webnovel

Jadi kelinciku

Yumna seorang gadis Mutisme selektif atau SM yakni gangguan kecemasan misterius yang kerap digambarkan sebagai fobia berbicara. Bahkan karena ia merasa asing dengan sikap mamanya, ia jadi tak pernah berani bicara dengan ibu kandungnya sendiri. anehnya ia hanya bisa berbicara normal dengan seekor kelinci bernama 'Cherry'. Meskipun tentunya tak pernah ada jawaban. Namun suatu hari takdir baik mempertemukannya dengan Diva seorang psikiater. Atas dasar suatu alasan Diva berniat menyembuhkan Yumna. Perlahan tapi pasti, Hidupnya mulai berubah... Baik Yumna maupun Diva. Masing masing memiliki kisah cinta yang cukup rumit. Tentang cinta dalam diam yang dialami seorang gadis pengidap phobia bicara kepada laki laki yang baru datang dihidupnya. Sementara yang satunya lagi adalah tentang seorang Psikiater yang terus menyembunyikan rasa cintanya pada pria yang tak berniat menikah sama sekali. "Aku sulit mengatakan cinta, tapi bukan berarti aku tak punya cinta."

Twinlight_99 · Teen
Not enough ratings
105 Chs

Flora dan Mysophobia

Ingin sekali Flora menjejalkan sepatu ke mulut Zaky, si cowok gak ada akhlak itu.

'Issh mati aja lo!' Kutuk Flora dalam hati. Ia menatap berang pada Zaky. Mengabaikan usapan tangan Thifa di punggungnya. sedangkan Yumna tampak ragu ragu untuk mendekat. Temannya satu itu tampak gusar melihat tawa Zaky yang tak kunjung reda.

"Fauna...hahahaemmmm!" Mendadak gelak tawa Zaky lenyap dalam sekejap. Sebuah roti yang masih terbungkus plastik membungkamnya paksa.

"Niat ngasih gak sih...?! buka dulu kek.." Gerutu Zaky seraya membuka brutal kemasan roti itu dengan gigi. Dan mengamati Dylan sekejap. Lumayan juga punya teman yang gera

k cepat kayak Dylan. Baguslah dia mau beliin roti. Pikirnya. Lumayan buat ngeganjal perut.

"Kapan gue nikah ama nenek lo heh!." Dylan mencibir pelan. Suaranya melemah saat mendapat lirikan tajam dari cewek di sebelahnya. Dengan langkah gesit ia berpindah kesamping Zaky. Cari aman saja.

"Gue baru tau kalau dia pacar lo... galak banget Zak.." bisik Dylan salah tanggap.

"Heh salah!... pacar gue yang itu." bisik Zaky seraya menunjuk Yumna santai , lalu Ia lanjut sibuk mengunyah. Dylan manggut manggut lantas berbisik "Kok kalem sih?." Zaky kontan menoleh dengan sebelah alis terangkat. Maunya apa sih?.

"Kalian lagi bisik bisik apa sih.. jangan ngegosip..!" Gerutu Thifa geram. "Ngegosip itu tugas cewek.." lanjutnya bersedekap dengan pipi menggembung. Huh Seketika Flora menatapnya sesal. Apalagi kedua cowok itu langsung tertawa mengejek. Padahal Ia sempat setuju dengan kata pertama temannya itu, namun langsung dipatahkan oleh kata selanjutnya. Aissh kapan Thifa bertransformasi jadi lebih pintar...? rasanya mustahil.

Disisi lain Yumna merasa terjebak di antara orang orang yang hanya membuang waktunya saja. Ahh lihatlah, ucapan Thifa membuat siapapun tepuk jidat. Dan Siapa pula pria yang bersanding dengan Zaky sekarang?. Dia terlihat sama gilanya dengan Zaky. Hissh... sepertinya tak akan ada yang peduli dengan rasa lapar yang makin menguras tenaganya.

Yumna berpikir keras bagaimana caranya lepas dari situasi ini. Zaky memang selalu menyebalkan. Dan tidak aneh jika Flora juga kesal. Ahh...Yumna jadi berharap perutnya kembali berbunyi.. Setidaknya mereka tau betapa menderitanya dia. Tapi kenapa malah perutnya sepi. Aissh... Huh!.. otaknya sudah buntu. Apapun itu... sebelum Thifa juga jadi korban ulah Zaky juga.

Yumna menghembuskan nafas cepat dengan keyakinan pasti. Meski sedikit ragu, ia menarik tangan Flora yang sudah mengepal. kedua gadis itu sontak menoleh. Memandangnya yang meringis seperti orang bodoh. Entah kenapa otaknya mendadak blank. Oh ayoolah.. masa diliatin temen sendiri aja grogi...

Ahh apa rencananya tadi?. Yumna memejamkan mata sesaat. Oh iya... dan kemudian ia segera memberi kode untuk pergi. Untungnya mereka langsung paham. Flora mendesis sinis pada Zaky sebelum akhirnya berpaling dan mengikuti langkah Yumna.

Thifa juga ikut saja. Agak lola juga mikirnya. masih bingung kenapa dua cowok itu tertawa cuma karena kata katanya. Bahkan mereka sampai tak menyadari kepergian dirinya dan kedua temannya. Ahh bodo amat! yang penting aku mau makan! pikirnya.

"Jangan lupa!.. pulangnya bareng aku.. besok juga berangkatnya!." Teriak Zaky dengan cengiran khasnya.

Yumna hanya berhenti barang sedetik demi mendengar seruan itu. Setidaknya itu adalah kabar baik, Zaky tak mengikutinya!. Fiuuh.. Tapi untuk yang itu. Soal pulang bareng, Yumna memang membutuhkannya. Anggap saja Zaky akan menjadi tukang ojek pribadi selama ia belum ada cara lain untuk pulang-pergi sekolah.

"Serius deh... sebenernya kalian pacaran apa engga?!." Tanya Thifa penasaran. Pasalnya, sikap Zaky benar benar beda ke Yumna. Seperti ada perasaan mendalam ditiap tatapannya ke Yumna. Ahh itu jelas bukan tatapan biasa.

Yumna menghela nafas berusaha sabar. Bahkan saat jauh dari cowok konyol itupun ia tetap terlibat situasi sulit karena dia. Huh! . Tentu saja 'Bukan!' pekiknya dalam hati. Ia lagi lagi harus menggeleng setegas mungkin. Hanya itu penolakan yang paling jelas untuk menolak mentah mentah tuduhan itu. Menjadi pacar Zaky?. Oh ayoolah.. Bahkan Zaky selalu menambah kesan buruk di hatinya setiap hari.

"Jangan lah... lo gak cocok sama dia..." Ujar Flora seraya menepuk bahu Yumna. Gadis itu mengangguk mengiyakan. Lalu mencuri pandang pada Flora diam diam.

Yumna sungguh tak menduga teman barunya itu ternyata adalah teman lamanya. Ahh aneh!. sulit dipercaya. Dunia memang sempit dan rasanya sudah terbalik. Masa TK ia menjadi anak dengan banyak teman, termasuk Flora juga temannya. Jujur, Yumna kecil memang sangat cerewet. Sebaliknya, Flora adalah anak pemalu. Dan sekarang, mereka seolah bertukar tempat. TK dan SMA.

Lihat saja, Flora terbilang tak takut siapapun. Malah orang lain yang tampak takut padanya. Kalau bukan karena kedatangan Yumna. Mungkin Flora akan tetap duduk sendiri.

Hmm.. Siapa pula yang mau menghadapi sikap Flora yang terkenal egois. Dan super duper sok bersih. Entah sejak kapan Flora mengidap Mysophobia. Yakni sejenis ketakutan berlebihan dan tidak masuk akal terhadap kontaminasi bakteri, kotoran, debu, kuman dan resiko infeksi penyakit. Sering disebut juga sebagai fobia kuman (germophobia) atau fobia kotor. Pernah sekali ada tisu bekas yang jatuh mengenai kakinya. Flora seketika itu langsung menjerit panik. Ahh lebay!

"Gue mau traktir kalian... jadi gak usah pada ngeluarin duit ya ra, na..." Ucap Thifa.

"Sejak kapan gue bawa duit..." sahut Flora tanpa ekspresi. Ia masih tak percaya sedang berjalan menuju kantin.

"Oh iya lupa... tapi Yumna kan gak kaya elo.. dia pasti bawa duit ya kan na?."

Yumna menggigit bibir bawah dengan tersenyum. Thifa mengernyitkan dahi ketika perlahan gadis pendiam itu menggeleng. Hah?!

Flora tersenyum simpul. Agaknya ada yang sepemikiran dengannya.

"Serius?.. jangan bilang lo juga fobia kotor.. kaya dia." Thifa menghentikan langkah dan menatap Yumna lalu ke Flora. Duh! punya satu teman model kayak Flora aja sudah cukup membuatnya pusing. Please jangan lagi deh. Ia benar benar menunggu jawaban Yumna dengan serius.

Yumna tertegun. Fobia kotor? iyakah ada orang seperti itu?. Flora? Fobia kotor?. Yumna sekali lagi menggeleng namun kaku. Ya!, masih sedikit bertanya tanya.

Yumna sendiri punya alasan lain tidak membawa uang. Bukan takut uang atau bahkan takut di uang itu ada bakteri dan sejenisnya. Sepenuhnya karena memang dia tak pernah butuh uang sejauh ini. Semua keperluan sudah dibelikan. Dan di sekolah sebelumnya Yumna selalu membawa bekal. 'Ahh iya! jangan jangan mba Desi sudah menyiapkan bekal di meja makan... ya itu pasti! duh!' sesal Yumna dalam hati. Ia mendesis pelan. Ahh pagi tadi ia tidak ke dapur sama sekali. Terlalu terburu buru. Sial!

Thifa menghela nafas lega.

"Bagus deh... gue cukup punya satu flora... gak usah ada flora flora lain di hidup gue... " ucapnya dengan senyum manis. Flora menatapnya jijik. Heh! apa maksudnya 'punya'?. Bahasa Thifa selalu sukses membuatnya tak nyaman. Anehnya gadis itu adalah satu satunya sahabatnya.

Mereka kembali berjalan santai. Melewati lorong kelas yang disana sini banyak sekumpulan siswa. Semua memandang ketiganya agak heran. Pasalnya ada satu cewek baru yang menempati posisi tengah diantara dua cewek yang terkenal unik itu. Siapa lagi kalau bukan Yumna. Huh! apa masalahnya?!. Namun sesaat kemudian mereka akan manggut mangggut dan kembali abai. Terus berulang seperti itu.

Flora terhenti saat memandang keramaian kantin. Wajahnya berubah pucat pasi. Namun Thifa segera menggandengnya paksa. Sementara Yumna makin tak sabar saja. Yeay makan! makan..! soraknya dalam hati.

Lagi lagi mereka menjadi pusat perhatian. Yang pertama karena kehadiran Yumna. dan yang paling utamanya adalah karena kedatangan Flora.

"Dia kesambet kali ya?.."

"Dia lagi nglindur kali.. "

"Mimpi apa gue semalem, bisa liat Flora di kantin.."

"Jangan jangan Flora amnesia.."

"Itu anak barunya?."

"Iya.. katanya namanya Yumna."

"ohh itu Yumna."

Yumna mengedarkan pandang setiap kali terdengar gunjingan anak lain. Ahh ini jeleknya punya telinga yang over peka. seolah tak ada rahasia untuk Yumna. Ia penasaran juga, ini hanya halusinasinya atau memang satu kantin membicarakan kedatangan mereka.

Thifa melempar pandang kesemua orang. merasa jadi pusat perhatian. Ia tersenyum manis. Dan sebelum ia melambai, Flora sudah lebih dulu menahannya. "Please jangan bikin malu." bisik Flora gregetan pada temannya yang polos itu.

"Weeh sayang... kamu gak salah bawa ini penyedot debu. haha." Ardhi tiba tiba merangkul Thifa sambil cengengesan.

Flora kontan melotot berang. Yumna kasihan juga. Apa salahnya peduli dengan kebersihan?. Kenapa semua orang mengejek sifat baik yang seperti ini.

"Gak ada meja kosong... hari ini penuh.. ramai banget kan..." ujar Ardhi sambil melempar pandang keseluruh meja. Thifa seketika cemberut.

"Floraaa..! huaaaaaa...." Tiba tiba seorang cowok membawa sapu yang bawahnya disodorkan ke Flora. Ia pasti ingin menakut nakuti gadis itu.

Flora tak bisa bergerak. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Mendadak nafasnya makin sesak.

"Jangan....!" pekik Flora. Yumna awalnya bingung, apa yang dilakukan cowok itu?. Tapi ketakutan Flora membuatnya jadi ikut panik. Ahh pasti karena itu.

"Hah hah...!." Nafas Flora berhembus tak beraturan. Sapu itu makin mendekat. Yumna menggeleng dengan tatapan memohon. Tapi tak digubris sama sekali. Flora meraih tangan Yumna dan menggenggamnya kencang. Ia mulai mual. Namun berupaya menahan.

"Pergi!... hiih... pergi...aaa..kotor ihh.." Racau Flora hampir menangis. Thifa melepas rangkulan pacarnya. Menatap prihatin pada temannya itu. Iapun bingung juga. Harus apa?.

"Pergi gak...!." bentak Thifa.

"Masa begini aja takut... nih..." Cowok itu makin berani saja. Menyodorkan Sapu itu lebih dekat. Sebenarnya belum menyentuh Flora tapi jaraknya sudah sangat tipis.

"Kyaaa!..." Flora terlonjak kaget dan langsung jatuh terduduk. Yumna tak tahan lagi. Ia pun merebut paksa sapu itu. Dan langsung dilempar jauh sembarang. Nafasnya memburu.

"Pergiii..! udah puas kan lo!!..." Pekik Flora sekuat tenaga. Cowok itu seketika terdiam. Muncul sesal dihatinya. Tangannya mengulur. berniat membantu gadis itu. Tapi langsung di tepis. "maaf." lirihnya.

Rahang Yumna mengatup keras. Menatap muak pada cowok jahat itu. Ternyata lebih sakit melihat teman yang ketakutan. daripada merasakannya. Ahh selain karena ini. Pasti Flora juga malu karena di saksikan banyak orang. 'Dasar Cowok!' selalu menyebalkan.

Yumna dan Thifa membantu Flora berdiri. gadis itu langsung menyembunyikan wajahnya di bahu Yumna sambil terisak. Mereka berjalan meninggalkan kantin. Mengabaikan puluhan pasang mata yang menatap mereka tanpa berkedip.

Flora tak melepas temannya sama sekali. Ia menumpahkan semua air matanya di seragam Yumna. tangan satu lagi masih menggenggam erat jemari Thifa

"Ke UKS aja ya..." Lirih Thifa lembut.