Hari yang biasa ini, Chandrea berjalan dilorong kampus, kemudian secara kebetulan melihat gadis culun itu yang menata lokernya, kemudian Chandrea berjalan mendekat dengan sapaan dan senyuman khas nya. "Ehehemm… Selamat pagi…" tatapnya.
Gadis itu hanya mengangguk dengan masih ragu tak nyaman.
"Hei, aku lupa nama mu, bisa katakan padaku lagi… Ehehemm," tatap Chandrea.
"X-xela…"
"Ah, sekarang aku baru ingat, Ehehemm… Bisakah kita nanti menjadi lebih dekat… Ehehemm, kamu bisa minta bantuan ku jika mau dan jika kamu di ganggu, aku akan selalu membantumu eheehehmm," tatap Chandrea.
"Membantuku…" Xela menjadi terpaku, kemudian terpikirkan sesuatu hingga alarm kampus berbunyi menandakan untuk masuk ke kelas.
"Sebaiknya kamu kembali ke kelasmu, sampai jumpa," kata Xela yang langsung berjalan pergi. Tapi sebelumnya dia mengatakan sesuatu. "Oh iya… Um… Nanti ketika sudah selesai, aku ingin mengbrol," tatapnya dengan wajah yang malu-malu membuat Chandrea tersenyum senang. "Ehehem, Tentu saja…"
Hingga ketika kampus selesai, terlihat Chandrea bersama dengan Xela. Gadis cupu itu yang awalnya tak mau di ajak kenalan maupun di ajak mengorbol dengan Chandrea, hingga Chandrea melakukan sesuatu yang membuat Xela percaya padanya dan akhirnya mereka saling mengenal. Suatu kelangkaan jika Chandrea bisa membawanya minum bersama di kafe.
Memang benar, saat ini mereka nampak bertemu di Cafe, Xela hanya minum teh hangat sementara Candrea minum soda.
"Ehehehemm … ini sungguh sangat menyenangkan bukan? Bisa berteman dengan kamu, aku benar-benar senang bisa mengenal mu, kamu bahkan mengajakku ke cafe ini..." Chandrea tampak senang tapi wajah Xela dari tadi hanya terdiam cemas membuat Candrea menatapnya dengan serius.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Yeah, hanya saja, aku khawatir tentang kemarin... Bagaimana jika mereka menandai mu...? Bagaimana jika mereka mengganggu mu apalagi mereka juga pasti akan menggangguku lagi karena kamu telah bermasalah sekarang..." Xela tampak menatap dan mengingat soal pertolongan Chandrea menolong Xela yang saat itu di bully di lorong maupun di dalam bus sekolah.
"Astaga hal itu saja kamu pikirin, sudahlah jangan dipikirkan terus, yang harus kamu lakukan itu hanyalah menyerangnya saja dan memukul juga bisa. Kalau tidak ada niatan mukul-mukul, kau lebih baik langsung lari saja, jangan tunggu kamu di bully lagi oleh mereka... Bukankah seharusnya kau bersyukur aku menyelamatkanmu, dan Itu suatu keberuntungan karena aku jadi bisa mengenalmu, ehehehemm…" kata Chandrea membuat Xela terdiam lalu dia mengangguk.
"Kalau begitu, apa aku bisa minta tolong?" tatap Xela.
"Apa itu?" kata Chandrea sambil minum sodanya dengan rasa penasaran.
"Apa kamu bisa menaiki mobil? Kamu punya SIM mengendarai mobil?"
"Hem … aku bisa, dan punya… Ehehehemm."
"Bagus, hari ini Pamanku ingin mengambil mobilnya di rumah ku dan aku tidak tahu caranya mengirimnya ke tempat Pamanku. Aku saja tidak bisa menaiki mobil, bisakah aku minta tolong padamu untuk menaiki mobil itu ke tempat Pamanku dan memberikan mobilnya padanya?"
"Kenapa mobil Pamanmu bisa ada di tempatmu sementara dia sendiri ada di rumahnya?" Chandrea menatap bingung.
"Saat itu Pamanku sedang jalan-jalan dengan mobil, tapi tiba-tiba mobilnya mogok dan harus diperbaiki ditempatku, montir sedang memperbaiki mobilnya dan Pamanku bilang ingin kembali ke rumahnya menaiki bus saja sehingga dia meninggalkan mobilnya dan dia juga berpesan padaku jika mobilnya sudah jadi aku harus mengembalikannya ke tempatnya. Karena aku tak bisa naik mobil, aku minta tolong padamu," tatap Xela membuat Chandrea terdiam berpikir.
"Hm... Jika aku membantumu ini, apa kamu benar-benar akan bisa bermain denganku kita bisa berteman kan? Aku akan berbagi rahasia padamu dan kamu juga akan berbagi rahasia juga padaku, apa kau janji...?" Chandrea menatap dengan senyuman seringai.
"Kenapa sampai segitunya, aku hanya minta tolong padamu bukan..."
"Aku hanya meminta pertemanan saja..."
"Haiz... Baiklah kalau begitu silakan saja... Aku harap kau tidak merusak mobil pamanku…"
"Siap..."
Kemudian mereka ke garasi mobil milik orang yang ada di komplek perumahan yang tak terlalu lebar.
"Ini rumah mu?" Chandrea menatap sekitar.
"Bukan, ini rumah montirnya... Rumah ku agak jauh dari sini."
"Kau bilang mobilnya ada di rumah mu?"
"Montir tak akan bisa memperbaiki nya jika di rumahku karena alat perbaikan ada di sini..."
"Heem... Baiklah..." Chandrea masuk ke dalam mobil itu. Tapi ia bingung menatap Xela yang hanya diam.
"Kenapa tidak naik? Ayo."
"Aku tak bisa ikut. Maafkan aku..." Xela membalas dengan wajah takut, lalu memberikan kertas pada Chandrea yang mengambil nya dengan bingung.
"Itu alamat nomor Paman ku, katakan saja aku meminta tolong padamu untuk mengantarkan, sekali lagi, terima kasih banyak," Xela menundukkan badan membuat Chandrea menurunkan senyumnya itu, lalu menyalakan mobilnya dan pergi dari sana membuat Xela tersenyum kecil. "Kau baik..."
Tampak di jalanan, Chandrea menggunakan mobil paman Xela itu. "Mobil ini tidak nyaman, tapi kelihatan gagah dari pada mobil mewah yang tampak kecil... Sepertinya aku mulai minat pada mobil kuno seperti ini," pikir nya dengan wajah datar.
Memang benar ketika tidak dilihat orang, dia berwajah datar bukan tertawa gila.
Lalu dia berhenti di lampu merah pada barisan mobil paling pertama. Awalnya menunggu santai hingga melihat seorang wanita tua yang ada di kursi roda akan menyebrang, dia agak lama jadi ragu karena jika dia menyebrang pasti akan lama dan lampu hijau akan membuat pengendara membunyikan klakson tidak sabaran, lalu ia kebetulan menatap ke mobil Chandrea.
"Ini baik-baik saja, lewat saja," kata Chandrea yang juga menatapnya dari tadi, lalu wanita tersebut tersenyum senang karena Chandrea mengizinkan nya.
Lalu menyebrang, namun dia memang berjalan dengan lambat hingga lampu menjadi hijau dan dia bahkan belum sampai separuh jalan.
Chandrea hanya menunggu dengan senyuman gila nya itu tapi di pandangan wanita tua itu, dia tersenyum sabar.
Tapi siapa sangka ada bunyi klakson dari mobil belakang dengan keras membuat Chandrea terdiam bingung dengan wajah polosnya lalu menatap dari jendela. "Yuhu!! eehhehem…" dia menatap tanpa ada rasa berdosa bahkan dia hanya langsung mengeluarkan kepalanya menatap ke belakang.
Rupanya seorang lelaki dengan mobil mewah nya. "Ayo pergi!! Lampunya sudah hijau!! Apa kau buta warna!!" lelaki itu menatap kesal dan terus menekan beberapa kali bel klakson.
"Tapi wanita tua di depan sedang menyebrang! Ehhehehemm…"
"Kalau begitu lewati saja dia!!! Lewati!!!" lelaki itu tidak sabaran dan bahkan terus menekan klakson membuat Chandrea kesal.
"Sialan, kau minta mati huh..." dia lalu keluar dari mobil sementara wanita tua itu menatap khawatir pada perdebatan itu.
"Hei, apa yang akan kau lakukan, hei…?!" lelaki itu menatap waspada.
"Hanya, tunggu sebentar Tuan," Chandrea tampak berjalan menyebrang jalan melihat truk pemadam kebakaran, dia mengambil kapak darurat di sana pada saat pria gagah dari pemadam fokus mencatat pada orang lain hingga ia menoleh dan terkejut. "Nona, permisi, Nona, itu bukan sesuatu untuk dimainkan," dia mengikutinya dan mencoba memberitahu.
Tapi siapa sangka, Chandrea mengangkat kapak itu kesamping di dekat mobil lelaki mengesalkan tadi.
"Wo...wo...hei!!" semua nya yang melihat nya panik termasuk lelaki itu.
Dan hingga ia benar-benar menusuk mobil ban milik lelaki itu dengan kapak hingga bocor membuat lelaki itu tak percaya dengan apa yang terjadi pada mobil mewah nya. Chandrea hanya tersenyum kecil lalu berjalan kembali ke mobilnya, sementara wanita tua itu sudah menyebrang dan melihat nya.
Lalu pria gagah pemadam kebakaran tadi mendekat ke mobil nya. "Kau tidak bisa memecahkan ban orang lain, dengan kapak kami, Nona," tatapan nya agak kagum dengan perlakuan berani Chandrea. Tapi tetap saja, dia juga harus memberitahu begitu berbahayanya sikap Chandrea.
Lalu Chandrea tersenyum senang dan tertawa dengan memasang nada seksi. "Eheheemmmm... Jika ingin bicara kasus, datang saja ke pengadilan dan jadi saksi... Sampai jumpa…" dia menginjak gas lalu berjalan pergi membuat pria itu tersenyum menatap nya pergi.
"Wow, sangat cantik..."
"Hei!!" Lelaki yang punya mobil mewah itu menatap kesal padanya karena membiarkan Chandrea pergi tanpa tanggung jawab. Itulah akibatnya bila mengeluarkan harimau dalam tubuh wanita cantik itu.
Setelah itu, Chandrea menghentikan mobilnya di sebuah perumahan luas. Dia menatap peta yang di berikan Xela tadi.
"Hmm... Yeah, ini rumahnya," gumamnya, lalu keluar.
Tepat di sana, ada seorang Pria Paruh Baya keluar dari rumah dan menatap terkejut ketika melihat wanita cantik berjalan melewati halaman rumahnya membuat nya tak bisa berkata kata.
"Oh, halo... Kau pasti Paman nya Xela," kata Chandrea dengan akrab.
"Iya?"
"Aku Chandrea, teman dari Xela, aku selalu siap membantunya kapanpun... Ehehehemmm," Chandrea mengulur tangan dan pria itu berjabat tangan dengan nya.
"Apa gadis itu melakukan masalah lagi?"
"Tidak.... Dia hanya meminta ku memulangkan mobil mu," kata Chandrea memberikan kunci mobil itu pada pria tersebut yang menerima nya.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu," Chandrea berjalan akan berbalik.
"Tunggu, bagaimana kau bisa pulang?"
"Oh, jalan kaki dan mencari bus..." balas Chandrea yang langsung berjalan pergi dari sana membuat pria itu masih terpukau.
"Waw.... Seksi..."
Sementara itu Xela ada di sebuah perpustakaan, dia sedang mencari buku di lorong rak besar, tapi ada panggilan dari ponselnya membuatnya langsung melihat. Rupanya dari Chandrea membuatnya bingung dan berjalan ke luar dari perpustakaan lalu mengangkat ponsel itu, karena di dalam perpustakaan tidak boleh menggunakan ponsel.
"Halo?"
Namun tak ada jawaban sama sekali, ia menjadi bingung tapi mendadak dia mendengar tawa khas dari Chandrea.
"Ehehehmm…"
Seketika Xela terkejut mendengar itu dan langsung menoleh ke samping yang rupanya benar, Chandrea berdiri agak jauh di lorong itu dengan adanya ponselnya di telinga nya dan juga senyuman khas nya.
"Aku tahu kamu ada di sini, ehehehemm…" tatapnya sambil menurunkan ponselnya itu dan mulai mendekat membuat Xela waspada.
"Hai... Sekedar laporan, aku sudah menyelesaikan tugasmu ehehemm," tatap Chandrea sambil tertawa senang sendiri.
Xela yang mendengar itu menjadi senang. "Benarkah, terima kasih banyak, aku benar-benar tidak memiliki orang yang terpercaya sepertimu, sekali lagi terima kasih."
"Ehehehemm…" Chandrea hanya tertawa kecil.
Lalu melihat Xela mengeluarkan beberapa lembar uang yang di berikan pada Chandrea yang menatap diam dengan senyum yang turun, layaknya dia tidak tahu kenapa di ulurkan beberapa uang.
"Um, ini imbalan mu karena telah membantuku," kata Xela dengan nada agak canggung.
Tapi Chandrea masih terdiam, dia bahkan tidak tersenyum dan hanya memasang ekspresi diam datar pada Xela yang terkejut melihat itu. "(Ke-kenapa ekspresinya sangat berbeda, apa dia marah denganku? Sepertinya uangnya kurang…?) Um, jangan khawatir aku akan memberikan uang lebih besok…" Xela tampak ketakutan.
Tapi begitu dia mendengar Chandrea mengatakan sesuatu. "Aku tidak mau…" balasnya singkat membuat Xela terdiam dari gemetar ketakutan dan lebih menatap kosong. "Kamu, tidak mau uang?"
"Kau pikir ini semua bisa di tukar dengan uang? Aku sudah bilang padamu kalau imbalan nya kamu harus lebih dekat dengan ku," kata Chandrea, di kata terakhirnya, dia langsung tersenyum ramah dan sebentar lagi pasti tertawa khas itu muncul.
"Um, jadi, kamu hanya ingin kita dekat, kamu membantu ku tanpa pamrih, tapi bagaimana jika kamu meminta dan menyuruh nyuruh aku seperti mereka yang membullyku?" Xela tampak masih ragu dengan tawaran pertemanan Chandrea.
Lalu Chandrea tertawa kecil di susul perkataan nya. "Ehehehmmm… Aku tidak sama seperti mereka, aku lebih suka kutu buku sepertimu, juga tak akan memperlakukan mu dengan sikap mereka, ini sikap ku sendiri… Ehehemm."