webnovel

Istri Supermodel (For Sale!)

Impianku sebentar lagi jadi kenyataan! Tidak lama lagi aku akan tiba di Itali dan tampil di Milan Fashion Show! Foto-fotoku akan dimuat di semua majalah fashion di seluruh dunia! Akhirnya, semua pengorbanan dan kerja kerasku nggak bakal sia-sia! Tapi kenapa impianku justru jadi mimpi buruk!? Ayah tiba-tiba mengajakku untuk bertemu seorang CEO muda yang sombong bukan main. Katanya, untuk kelancaran usaha keluargaku, aku mulai sekarang jadi calon istri CEO itu! Aku tidak mau menikahinya! Kenal saja tidak, apalagi sampai cinta, tapi sekarang aku harus mengorbankan impianku demi jadi ibu rumah tangga!? Bagaimana dengan impianku? Apa usaha dan pengorbananku sia-sia? Apa maunya CEO paling sombong sedunia ini? Apa dia pikir uang bisa membeli cintaku? ****************************************** Halo pembaca baik hati, terimakasih sudah membaca Istri Supermodel (For Sale!) Untuk tetap update Istri Supermodel dan cerita-ceritaku yang lain, bisa follow facebook dan instagramku ya! FB: https://www.facebook.com/jane.wick.961556 IG: @renatawordsmith Terimakasih pembaca baik hati, Happy reading ^^

Renata99 · Urban
Not enough ratings
1252 Chs

Pria yang Tidak Boleh Ditentang

Peter berusaha berdiri, tapi Tom terus menendangnya sampai pria itu tidak berani bergerak sedikit pun.

Mendengar suara erangan Peter, Lilia berusaha menoleh ke arahnya. Dia ingin melihat penampilan menyedihkan penyerangnya itu.

Namun suara Jean yang tegas menegurnya, "Jangan dilihat."

Tangan Jean menekan kepala Lilia ke dadanya, mencegahnya melihat Peter yang berlumuran darah.

Tubuh Lilia berubah kaku saat pipinya menempel di dada Jean. Dia bisa mendengar detak jantung pria itu sejelas detak jantungnya sendiri. Iramanya yang stabil menenangkan Lilia dan dia berhenti mencoba menoleh.

Sementara itu, Peter terus mengerang kesakitan di lantai. Selain hidung patah, satu sisi wajahnya bengkak akibat tinjuan Tom. Kakinya masih berdenyut nyeri setelah diinjak sepatu hak tinggi Lilia.

Alex, yang mengikuti Tom dan Jean, mengangkat wajah dari informasi di layar teleponnya. Dia menatap Peter dengan dingin dan berkata, "Dia dari Keluarga Sarim."

Tom berpikir keras selama beberapa saat. "Keluarga Sarim? Aku tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya." Tom bertanya dengan bingung.

"Mereka tergolong orang kaya baru dan memiliki 30 cabang supermarket." Alex menjelaskan sambil melangkah masuk ke ruangan itu.

Tom menatap Peter penuh ketidakpercayaan. Mereka hanya punya beberapa cabang toko dan sudah bertingkah searogan ini? Bahkan kepala pelayan di rumah Tom saja masih lebih kaya daripada mereka!

Peter bergantian menatap para pria itu dan perasaannya menjadi semakin tidak enak. "Siapa kalian ini?!" Tanyanya ketakutan.

Mereka dapat menemukan informasi pribadinya hanya dalam beberapa menit dan masih memperlakukannya sekasar ini, jelas mereka bukan orang biasa!

Tom mendengus. "Tidak usah pedulikan itu. Aku lebih penasaran siapa yang berani menyentuh saudara iparku." Katanya dingin. Dia tampak mengintimidasi tanpa sikap cerianya.

Terdengar suara langkah kaki dan Chris muncul di ambang pintu. Dia menekan tombol lampu, membuat ruangan itu seketika menjadi terang benderang. "Maaf aku terlambat." Katanya sambil terengah-engah.

Peter menyipitkan mata sampai dia terbiasa dengan suasana terang itu. Ketika dia memandang para pria yang berkumpul di ruangan itu, wajahnya berubah pucat pasi. Dia mengenali mereka semua sebagai orang-orang yang punya kuasa dan pengaruh di berbagai bidang usaha.

Tom melirik ekspresi penuh horor di wajah Peter dan menoleh pada Jean. "Bro, apa yang harus kita lakukan dengan orang ini?" Tom terdengar persis seperti anggota geng mafia yang sedang berbicara pada bosnya.

Mata biru gelap Jean tampak seperti lautan yang membeku. "Aku tidak mau mendengar nama Sarim lagi. Singkirkan mereka semua." Jawabnya singkat.

Wajah Peter yang pucat berubah warna menjadi biru saat mendengarnya. Itu artinya tamat sudah bisnis keluarganya! Mereka menentang pria yang paling tidak boleh ditentang!

Tom menegakkan tubuh seperti prajurit terlatih. "Siap laksanakan! Kamu tidak perlu khawatir, aku akan mengurus semuanya!" Tom tersenyum lebar, berharap ini cukup untuk membuat Jean memaafkan kelalaiannya malam ini.

Tapi Jean hanya melontarkan tatapan sedingin es pada Tom sebelum membawa Lilia pergi dari sana. Bulu kuduk Tom seketika merinding.

"Jangan pikir kamu sudah dimaafkan", itu arti tatapan dingin Jean.

Tom mempertimbangkan apakah dia harus minta bantuan Lilia untuk meredakan kemarahan Jean nanti. Tapi saat ini, ada pekerjaan yang harus diselesaikannya.

Pria itu berbalik pada Peter dan menendangnya sekali lagi. "Siapa yang menyuruhmu melakukan ini? Ceritakan semuanya! Kalau kamu berani bohong…" Tom memelototinya. "…tidak akan ada ampun untuk Keluarga Sarim!"

Mendengar itu, Peter mulai menceritakan semuanya dengan putus asa seolah nyawanya bergantung pada ceritanya.