Pagi itu Hany berangkat kerja seperti biasa nya. setelah Hany terakhir kali bertemu dengan Vino, Hany tak lagi bertukar kabar dengan Vino. setelah kejadian malam itu Vino hanya sekali mengirim pesan teks kepada Hany. namun Hany tidak membalas nya sampai akhirnya mereka bertemu kembali di kantor. Hany mempunyai alasan mengapa ia tidak membalas pesan dari Vino. sejujurnya ia masih tidak mengetahui tentang perasaan nya sendiri.
Hany memang merasa nyaman berada di samping Vino, namun terkadang ia menganggap nya hanya sebagai formalitas saja karena status nya berkencan dengan Vino, namun lambat laun Hany merasa ada yang aneh dengan perasaan nya, terlebih ia juga belakangan ini sering bertemu Tama tanpa di sengaja.
Saat di kantor Vino bersikap tidak biasa nya. saat ia berpapasan dengan Hany, ia terlihat sangat cuek dan melewatinya begitu saja tanpa menyapa. Hany merasa cukup aneh. Hany beranggapan mungkin saja Vino marah karena pesan nya yang tidak terbalaskan oleh Hany. kemudian Hany mencoba untuk menghampiri Vino dan menyapa nya.
" Hai Vin. " sapa Hany
" Hai. " jawab Vino tanpa menoleh sedikit pun ke arah Hany.
" Apakah kamu marah kepada ku? " tanya Hany.
" Tidak. " jawab Vino singkat
" Kamu pasti marah. maaf kemarin aku sangat sibuk membantu Hilda di cafe nya makanya aku tidak membalas pesan mu. " jelas Hany.
" Oh begitu. " ucap Vino menanggapi.
" Oh kamu bilang?? hanya itu yang terucap dari mulut mu setelah aku mencoba menjelaskan panjang lebar? " tanya Hany yang sudah mulai merasa kesal.
" Lalu aku harus menjawab apa? " tanya Vino balik kepada Hany.
" Ya harus nya kamu merespon nya dengan baik bukan seperti itu! " bentak Hany.
" Ya ya ya. memang aku selalu salah di mata mu. " pungkas Vino yang kemudian pergi meninggalkan Hany.
" Hei! aku belum selesai! kau mau kemana? " teriak Hany dengan emosi.
Hany merasa prilaku Vino tidak seperti biasanya. tak seperti biasa nya dia semarah itu hanya karena pesan yang tidak di balas. karena biasa nya pun Hany memang selalu jarang membalas pesan Vino.
" Hmm...apa yang salah dengan orang itu, mengapa dia marah hanya karena hal sepele begini?! jelas - jelas aku memberitahu alasan nya tadi. tidak biasanya dia merespon seperti itu. ada apa sebenar nya? " ucap Hany berbicara sendiri.
Hany kembali melanjutkan pekerjaan nya sambil sesekali melirik ke arah meja kerja Vino. tampak Vino yang begitu serius bekerja. pertengkaran yang baru saja terjadi membuat kedua nya kini merasa canggung satu sama lain. Hany tidak menyangka bahwa Vino akan semarah itu pada nya. setelah di pikir - pikir Hany memang merasa dirinya sudah keterlaluan. ia menyesal karena seharus nya tadi dia tidak membentak Vino.
Karena perasaan bersalah yang sangat mengganggu nya, Hany berusaha mencari cara agar mereka berdua bisa berbaikan. Hany berencana untuk pulang dengan Vino dan kemudian makan malam bersama setelah bekerja. jam pulang kantor pun tiba. Hany menghampiri Vino yang sedang membereskan meja nya karena hendak pulang.
" Vin, pulang bareng yuk. " ajak Hany.
" Tidak bisa. aku sudah ada janji. " jawab Vino dengan ketus.
" Hei! tak bisa kah kau batal kan dan pergi saja bersama ku?! " kata Hany yang mulai mengeluarkan nada tinggi nya.
" Tidak bisa! " jawab Vino menolak.
" Baiklah baiklah. pergi lah aku tidak akan menghalangi mu! " tutur Hany dengan kesal.
" Ok. bye. " jawab Vino singkat dan kemudian pergi begitu saja meninggalkan Hany sendiri.
Hany mulai mencaci maki Vino dalam hati nya. jika di jabar kan mungkin banyak kata yang akan di sensor karena umpatan - umpatan nya sangat kasar. Hany begitu sangat kesal dan merasa di acuh kan oleh Vino. Vino yang pada awal nya begitu menempel kepada Hany, kini tiba - tiba saja ia membuat jarak kepada Hany. Hany pun kemudian pulang dengan perasaan kesal. saat di perjalanan pulang Hany mencoba menghubungi Hilda untuk mengajak nya bertemu, namun Hilda sedang sibuk sehingga tidak menjawab telepon dari Hany.
Tut....tut...tuuut.... suara panggilan keluar ponsel Hany. seperti nya Hilda sedang sibuk. sudah ku coba beberapa kali menghubungi nya namun ia tetap tidak mengangkat nya. huft! ucap Clara kecewa karena telepon nya tidak di angkat oleh teman nya itu.
Hany kemudian hendak mencari tempat untuk ia singgahi, karena suasana hati nya yang buruk ia tidak ingin langsung pulang kerumah melainkan untuk mengisi sejenak perut kosong nya dengan kudapan. setelah cukup lama berjalan, Hany menemukan makanan kaki lima yang tidak terlalu ramai. Hany menghampiri tempat tersebut dan melihat beberapa menu yang tersedia. Hany kemudian memesan seporsi nasi goreng dan juga segelas es teh manis.
Sambil menunggu pesanan nya tiba, Hany memainkan ponsel nya sambil menanyakan keberadaan Hilda. Hany sedikit cemas karena tak biasanya Hilda tidak menjawab telepon dari dirinya. biasanya sesibuk apapun Hilda ia selalu menyempatkan mengangkat telepon walaupun hanya sekedar bilang sedang sibuk lalu menutup nya.
Hany kemudian memakan makanan nya sambil terus memperhatikan ponsel nya. tiba - tiba seseorang datang dan duduk di samping Hany. awal nya Hany tidak terlalu memperhatikan nya, sampai suatu ketika seseorang itu menepuk pundak nya dan berkata " Hai Hany! " . Hany kemudian menoleh ke arah yang memanggil. ia pun terkejut sampai - sampai ia tersedak dan menjatuhkan ponsel nya ke atas meja.
" Wow luar biasa! apakah ini juga termasuk suatu kebetulan? " kata nya dalam hati.
Hany pun terkejut melihat Tama yang tiba - tiba saja berada di samping nya dan memanggil nya. Hany pun sempat terdiam tak bisa berkata - kata. pandangan nya terus tertuju pada Tama. " Tak bisa di pungkiri lagi ini merupakan takdir seperti nya." kata Hany dalam hati nya lagi.
" A...ap..apa yang kau lakukan di sini? " tanya Hany terbata - bata karena terkejut.
" Ah, aku hanya kebetulan lewat dan mampir. lalu ku lihat kau sedang duduk di sini sendiri makanya aku mampir. " jelas Tama pada Hany.
" Bohong! " celetuk Hany spontan.
" Bohong? apa nya yang bohong? maksud mu aku berbohong? " tanya Tama balik kepada Hany.
" Ah tidak tidak! bukan apa - apa. " jawab Hany yang mencoba mengelak kata - kata nya.
" Baiklah. silahkan lanjutkan makan malam mu. " ucap Tama lagi.
" Iya. kamu sudah pesan makanan nya? " tanya Hany lagi
" Oh belum. " tutur Tama.
" Lho, bukan kah kau kesini untuk makan? atau jangan - jangan kau mengikuti ku ke sini ya? " tanya Hany curiga.
" Tidak seperti itu Hany. masih saja kau berburuk sangka pada ku. jujur aku tadi memang benar - benar sedang lewat dan kebetulan saja aku melihat mu yang sedang duduk di sini sendirian dan aku memutuskan untuk menghampiri mu selain itu aku juga sangat rindu pada mu. jadi jangan salah paham ya. " jelas Tama berusaha meyakin kan Hany.
" Tetap saja, itu seperti kau sedang menguntit ku. aku hanya merasa aneh karena belakangan ini kita sangat sering di pertemukan. " ucap Hany lagi.
" Hmm... atau mungkin kita memang berjodoh? " celetuk Tama.
" Hah? apa? jodoh? " sahut Hany terkejut.