Mendengar kabar Bella kecelakaan dan dilarikan ke salahsatu rumah sakit terdekat, Hadrick yang shock tidak sontak membangkitkan tubuh dari meja kerjanya.
Lelaki itu terlihat dingin, menautkan kedua tangan di atas meja, tentu saja berusaha menenangkan diri, bukan berarti tidak perduli. Sekretaris yang menunggu di ambang pintu memerhatikan Hadrick yang mengatur napas, tubuh tuannya gemetar, sepasang matanya memerah dan berair.
Ternyata usaha Hadrick menenangkan diri tidak membuahkan hasil, akhirnya raungan depresi lelaki itu terdengar. Dikepalkannya tangan, digunakannya untuk menghantam semua benda yang ada di sekitarnya.
Sekretaris lelaki yang menyaksikannya terlihat shock, lelaki itu mundur beberapa langkah tapi tidak berani mengeluarkan diri dari ruangan. Tangis tuannya terdengar, setelah menghancurkan semua benda berharga yang ada di ruangannya Hadrick memukul-mukul meja menggunakan kepalan tangan.
Hadrick meneriakkan nama Bella, "Bella! Bella! Sialan kamu, Bella!" Di lantai Hadrick terlihat begitu terpuruk. Lelaki itu sesegukan, namun tak lama tangisnya mereda.
Perlahan Hadrick berhasil mengontrol emosinya lagi. Lelaki itu langsung menegapkan tubuh.
Seakan tidak terjadi apa-apa langsung diusapnya kedua pipinya yang hangat dan basah. Begitu saja Hadrick meninggalkan ruangan kerjanya yang sudah menyerupai kapal pecah, tanpa berkata sepatah-katapun meninggalkan sekretarisnya yang tidak langsung menyusul.
Mizen mengusap dada, sebelum menyusul sang Tuan lelaki itu menghubungi salahsatu pelayan untuk membersihkan ruangan Hadrick.
Di lorong Hadrick melangkah lunglai. Raut lelaki itu terlihat datar, namun bibirnya menyebut-nyebut nama Bella tanpa suara dan tanpa henti.
Seperti menyumpahi wanita itu dan memaki-makinya karena sudah bebal ingin pulang ke rumah orangtua tanpa ditemani oleh Hadrick, ini akibatnya! Wanita itu kecelakaan, sekarat dan hampir mati.
Sambil berlari Mizen berhasil mengejar langkah Hadrick, disusulnya sang Tuan sampai ke halaman depan dimana mobil mewah Hadrick terparkir, tanpa disuruh Mizen langsung membukakannya.
Lelaki itu yang akan menjadi sopir, mengantar Hadrick sampai ke tujuan. Masih membisu, Hadrick duduk di bangku belakang. Padahal sebelumnya sempat mengamuk, untuk sekarang lelaki itu terlihat sangat tenang.
Mizen sedikit ragu untuk mengajak tuannya bicara dan mengusik lelaki itu. Sambil menyalakan mobil dengan nada takut, Mizen memberanikan diri untuk berkata, "Keadaan Nyonya Bella cukup memprihatinkan, Tuan. Pelayan dan sopir yang menemaninya meninggal di tempat, sedikit kemungkinan Nyonya Bella bisa bertahan, bayinya saja sudah tidak bisa diselamatkan—"
Suara Hadrick terdengar tajam, "Diam."
Helaan napas lelaki itu terdengar kasar, "Jangan bicarakan padaku sekarang, biar aku melihatnya secara langsung nanti."
Mizen semakin terlihat prihatin. Padahal sudah disuruh diam, lelaki itu masih memberanikan diri untuk membuka mulut, "Saya turut berduka Tuan, Anda gagal menjadi Ayah …."
Hadrick berteriak emosi, "Sudah kukatakan, diam! Jangan dibahas! Aku tidak perduli anakku itu mati atau selamanya aku tidak bisa menjadi seorang Ayah! Asal jalang itu selamat! Asal dia masih hidup dan tidak mati karena kebodohannya sendiri!"
Air mata Hadrick kembali menetes. Lelaki itu mengalihkan wajah dari pantulan kaca spion, lalu mengurut pangkal hidung demi mengontrol emosi.
Mizen terlihat ciut. Setelah mengatupkan bibir rapat-rapat, lelaki itu langsung melajukan mobil. Satpam di gerbang raksasa langsung membukakan jalan untuk mereka lewat. Sepanjang perjalanan, Mizen tidak bisa berhenti melirik wajah tuannya yang kembali berusaha menenangkan diri.
Ternyata meski emosional, dalam sekejap Hadrick ahlinya mengontrol emosi. Meski pertahanannya bisa langsung hancur saat diajak bicara.
Sesampainya mereka di halaman luas gedung rumah sakit, Hadrick turun dengan santai. Lelaki itu melangkah meninggalkan parkiran untuk memasuki gedung tinggi di depan matanya. Mizen menyusul demi mengawasi sang Tuan yang takutnya mendadak hilang kendali dan membuat keributan.
Syukurlah, sampai ke IGD Hadrick berhasil mengukuhkan pertahanannya. Di depan brankar yang dibaringi Bella yang tak sadarkan diri, Hadrick terlihat tergugu. Mizen berdiri takut di balik punggung Hadrick yang tidak berkutik sama sekali.
Mata Hadrick menelusuri tubuh lesu Bella yang kurus, penuh memar, penuh perban, terutama perut wanita itu yang sudah mengempis. Anaknya benar-benar tiada … sebagai Ayah Hadrick sedikit kecewa tapi daripada rasa terlukanya lelaki itu lebih takut jika harus kehilangan Bella juga.
Tubuh Hadrick mendekat, tangan besar lelaki itu mengusap kening Bella yang aman dan masih mulus meski pucat dan sedikit dingin. "Dasar perempuan bodoh," Hadrick memaki dengan mata merah. "Benar-benar bodoh."
Tidak perduli pipi Bella terluka Hadrick mencium kuat pipi kanan wanita itu. Seperti mengisap kuat dan meninggalkan noda ungu, Mizen tidak memiliki cukup keberanian untuk menghentikan kelakuan tuannya.
"Bagaimana dengan ayahmu? Apa kamu diterima dengan baik oleh beliau sebelumnya?" Hadrick bertanya pelan.
"Atau kamu dipukuli?" Nada suara Hadrick berubah. Lelaki itu menggeram marah.
Hadrick yang cemas dan panik seperti kehilangan akal, kedua tangan lelaki itu menyingkap dan membuka pakaian Bella. Mencari-cari luka-luka dan memar yang mungkin ditinggalkan oleh ayahnya di tubuh Bella, Mizen mengeluarkan diri dari ruangan karena Bella nyaris ditelanjangi.
Karena tubuh Bella penuh luka dan memar, Hadrick 'pun tidak bisa membedakan mana yang karena dihajar atau karena kecelakaan, akhirnya erangan putus asa Hadrick terdengar. Lelaki itu bertanya-tanya panik, "Kamu tidak dipukuli 'kan? Kamu tidak dihajar 'kan? Andai iya, aku tidak akan membiarkannya, Bella. Kamu tidak boleh terluka secara fisik karena tangan manusia. Bahkan tanganku haram memukulmu."
Hadrick tidak memakaikan kembali beberapa potong pakaian yang ditanggali Hadrick di tubuh Bella. Lelaki itu masih mencari-cari dan berusaha membedakannya, antara luka dan memar karena pukulan atau pecutan dengan benturan karena kecelakaan kendaraan.
Dari tangan, tungkai kaki, perut dan paha, semuanya tidak lepas dari pengamatan Hadrick. "Kamu baik-baik saja 'kan? Ayahmu tidak akan setega itu 'kan? Kamu wanita hamil saat menemuinya, tengah hamil besar. Tentu saja, dia tidak akan setega itu."
"Tuan, Tuan." Beberapa perawat yang masuk ke ruang IGD terkejut melihat Hadrick yang aneh. Mereka langsung mencegah dan berusaha menjauhkan Hadrick dari pasien. Hadrick protes dan berteriak, lelaki itu tidak mau lepas dari Bella, kembali digenggamnya tangan dingin wanita itu.
"Tenangkan dirimu, Tuan. Demi istrimu, agar dia baik-baik saja dan Tuhan berkenan memberikan keajaiban."
Karena sama-sama mengharapkan keajaiban, Hadrick akhirnya menurut.
Lelaki itu rela saat dibawa pergi keluar dari IGD. Tapi bukan berarti suasana hati Hadrick akan menjadi lebih baik, lelaki itu terduduk di lantai luar sambil menangis. Mengabaikan tatapan aneh dan iba orang-orang yang lewat di lorong, terutama Mizen yang tidak tahu harus berkata apa demi membujuk tuannya.
Di ruangan IGD, pakaian Bella yang sempat dilepas Hadrick langsung dirapikan lagi di tubuh wanita itu. Beberapa perawat geleng-geleng kepala, sebelumnya sempat berburuk-sangka Hadrick ingin memerkosa istrinya sendiri dalam keadaan seperti itu. Tapi mendapati Hadrick menangis, sepertinya tidak akan setega itu.