webnovel

Jangan Duakan Aku

21+ (Zona Dewasa)!!! Harap bijak salam memilih bacaan saat membaca! Liana adalah gadis remaja yang menikah di usia muda. Ia menikah di umur 20 tahun. Pernikahaannya dengan seorang pria bukanlah kesengajaan. Namun karena ia telah hamil di luar nikah. Karena itulah ia terpaksa menikah sebelum ia puas menikmati masa mudanya. Ia menikah dengan seorang pria berkecukupan. Bukan dari kalangan keluarga yang kaya. Pria itu bernama Iwan. Iwan yang terpaksa menjadi kepala rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan keluarga kecilnya menjadikan ia harus merantau ke luar kota untuk pekerjaannya. Namun, segalanya berubah saat ia mengenal beberapa wanita cantik dalam kehidupan pada pekerjaannya itu. Lantas apakah Iwan akan tergoda dengan wanita-wanita itu? Lalu apakah kehidupan rumah tangga Liana akan baik-baik saja setelahnya?

Winirosa · Fantasy
Not enough ratings
9 Chs

Kecemasan

"Ini non, makanannya saya taruh di sini ya."

Sari meletakkan makanan untuk Liana di kamarnya.

"Iya mbak, terimakasih banyak ya mbak." Ucap Liana.

"Iya sama-sama non. Ya sudah, saya permisi dulu ya non. Nanti kalo non Liana butuh apa-apa, tinggal panggil saya saja ya." Ucap Sari.

"Iya mbak." Jawab Liana.

Lalu Sari pun berjalan keluar meninggalkan kamar Liana dan menutup pintunya.

Liana yang masih merasa sedikit pusing pun memutuskan untuk keramas dan mandi air hangat. Karena di rasa itu akan menyegarkan tubuhnya.

Ia mengambil handuk yang telah di siapkan oleh Sari di atas meja.

Lalu ia melepaskan seluruh pakaiannya dan melilitkan handuk itu pada tubuhnya, ia berjalan menuju kamar mandi kamarnya.

Di dalam kamar mandi, ia menyalakan kran yang mengalirkan air hangat pada bath up nya. Saat air dalam bath up di rasa cukup, ia menuangkan sabun cair dan aromatic wangi-wangian untuk memanjakan kulitnya, segera ia melepas handuknya dan berendam dalam bath up nya.

Sambil berendam, ia membuka handphone-nya yang sedari tadi ia bawa.

Ia membuka aplikasi Youtube-nya, untuk mencari video yang ingin ia tonton sambil berendam.

Saat ingin menonton video yang ia inginkan, tiba-tiba handphone-nya berdering.

Ternyata itu panggilan dari Iwan.

"Hallo, mas." Ucap Liana pada panggilan teleponnya.

"Hallo, sayang. Lama sekali mandimu? Memangnya lagi sambil apa?" Tanya Iwan.

"Tadi aku pusing mas, aku muntah-muntah, ini saja aku baru berendam." Ucap Liana menjelaskan.

"Oh, ya sudah kalau begitu. Aku kira kamu kenapa. Tapi kondisi kamu baik-baik saja kan sayang?" Ucap Iwan khawatir.

"Iya aku baik-baik saja kok mas. Cuma masih sedikit pusing saja." Ucap Liana.

"Haduhhh.. Aku rasa, kamu harus cepat-cepat pindah kemari sayang. Biar aku bisa menemani dan mengurusmu jika terjadi apa-apa." Ucap Iwan.

"Iya mas. Mungkin lusa saja aku pindah." Jawab Liana.

"Iya tapi kan kamu tidak ada yang mengawasi betul tentang keadaan kamu." Ucap Iwan.

"Jangan kawatir mas, ada mbak Sari kok yang mengurusku dan menjagaku juga." Ucap Liana.

"Ya sudah kalau begitu. Kamu mandi dulu saja sampai selesai. Nanti kasih tau jika kamu sudah selesai." Ucap Iwan.

"Iya mas. Daaaaghhh." Jawab Liana sembari menutup panggilannya.

Setelah menutup teleponnya, Liana melepas ikatan rambutnya dan mengambil shampo yang ada di sampingnya.

Ia berniat ingin keramas, siapa tau setelah keramas ia akan merasa sedikit segar.

Lalu ia membasahi rambutnya, dan menuangkan shampo di telapak tangannya lalu mengusapkannya pada rambutnya.

Sesekali ia memijit lembut kepalanya sendiri.

Itu membantu meringankan rasa pusing di kepalanya.

Setelah di rasa cukup, ia segera membilas rambutnya dari busa-busa shampo.

Ia begitu menikmati air hangat dari hand shower yang keluar mengalir di atas kepalanya dan membasahi wajahnya.

Saat di rasa sudah cukup dengan ritual mandinya, ia pun beranjak dari bath up nya dan meraih handuk yang tergantung di dekat tirai kamar mandinya.

Tak lupa ia juga kembali membersihkan bath up nya.

Lalu ia pun segera keluar dari kamar mandi.

"Uuuhh. Segar sekali rasanya." Gumamnya.

Liana meraih handphone-nya dan berniat menelepon Iwan melalui video call-nya untuk memberitahu jika ia sudah selesai mandi.

Tuuut… tuuut… tuuut…

"Hallo sayang.." ucap Iwan pada panggilan videonya.

"Hallo mas, aku baru selesai mandi nih." Jawab Liana sambil menunjukkan tubuhnya yang baru saja selesai mandi.

"Oh sudah selesai. Bagaimana? Tambah segar tidak?" Tanya Iwan.

"Iya lumayan mas. Sedikit segar lah." Jawab Liana.

"Syukurlah. Oh ya kamu sudah jadi makan?" Tanya Iwan.

"Belum mas. Mas sendiri sudah makan belum? Sudah beli makanan belum?" Tanya Liana.

"Belum sayang. Rencanaku uang yang dari kamu ingin ku belikan makanan untuk besok sarapan. Jadi sekarang aku tidak makan dulu." Ucap Iwan menjelaskan.

"Loh, kok begitu mas. Aku tidak mau kamu begitu. Nanti kalau kamu kena asam lambung terus sakit, aku bagaimana?" Ucap Liana.

"Ah tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa kok sayang dengan kondisiku." Jawab Iwan.

"Tidak! Pokoknya mas harus makan. Aku tau mas suka kelaparan kalau malam. Atau begini saja, sekarang aku pesankan makanan lewat GoFood saja ya mas. Biar uang mas itu bisa untuk beli sarapan besok." Ucap Liana menawarkan.

"Tidak perlu sayang. Jangan repot-repot begitu. Aku masih bisa menahan lapar kok sampai besok." Ucap Iwan menolak.

"Ya sudah, kalau mas maunya begitu. Aku juga tidak akan makan. Biarkan saja anakmu kelaparan di dalam perutku." Liana tampak sedikit kesal karena Iwan tidak menuruti kemauannya.

"Aduh. Jangan begitu dong sayang. Anak kita kan tidak tau apa-apa. Dia butuh nutrisi dari apa yang kamu makan, kalau kamu tidak makan mau bagaimana anak kita di dalam perutmu." Ucap Iwan.

"Ya makanya mas nurut dong sama kemauanku. Pokoknya mas malam ini harus makan! Titik." Ucap Liana.

Karena tak ada pilihan lain, Iwan pun menuruti kemauan Liana. Walau dalam hati ia sedikit ada rasa gengsi.

"Iya iya. Aku nurut deh." Jawab Iwan.

"Nah, begitu dong. Ya sudah, sekarang aku pesankan makanan dari GoFood ya mas buat ke kosan mas." Ucap Liana.

"Hmm. Iya." Jawab Iwan.

"Mas ingin makan apa?" Tanya Liana.

"Terserah saja sayang. Apapun aku makan." Ucap Iwan.

"Ya sudah, aku matikan dulu ya video call-nya, aku pesankan makanan dulu. Nanti kalau sudah aku kasih kabar ke mas." Jawab Liana.

"Iya. Terimakasih ya sayang. Maaf selalu merepotkanmu." Jawab Iwan.

"Iya, tidak apa-apa mas. Sudah sewajarnya sebagai pasangan harus saling melengkapi." Liana tersenyum.

"Daaaaghh sayang." Ucap Iwan sebelum di akhiri panggilan videonya.

Liana pun menutup video call-nya.

Lalu ia segera membuka aplikasi GoJek dan mencari makanan di layanan GoFood pada aplikasi itu.

Lalu ia memilihkan toko nasi padang di aplikasi itu.

Karena ia tau Iwan sangat menyukai nasi padang.

Ia pun segera memilih untuk menu lauknya, ia memilih ikan tongkol, bumbu rendang, sambal, dan beberapa lalapan.

Lalu ia segera membayar pesanan itu dari saldo GoPay-nya dan mencantumkan alamat kos Iwan.

Setelah makanan yang ia pesan di proses oleh toko di GoFood, ia pun segera mengabari Iwan melalui chat.

"Mas, makanan sudah aku pesankan ya. Tinggal tunggu drivernya saja mengantarkan makanan ke rumah." Tulis Liana pada chatnya.

"Iya sayang, terimakasih banyak." Balas Iwan.

"Iya sama-sama mas. Nanti langsung di makan ya, aku juga mau makan dulu."

"Iya sayang." Balas Iwan.

Setelah selesai memberi kabar pada Iwan, Liana pun segera melepas handuknya dan mengambil pakaian untuk ia kenakan.

Ia memakai kaos longgar tanpa mengenakan bra.

Karena itu sudah kebiasaannya jika menjelang ia tidur.

Lalu ia menuju meja yang di meja itu sudah terdapat makanan yang sudah di siapkan Sari tadi.

Dikosan Iwan…

Sekitar setengah jam menunggu makanan yang di pesan Liana, akhirnya pun terdengar ada seorang yang mengetuk pintu kos-nya yang Iwan pikir itu adalah driver GoJek yang mengantar makanannya, dan ternyata benar itu adalah driver GoJek yang mengantarkan pesanan makanan yang di pesan atas nama Liana.

Tok… Tok… Tok…

Lalu Iwan segera bergegas membukakan pintu kos-nya.

Terlihat seorang bapak-bapak paruh baya mengenakan masker hitam dan berjaket hijau berdiri di hadapannya.

"Ada apa ya pak?" Iwan bertanya.

"Selamat malam mas. Saya dari GoFood datang untuk mengantarkan pesanan makanan atas nama Liana?"

"Oh iya betul pak." Ucap Iwan.

"Oke. Ini makanannya ya mas. Total semuanya Rp. 68.000 ya mas. Pembayaran sudah di bayar melalui GoPay. Mohon maaf ya mas kalau pengantaran makanan agak lama. Soalnya saya tadi terjebak macet." Ucap driver menjelaskan kendala perjalanannya.

"Oh iya tidak apa-apa pak. Terimakasih banyak ya pak." Ucap Iwan.

"Sama-sama mas. Mari saya permisi dulu mas." Ucap driver.

"Iya pak." Jawab Iwan.

Setelah mengantarkan pesanan dari customernya, driver itu pun segera pergi dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Iwan yang sudah mulai lapar pun segera masuk dan menutup pintu.

Di dalam kamarnya, ia membuka bungkusan makanan itu yang ternyata nasi padang kesukaannya.

Dan saat itu pun Iwan memfoto makanannya dan mengirimkannya pada Liana.

"Sayang, terimakasih banyak ya. Makanannya sudah sampai. Maaf jika aku merepotkanmu." Tulis Iwan dalam chat-nya

Karena di rasa lapar, Iwan pun segera melahap makanan yang sudah ada di depan matanya.

Sementara itu, di kamar Liana, ia terlihat sedang menikmati makanannya.

Terlihat ia kurang begitu nafsu untuk memakan makanannya.

Mungkin karena efek dari usia kehamilannya.

Lalu ia mendapatkan handphone-nya berdering pertanda ada pesan masuk.

Ia pun membukanya. Pesan itu dari Iwan.

"Sayang, terimakasih banyak ya. Makanannya sudah sampai. Maaf jika aku merepotkanmu." Tulis Iwan pada pesannya.

"Iya sama-sama mas. Di makan ya. Semoga bisa mengenyangkan perutmu. Aku juga sedang makan." Balas Liana pada pesannya.

Lalu tak lama setelah itu, ia mendengar suara mobil dari luar rumah.

Bersamaan dengan itu, terdengar juga suara bel rumahnya.

Liana pun meletakkan makanannya dan berjalan menuju jendela kamarnya untuk melihat ke arah luar.

Ternyata itu memang orang tuanya yang baru saja tiba di rumah.

Sari yang mendengar jika bel rumah berbunyi pun segera berlari menuju luar rumah untuk membukakan pintu bagi kedua majikannya itu.

"Silahkan pak." Sari sambil membuka gerbangnya.

Maria yang berada di luar mobil pun berjalan memasuki rumahnya.

"Sari, Liana sudah pulang belum?" Tanya Maria.

"Sudah bu. Dia sedang di kamarnya. Mungkin sekarang dia sudah tidur." Ucapnya sambil menutup gerbang.

"Oh begitu, syukurlah kalau dia sudah pulang. Aku masuk dulu ya Sari." Ucap Maria.

"Iya silahkan bu." Jawab Sari.

Lalu Sari pun berjalan membuntuti Maria.

Sesampainya di dalam rumah, Maria meletakkan beberapa bingkisan yang ia bawa.

"Sari, ini aku ada beberapa baju buat kamu. Aku sengaja belikan buat kamu." Maria sambil mengeluarkan beberapa baju yang ia beli untuk Sari.

"Aduh, terimakasih banyak bu. Jadi merepotkan." Ucap Sari.

"Ah tidak apa-apa. Berkat dari Tuhan untuk kamu. Ini, coba deh. Pasti terlihat pantas di pakai kamu." Sambil Maria menunjukkan salah satu baju.

"Wah, bagus sekali bu." Ucap Sari senang.

"Sepertinya semua baju itu sangat cocok di pakai kamu Sari. Kita tadi sengaja pilih-pilih khusus buat kamu." Terdengar suara Hendra yang ikut dalam pembicaraan mereka. Ia baru saja masuk setelah memarkirkan mobilnya di garasi.

"Terimakasih banyak ya pak." Ucap Sari.

"Sudah kamu coba saja satu per satu di kamarmu." Ucap Maria.

"Iya bu." Jawab Sari.

"Oh ya, ngomong-ngomong dimana Liana?" Tanya Hendra sambil melihat kanan kiri.

"Oh, non Liana sedang di kamarnya pak. Mungkin dia sedang istirahat." Jawab Sari.

"Begitu ya." Ucap Hendra.

"Oh ya, aku juga belikan baju untuk Liana. Kalau dia sudah tidur, aku taruh saja di meja kamarnya, pasti dia sangat menyukainya." Maria teringat juga jika ia membelikan beberapa baju untuk Liana, putri semata wayangnya.

Lalu Maria pun berjalan menaiki tangga menuju kamar Liana yang berada di lantai atas.

Sedangkan Sari masih merapikan beberapa belanjaan yang di bawa oleh Maria.

Maria yang sudah berada di depan pintu kamar Liana pun segera membukanya.

Saat masuk dalam kamarnya, ia mendengar Liana yang sedang muntah-muntah di kamar mandinya.

Maria yang panik pun segera menghampiri Liana.

"Liana! Kamu kenapa sayang? Apa kamu sakit?" Tanya Maria.

"Eh mama. Tidak kok ma, aku tidak apa-apa." Ucap Liana yang panik mengetahui Maria ada di sampingnya.

"Tidak apa-apa bagaimana? Kamu muntah-muntah begitu. Mama panggilkan dokter ya biar cek kesehatan kamu." Ucap Maria khawatir.

Liana yang mendengar jika akan di panggilkan dokter pun menjadi panik. Karena jika ia di panggilkan dokter, jelas semua rahasianya akan terbongkar saat itu juga.

"Ti-tidak usah ma!Tidak perlu. Liana baik-baik saja kok." Ucapnya terbata-bata.

"Lalu kalau kamu sakit bagaimana sayang! Lagian kamu sih pergi dari pagi sampai malam begini." Ucap Maria.

"Tidak apa-apa ma. Liana baik-baik saja kok. Mungkin ini cuma masuk angin biasa. Lihat, tidak apa-apa kan?" Liana mulai mencoba untuk pura-pura kembali sehat.

Walau sebenarnya badannya sendiri memang di rasa panas dingin dan sedikit pusing di tambah mual.

"Hmm. Ya sudah kalau kamu tidak apa-apa. Nanti mama minta tolong Sari saja untuk membawakan obat." Ucap Maria.

"Iya ma." Jawab Liana.

Lalu Maria pun berjalan keluar dari kamar Liana dan memanggil Sari.

"Sari! Sari!" Teriak Maria memanggil assistant rumah tangganya itu.

Sari yang mendengar pun segera menjawab dan bergegas menghampiri Maria.

"Iya bu." Jawab Sari.

Setelah sampai di hadapan Maria. "Ada apa bu?"

"Ini, Liana terlihat seperti sakit, baru saja aku tadi masuk dia sedang muntah-muntah di kamar mandinya. Tolong kamu bawakan obat yang ada di P3K ya." Ucap Maria.

Sari yang mendengar pun panik. Ia merasa takut jika Maria sampai mengetahui rahasia Liana yang sedang hamil. Jika orang tuanya sampai tau, pastilah dia yang akan di salahkan oleh Liana. Karena sejauh ini dirumah ini hanya Sari yang baru saja mengetahui tentang kehamilannya.

Tapi semoga saja Maria tidak menaruh curiga pada Liana.

"Sari! Kenapa kamu melamun begitu!" Tegas Maria yang heran.

"Oh i-iya iya bu. Saya ambilkan sekarang." Ucap Sari terburu-buru sambil segera berlari menuju tempat P3K yang ada di lantai bawah.

Maria hanya merasa heran kenapa Sari tiba-tiba bisa melamun begitu.

Tanpa banyak berpikir Maria pun kembali menghampiri Liana di kamarnya.

"Sebentar ya sayang, mama lagi suruh Sari untuk mengambilkan obat." Ucap Maria.

"Iya ma." Jawab Liana.

"Oh iya, itu mama belikan beberapa baju buat kamu. Siapa tau kamu suka, sayang." Ucap Maria memberitahu jika ia membelikan beberapa baju untuk anak kesayangannya itu.

"Iya ma. Taruh saja disitu. Nanti Liana lihat sendiri." Liana tampak biasa saja mendengar jika ibunya membelikannya beberapa baju.

Maria pun bisa memaklumi, mungkin karena kondisi Liana yang sedang tidak enak badan.