webnovel

PART 6

"Cintaa.... Cintaa....!!"

Suara itu kembali didengar oleh Cinta dan Bara. Cinta yang menyadari siapa pemilik suara itu sangat terkejut.

"gawat kak! Itu Mala!. Aduh gimana ini, apa jadinya kalau sampai dia tahu ada kak Bara disini?". Cinta sudah kebingungan, tak tahu apa yang harus ia lakukan. Tanpa sadar dia sudah mondar mandir tidak jelas dihadapan Bara yang kini sudah terduduk diatas ranjang sambil melihat tingkah mahasiswinya yang juga istrinya itu. Bara tersenyum. "Cinta! Berhenti bertingkah konyol". Ucapnya yang tidak dihiraukan Cinta. Dan masih mondar mandir kebingungan.

"kak Bara gimana sih? Itu sahabat aku lagi diluar loh?. Gimana kalau dia lihat kak Bara disini? Apa pendapatnya?. Aduh aku bingung!."

"Bilang saja aku suamimu!". Ucapnya sambil terkekeh.

"apa?!! Kak Bara gila apa? Dia pasti kaget kalo aku bilang gitu. Aku belum cerita apapun soal pernikahan kita!".

Bara masih memandangi tingkah lucu istrinya yang kebingungan karena kedatangan sahabatnya didepan kamarnya. Tanpa basa basi dia pun langsung menuju ke arah pintu kamar.

"Lo lama banget sih buka pintunya!".suara itu yang pertama menyambutnya ketika membuka pintu, dengan cepat di tutupnya pintu kamarnya. Sengaja agar membuat sahabatnya itu tidak memasuki kamarnya. Bisa gawat kalau tahu ada Bara dikamarnya.

"Lo ngapain sih? Kok di tutup kamarnya?. Pelit banget sih!" tanya Mala sambil mengerucutkan bibirnya.

Cinta tidak mau kalah. Dia kembali bertanya kepada Mala kenapa menemuinya. "Lo yang kenapa? Gedor-gedor kamar orang. Kenapa?"

Nafasnya memburu, seperti habis lari marathon.

"Cin.. Lo sehat kan? Kenapa sih loh? Capek? Napas dulu napas... Kek abis lomba lari. Kenapa sih?".

"udah deh,gue gak kenapa-napa. Lo ada apa kesini?." tanya Cinta lagi.

"Iishh dasar bocah aneh! Gue kesini mo ajakin lo berenang. Yukk yukk berenang?". Ajak Mala memaksa

Tanpa berfikir panjang Cinta langsung mengiyakan ajakan Mala. Yah tentu saja itu agar sahabatnya cepat-cepat pergi dari depan kamarnya. "Ok! Gue siap-siap dulu ya?!" sambil mengacungkan jempolnya, Mala kembali ke kamarnya yang letaknya hanya selang 3 kamar dari kamar Cinta. Dia memastikan sahabatnya masuk terlebih dahulu memasuki kamarnya. Setelah memastikannya aman, baru kemudian Cinta menghela nafas lega setelah mengusir sahabatnya dengan jawabannya barusan. Kemudian dia berbalik dan segera ingin kembali ke dalam kamarnya.

"Sial!!! Kamarku nggak bisa kebuka!". Ah ya, dia lupa mengambil kartu kamarnya. Otomatis hanya orang yang masih berada di dalam yang bisa membukakannya. Siapa lagi kalau bukan Bara! Suaminya yang menjengkelkan itu.

"Kak Bara! Bukaaaa". Ucapnya pelan sambil mengetuk pintu. "Kak Bara! Bukain dong!" ulangnya lagi.

Pintu kemudian dibuka perlahan. Cinta mendorong kasar pintu kamarnya dan menutup cepat agar tidak ada yang melihat bahwa di kamarnya sedang ada Bara yang notabene nya juga dosennya. Cinta begitu lega setelah bisa mengusir sahabatnya sendiri, berbeda dengan reaksi Bara yang sangat bahagia melihat kekacauan Cinta saat bertemu sahabatnya. Bahkan bara tidak berhenti tertawa kecil dan sesekali tersenyum.

"kamu lucu sekali kalau ketakutan".

"Lucu? Kak Bara nggak tahu apa gimana bingungnya aku ngadepin sahabatku sendiri. Semua karena kak Bara ada disini!". Cinta memprotes kelakuan suaminya yang menggodanya.

"Tinggal bilang aku suamimu!. Selesai kan?." ucap Bara singkat.

"Cihhh, suami. Kakak lupa kesepakatan kita?. Lagi pula kakak sendiri yang bilang kalau dalam pernikahan kita kakak hanya menganggapku adik, dan kita hanya berteman".

Terjeda beberapa menit kemudian Cinta menarik tangan Bara menyuruhnya keluar paksa dari kamarnya.

"Udah kak Bara sekarang keluar aja! Aku mau siap-siap! Nanti Mala kelamaan nungguin. Kalau dia balik lagi gimana?.

"Ta..tapi.."

"Nggak ada tapi-tapi!". Sudah sampai di depan pintu Cinta membuka kenop pintu dan mendorong Bara keluar dari kamarnya. "Balik kamar!".

Jebrakkk....!!!!

Pintu kamar sudah di tutup.

*******

Bara pov

Hari ini aku terbangun dengan mendapati rumah kosong. Hanya ada aku didalamnya. Benar saja, ternyata Cinta sudah pergi ke kampusnya. Dan dia menuliskan pesan bahwa dia akan pergi selama seminggu. Ah, yang benar saja. Ada sedikit rasa khawatir yang menjalar di hatiku, bukan bagaimana ya? Aku hanya ingin menepati janjiku pada papa mertuaku. Tapi aku sedikit heran kenapa kepergiannya dalam waktu seminggu bisa sama sepertiku. Aku juga ada acara di kampusku selama seminggu. Kuletakkan kembali pesan di kertas dari Cinta dan bergegas bersiap untuk perjalanan jauhku. Hanya butuh waktu 30 menit aku berkemas kemudian berangkat, mengingat perjalananku menggunakan mobil pribadi jadi bisa kapan saja aku berhenti.

Kulajukan mobilku menuju ketempat tujuanku. Dalam perjalanan tiba-tiba saja aku teringat ucapan papa Atma . Suaranya yang lirih memohon seolah-olah membayangiku dan selalu terngiang di telingaku "tolong jaga anak papa" yah begitulah suara itu selalu membayangi telingaku beberapa hari terakhir. Sepertinya hidup dengan Cinta tidak seburuk yang aku fikirkan, walaupun aku dan dia belum saling mencintai. Tapi sepertinya aku yakin kalau seiring berjalannya waktu kami akan membuka diri satu sama lain. Yahh! Hari ini aku putuskan untuk menjadikan pernikahanku dan dia dalam arti yang sebenarnya. Tapi aku juga akan memastikan dia tidak keberatan menerimaku perlahan. Aahh sial!!! Aku menyesal pernah membuat kesepakatan gila itu! Lagi pula apalagi yang aku harapkan dari wanita lain? Apalagi Angel! Ah nama itu lagi!!! Kini aku bahkan muak menyebut namanya. Aku sudah memiliki istri... Yah, mulai sekarang aku akan menerima Cinta sebagai istriku yang sebenarnya.

Dalam perjalananku, aku sempat mampir beberapa saat ke cabang restaurantku di Surabaya barulah kemudian aku menuju hotel di daerah Malang yang sudah dipesan khusus untuk beberapa orang mahasiswi mahasiswa di kampus tempatku mengajar. Aku sampai terlebih dahulu beberapa menit sebelum mereka sampai, aku bisa saja sampai lebih dulu tapi tujuanku mengendarai mobil sendiri memang karena aku ada keperluan lain. Jadi sekalian saja.

Bus yang membawa rombongan kampusku tiba di depan hotel. Mereka turun satu persatu, hingga mataku sedikit terkejut melihat salah satu mahasiswi yang baru turun dari busnya. Aku kaget! Dia lebih kaget lagi. Yah! Aku melihat gadis yang beberapa minggu lalu kunikahi! Cinta Anastasya! Dia mahasiswiku??

Setelah turun dari busnya dia berjalan menuju rombongan yang sudah berkumpul untuk mendengarkan arahan dari salah satu dosen. Aku jelas melihat dia berdiri sedikit jauh dariku. Mungkin dia sengaja menghindariku!

Aku tak kuasa untuk menahan untuk tidak mendekatinya dan bertanya secara langsung.

"Kamu mahasiswi kampus ini?" tanyaku.

"astagfirullah! Bikin kaget aja sih!" dia nampak terkejut ketika mengetahui aku sudah ada disampingnya. Jelas saja! Sedari tadi dia menunduk saja. Mana menyadari aku berjalan mendekatinya.

Aku tak mau kalah! Aku harus mendapatkan jawaban darinya langsung! "Jawab aku!"

"Nanti saja!" jawabnya singkat! Kemudian dia bergeser dengan sengaja dan aku yakin itu untuk menjauhiku.

Aku sungguh tak sabar mendengar jawabannya. Saat semua rombongan memasuki kamarnya, aku juga langsung berjalan menuju kamar, eitss tapi bukan kamarku. Aku kekamar Cinta! Apalagi? Tentu saja aku meminta jawabannya langsung darinya. Oh ayolah! Ini sebenarnya tidak penting, karena jelas-jelas istriku ini juga mahasiswiku. Tapi ini kesempatanku untuk berdekatan dengannya. Ok ralat! Mencoba.

Beberapa menit aku dan Cinta berdebat kecil, tapi bukan pertengkaran. Hingga saat kita bertemu dalam tatapan intens! Suara sahabat Mala yang bising itu mengalihkan perhatian kami. Dan kalian tau bagaimana reaksinya? Cinta sungguh terkejut, dia bahkan bingung harus melakukan apa jika sampai sahabatnya tau ada aku dikamarnya? Tanpa sadar dia berjalan mondar mandir sendiri, dan itu sukses membuatku tersenyum geli dengan tingkahnya. Kemudian dengan santai saja aku menyuruhnya mengaku pada sahabatnya "Bilang saja aku suamimu!"

Lagi-lagi Cinta bersemu merah membuatku gemas ingin mencubit pipi merahnya. Sepertinya aku punya mainan baru di rumah nanti, yaitu menggodanya!.

Entah kenapa sekarang aku mulai suka saat dia bersemu merah karena malu. Bagiku itu adalah pemandangan menyenangkan sekaligus hiburan bagiku. Lagi-lagi aku menyesal merutuki diriku sendiri. Bodoh Bara! Kenapa kau meminta kesepakatan itu! Dan kini dia sendiri yang melanggar kesepakatanya!!!