Mendengar jawaban pria itu, Lilia menatap kosong ke arah Jean.
Dia tidak pernah menyangka kalau Jean akan tiba-tiba membicarakan soal surat nikah mereka. Pikirannya kacau balau dan dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Selama ini Lilia selalu menghindar dari topik itu, karena itu mengingatkannya kalau orangtuanya menjualnya demi keuntungan. Awalnya Lilia berpikir kalau dia membenci pernikahan kontrak ini, tapi sekarang…pikirannya sudah berubah.
Ketika Lilia akhirnya pulih dari keterkejutannya, dia berpura-pura merajuk. "Hmm, aku berhutang satu kali makan siang denganmu, dan kamu memintaku membayarnya dengan menikahimu? Itu sama sekali tidak terdengar adil bagiku."
"Benarkah?" Jean mengangkat alisnya. "Bagiku itu artinya kesempatan makan siang sekali saja denganmu sangat berharga. Tidakkah kamu setuju?"
Lilia berhenti berpura-pura dan hanya bisa tertawa mendengar jawabannya. Pria ini semakin ahli dalam berbicara manis!
Jean ikut tersenyum saat mendengar suara tawanya yang jernih. Dia merasa puas dengan dirinya sendiri karena berhasil membuat tunangannya tertawa.
Setelah puas tertawa, Lilia berdeham dan menegakkan tubuh. "Soal surat itu, aku hanya bisa menjanjikan satu hal padamu." Katanya.
"Apa itu?" Jean merasakan kalau Lilia sedang berbicara dengan serius saat ini.
"Setelah aku kembali dari Milan, aku akan menandatangani surat nikah kita."
Lilia mengamati ekspresi Jean saat dia mengucapkan itu. Selama sesaat tidak ada perubahan pada wajah pria itu, namun kemudian ekspresinya silih berganti menjadi terkejut, tidak percaya, hingga akhirnya gembira.
Lilia tidak pernah menyangka akan datang hari dimana dia menyetujui pernikahan kontrak ini…atas keinginannya sendiri. Walau Lilia belum lama mengenal Jean, semua perhatian dan kehangatan yang tersembunyi di balik sikap dingin pria itu perlahan-lahan melelehkan hati Lilia yang membeku. Dia tidak tahu bagaimana Jean bisa menyelinap masuk ke dalam celah pintu hatinya, tapi sekarang dia tidak dapat mengusir pria itu dari hatinya.
Di sisi lain, pikiran Jean seketika kosong saat mendengar kata-kata itu. Suara Lilia yang tegas dan tanpa keraguan menunjukkan kesiapannya untuk menghabiskan seluruh hidupnya di sisi Jean.
Aah, akhirnya.
Jean perlahan menggenggam tangan wanita itu, yang terlihat mungil bila dibandingkan dengan tangannya sendiri. Dia ingin Lilia dapat merasakan gejolak emosinya melalui jemari mereka yang bertautan. Kehangatan tangan wanita itu merambat naik ke lengannya, hingga merembes ke dalam dadanya.
Akhirnya aku mendapatkanmu.
Setelah bertahun-tahun mencari dan mengejar bayangan Lilia, akhirnya Jean berhasil menangkap wanita itu. Rasa cintanya meluap-luap saat ini dan dia ingin langsung menandatangani surat nikah mereka sebelum Lilia bisa lolos dari genggamannya lagi.
Namun Jean berhasil menahan diri dengan susah payah. Dia sudah belajar untuk menghargai keinginan Lilia.
"Kenny, hentikan mobilnya." Ucap Jean dengan suara serak. Walau dia bisa menahan diri dan tidak segera membawa Lilia ke kantor catatan sipil, dia tidak dapat mengendalikan luapan emosinya saat ini.
Sesuai perintah Jean, Kenny menepikan mobilnya dan dia buru-buru keluar dari mobil. Sang asisten berjalan menjauh, tatapannya dipenuhi perasaan yang kompleks. Dia ikut gembira dengan kemajuan kisah cinta bosnya, tapi dia juga tidak sanggup harus menjadi obat nyamuk setiap kali menyopiri mereka berdua.
Namun Jean tidak mempedulikan konflik batin asistennya itu. Sebelah tangannya menarik pinggang Lilia mendekat sambil mengangkat dagu wanita itu dengan tangan satunya. Jean terus mengamati wajah Lilia yang merah padam, mencari tanda-tanda penolakan. Dia tidak ingin memburu-buru wanita itu dan membuatnya takut.
Seolah menjawab kekhawatiran pria itu, Lilia tersenyum lembut sebelum memejamkan mata. Beberapa detik kemudian, dia dapat merasakan sesuatu menyentuh bibirnya dengan ringan, seperti kupu-kupu yang mendarat di atas bunga.
Lilia membuka mata dengan terkejut dan bertatapan dengan Jean. Wajah pria itu begitu dekat hingga dia dapat melihat setiap detailnya dengan jelas. Jean tertawa kecil saat melihat ekspresi Lilia.
Pria itu membiarkan kening mereka bersentuhan sebelum berkata, "Ciuman tadi hanya versi percobaannya. Aku akan menyimpan versi lengkapnya untuk setelah kamu menandatangani surat nikah itu."
Lilia merengut saat mendengarnya. Jean membuatnya terdengar seperti dia mengharapkan sesuatu yang lebih dari situasi ini!
"Kalau begitu, kamu tidak boleh mengecewakanku." Balas Lilia seolah tidak mau kalah.
Jean kembali tertawa dan akhirnya melepaskan Lilia. "Jadi, soal makan siang itu." Pria itu melanjutkan seolah momen romantis itu tidak pernah terjadi.
Lilia memukul bahunya secara main-main. "Kamu ini benar-benar…!"
*****
Sementara itu, Alfred menerima sebuah SMS saat dia baru kembali ke ruangan kantornya.
"Tuan Muda, Nyonya Besar akan berulang tahun yang ke-80 pada tanggal 5 bulan depan. Nyonya Besar ingin Anda pulang ke rumah dan menghadiri pesta ulang tahunnya."
Alfred mulai berpikir setelah membaca pesan itu. Akhirnya dia membalas, "Tambahkan nama Lilia Pangestu dalam daftar tamu. Kirimkan juga semua informasi tentangnya padaku."