam diri. Tama terlihat begitu gugup begitu pula dengan Hany.
" Tam! Han! " seru mereka berdua secara bersamaan seolah - olah mereka hendak membuka pembicaraan. mereka berdua terkejut karena tidak menyangka bahwa mereka bisa kebetulan berbicara secara bersamaan.
" Kamu saja duluan. " sahut Hany.
" Ah tidak! kamu saja yang duluan. " tutur Tama.
" Kamu saja! " seru Hany.
" Tidak perlu. Lady's first. " ucap Tama lagi.
" Sudahlah! bisa sampai pagi kita di sini kalau begini terus. " oceh Hany.
" Baiklah baiklah. sebenar nya aku mau mengatakan satu hal pada mu. " ungkap Tama.
" Apa itu? " tanya Hany penasaran.
" Hmm sebentar lagi aku akan kembali ke kapal. aku memutuskan untuk kembali bekerja di sana. " jelas Tama singkat.
" Apa? kembali? ku kira kau akan menetap dan tidak akan pernah kembali lagi ke kapal. " jawab Hany yang tiba - tiba menjadi sedih mendengar perkataan Tama.
" Mmm. aku sudah memikirkan nya dengan matang. " sahut Tama.
Setelah mendengar perkataan Tama lagi - lagi Hany merasa sakit di dalam dada nya yang sangat luar biasa. ia tidak menyangka bahwa Tama akan pergi menjauh dari hidup nya.
Seketika Hany membisu. terdiam dan tak mengeluarkan sepatah kata pun. dia hanya bisa tertegun. air mata pun perlahan mulai membasahi pipi nya, seketika wajah nya pun berubah menjadi kemerahan. Hany hanya bisa terus - menerus menyeka air mata nya itu. Hany begitu tak kuasa menahan tangisan nya di hadapan Tama. Tama sebenar nya berharap Hany tidak akan pernah menangisi diri nya lagi namun Tama akhirnya tahu bahwa Hany masih menyimpan perasaan pada diri nya.
Melihat Hany yang menangis tersedu - sedu membuat Tama pun menjadi khawatir. perlahan Tama mulai mendekati Hany kemudian ia memeluk Hany dengan sangat erat dan mengelus kepala nya.
" Hany, mengapa kau menangis. tak ada yang perlu kau tangisi. walaupun aku jauh, kita masih bisa tetap berteman. kau pun bisa bebas mengencani siapapun. " jelas Tama kepada Hany.
" Tak bisakah kau tetap tinggal saja di sini? banyak pekerjaan di sini yang bisa kau lakukan! mengapa kau harus kembali? " ucap Hany sambil menangis tersedu - sedu.
" Han, masih ada mimpi yang harus ku gapai. tolong jangan membuat ku menjadi terlalu berat karena memikir kan mu. " kata Tama lagi.
" Tapi.... " ucap Hany lagi.
" Hush... sudahlah. jangan berbicara lagi dan berhenti menangis. bagaimana kalau kita jalan - jalan malam? " ucap Tama sambil bertanya kepada Hany lagi.
" Mm baiklah. " sahut Hany.
Mereka berdua kemudian menghabiskan waktu bersama - sama. Tama mengajak Hany untuk bersenang - senang. mulai dari menonton film bersama - sama, foto box, bahkan bermain di arkade permainan. Hany begitu puas kala itu begitu pula dengan Tama. walaupun ia akan pergi jauh meninggalkan Hany ia berhasil menciptakan momen indah dan berkesan dengan Hany.
Hari mulai larut, Tama menawarkan diri untuk mengantar Hany pulang. namun Hany masih ingin menghabiskan waktu bersama dengan Tama karena lusa Tama sudah berangkat ke kapal pesiar. Tama sangat memahami perasaan Hany, namun ia tetap harus menyudahi nya. karena Tama tahu pasti nenek nya Hany akan khawatir dengan cucu nya apabila pulang terlalu larut. ya meskipun keluarga Hany sudah tahu betul dengan Tama. namun Tama tetap merasa tidak nyaman membuat orang tua menjadi khawatir. Tama mencoba membujuk Hany untuk segera pulang dengan imbalan besok ia berjanji akan menemui nya kembali.
Mendengar hal tersebut, Hany merasa senang dan akhirnya ia pun bersedia untuk pulang. sepanjang perjalanan pulang, Hany hanya tersenyum - senyum sendiri. tiba - tiba saja Tama menyinggung soal Vino. mendengar hal tersebut, seketika raut wajah Hany berubah drastis. yang awal nya ceria tiba - tiba saja berubah menjadi masam.
" Han, bagaimana kabar pacar mu? apakah kalian baik - baik saja? " tanya Tama tiba - tiba saja.
" Bisakah kau tidak membicarakan nya?! " jawab Hany dengan ketus.
" Aku hanya bertanya. dan ku harap hubungan kalian baik - baik saja. " ucap Tama dengan tenang.
" Tam, mengapa kau harus membahas nya? apakah kau ingin membandingkan diri nya dengan mu? begitukah? " tanya Hany dengan kesal.
" Tidak Han tidak. bukan seperti maksud ku. " jelas Tama yang mencoba membuat Hany tidak kesal.
" Lalu? " tutur Hany lagi.
" Aku hanya senang jika ada seseorang yang menggantikan ku untuk menjaga mu. " ujar Tama.
Mendengar hal tersebut seketika membuat Hany terdiam. Hany cukup terkejut karena Tama bisa mengatakan hal yang belum tentu orang lain bisa katakan setelah situasi yang di alami selama ini seperti Tama. hati Hany merasa tertusuk duri begitu menyakitkan rasa nya mendengar Tama mengatakan hal tersebut.