webnovel

Jalan Kehancuran

Dunia di mana semua orang dinilai dengan kekuatan yang mereka miliki. Itulah dunia yang Budi tinggali setahun ini setelah menyebrang ke dunia lain, tanpa kekuatan apapun, dia hanya bisa menjadi budak. Namun, sebuah petualangan dalam menaklukkan dungeon level SSS merubah semuanya. Setelah mengalahkan bos di dalam dungeon tersebut, semua orang kecuali Budi tewas karena jebakan. Dengan semua barang dan senjata yang ada, Budi akan melakukan serangan balik. "Dunia ini sangat busuk karena semua hal dinilai dengan kekuatan, karena itu aku akan menghancurkan semua kekuatan dan menjadikan dunia ini surga untuk orang-orang lemah." Dengan pemikiran itu, Budi memulai perjalananannya untuk membantai semua pejuang kuat.

WahyuET · Fantasy
Not enough ratings
17 Chs

Langkah Pertama Revolusi (Bagian 2)

Semua petualang secara tidak sadar langsung menggunakan sihir. Di dunia ini, sihir adalah kekuatan yang sangat praktis dan kuat, jadi ini adalah hal normal untuk memulai serangan dengan sihir.

Namun, dengan sangat mudah semua sihir dinetralkan menggunakan cincin penetral sihir.

"Sial! Dia bisa menetralkan sihir, gunakan senjata!"

Setelah mengetahui sihir tidak bisa digunakan untuk melawan Budi, para petualang dengan cepat mengeluarkan senjata masing-masing dan bergegas menyerang Budi.

Tapi, tentu saja ini bukan masalah bagi Budi. Di kelilingi oleh para petualang yang siap menyerangnya kapan saja, Budi memegang erat pedangnya yang bisa memotong apa saja dan memulai pembantaiannya.

Para petualang yang datang dengan mudah Budi tebas, serangan mereka juga bisa dengan mudah Budi hindari, semua ini tidak lain karena ramuan yang tidak hanya meningkatkan kekuatan dan kecepatan, tapi refleks dan konsentrasinya juga.

Di barisan belakang, Diego, sang wakil ketua perserikatan petualang mengerutkan dahinya lalu berteriak.

"Dengarkan, semua petualang level A ke bawah mundur, kalian tidak bisa menghadapinya!"

Setelah mendengar teriakan tersebut, para petualang yang masih ingin mencoba menyerang langsung mundur. Walaupun masih dalam keadaan marah, tapi pikiran mereka masih berfungsi dengan sempurna, dan mereka juga mengerti bahwa musuh di depan tidak bisa mereka hadapi.

Akhirnya hanya ada 6 petualang level S dan Tetra. Mereka berdiri tidak jauh dari Budi yang sedang memotong salah satu petualang yang telah kalah darinya.

"Haha, ayo serang lagi, aku akan membantai kalian semua!"

Seperti orang gila, Budi terus menusuk tubuh yang telah mati dan memprovokasi 7 orang di depannya. Sementara itu, Diego melirik ke sampingnya dan berkata pada Tetra.

"Mundurlah, biar kita para petualang yang melawannya."

Diego tidak pernah melihat Tetra sebelumnya dan tidak tahu kekuatan Tetra. Namun, dari yang terlihat, Tetra bukanlah petarung yang kuat.

"Aku bisa bertarung."

Tetra menjawab dengan tegas. Bukan karena dia sombong, tapi karena dia percaya diri pada kemampuannya. Selain itu, dia melihat Budi tidak pandai bertarung dan hanya memiliki kekuatan saja. Bisa dikatakan Budi hanya bayi yang diberikan kekuatan monster yang saat ini sedang mengamuk, tidak akan sulit mengalahkannya dengan kemampuan berpedang yang telah pak tua ajarkan.

"Tidak masalah, dia bisa bertarung."

Guts berkata dengan tegas. Di pertarungannya sebelumnya, Guts telah menyaksikan kekuatan Tetra dan bahkan dia sedikit kagum. Dengan kekuatannya, dia mampu mengimbanginya dengan cara menggunakan gerak tubuh paling optimal dan melakukan serangan di posisi paling mematikan.

Diego mengangkat alisnya dan tidak berbicara lagi. Dia kini memandang Budi dengan tenang dan berteriak.

"Siapa kau dan apa tujuanmu?"

"Perkenalkan, namaku Budi, orang yang akan membawa api revolusi ke dunia ini. Apakah kau puas? Jika iya, mari kita langsung saja bertarung."

Diego melirik pedang yang dipegang oleh Budi dan mengerutkan keningnya. Dia sudah pernah melihatnya, pedang yang tampak biasa itu sebenarnya sangat tajam dan senjata biasa tidak akan mampu menahannya. Juga, pakaian yang Budi kenakan sebenarnya sangat kuat dan tidak mudah ditembus.

"Jangan beradu dengan pedangnya dan serang bagian tubuh yang tidak dilindungi oleh pakaiannya." Ucap Diego pelan.

Meskipun senjata Diego dan para petualang lain bukan senjata biasa, tapi mungkin hanya akan bertahan beberapa pukulan dan kemudian patah, jadi Diego meminta mereka setidaknya menghindari dari beradu senjata.

"Jangan banyak basa-basi, jika kalian tidak mau maju, biar aku yang maju."

Setelah mengatakan itu, Budi langsung bergegas menuju Tetra dan lainnya.