36 Karena Kamu

Di taman hotel yang sunyi, kehadiran Jean membuat Lilia merasa nyaman.

Setelah beberapa langkah, Lilia berbalik dan menatap pria yang mengikutinya dalam keheningan. Dia terus menimbang-nimbang apakah Jean akan tersinggung oleh pertanyaan ini, tapi rasa ingin tahunya menang.

"Apa kamu kenal Sara Hartanto?" Tanya Lilia.

Jean memasukkan sebelah tangannya ke saku sambil menyibakkan rambut pirangnya yang tertiup angin malam. Penampilannya yang tampan membuat jantung Lilia berdetak lebih kencang.

"Dia adik perempuan Chris dan cucu ketiga Keluarga Hartanto." Jawab Jean tanpa menyembunyikan apapun.

Lilia mulai mengusap dagunya, sebuah kebiasaan yang dia lakukan saat sedang memikirkan sesuatu. "Kalau kamu mengenalnya, kenapa kamu tetap memberikan video dan foto itu padaku?"

Inilah hal yang membuat Lilia bingung. Bukankah Jean seharusnya lebih memilih adik dari sahabat baiknya daripada wanita yang tidak dikenalnya?

Jean menatap Lilia tanpa berbicara selama sesaat. Kemudian dia menghampiri wanita itu dan menyelipkan seuntai rambut hitamnya ke belakang telinga. "Kamu penasaran kenapa aku justru menolongmu?" Jean menangkap maksud Lilia secara akurat.

Lilia menautkan kedua tangannya. "…kamu bisa bilang begitu. Kuharap kamu tidak tersinggung." Ucapnya.

"Hmm." Jean hanya tersenyum dan melangkah semakin dekat.

Lilia otomatis menengadah untuk bisa melihat ekspresi pria itu. Di bawah sinar bulan, rambut pirang Jean terlihat seperti emas yang berkilauan. Mendadak dia merasa sadar diri dengan kedekatan mereka.

"Kalau kamu tidak mau menjawab, katakan saja padaku! Jangan hanya tersenyum ambigu seperti itu!" Lilia mengalihkan pandangan dari wajah Jean.

Lilia bisa merasakan pipi dan telinganya memerah karena tatapan Jean. Jantungnya terasa seolah akan melompat keluar dari dadanya. Dia menarik nafas dalam dan membalikkan badan. Wanita itu berniat melanjutkan langkahnya, tapi Jean menangkap pergelangan tangannya. Dia kehilangan keseimbangan dan jatuh menabrak dada Jean.

"Kamu mau pergi ke mana? Tidakkah kamu mau mendengar jawabanku?" Bisik Jean di telinganya.

"K-Kamu tidak harus menarikku seperti itu! Katakan saja jawabanmu!" Protes Lilia sambil mendorong Jean menjauh.

Lilia merasa bahwa Jean menjadi semakin berani dan terbuka sejak makan malam itu. Pria itu terus berusaha memeluk atau menyentuhnya, seolah dia akan mati tanpa Lilia.

"Karena kamu."

Mendengar jawaban itu, Lilia menengadah dan menatap wajah Jean dengan penuh kebingungan. Mata biru Jean tampak serius.

"Aku menolongmu karena kamu. Tidak ada alasan lain."

Bagi Lilia, jawaban itu merupakan kata-kata paling menyentuh yang didengarnya malam ini.

Belakangan ini Lilia mulai berpikir kalau dia harus menikah kontrak dengan seseorang demi keluarganya, Jean bukanlah pilihan yang buruk. Dia masih belum siap untuk mempercayai dan mencintai orang lain setelah apa yang terjadi dengan William, tapi... Dia bersedia mencoba dengan Jean.

Masalahnya adalah…saat ini Lilia tidak tahu jawaban apa yang harus dia berikan.

"Ahhh, mataku!"

Tiba-tiba terdengar suara Tom yang berlebihan dari pintu hotel. Pria itu menutupi matanya dengan kedua tangan, tapi dia terus mengintip dari sela-sela jarinya.

Lilia buru-buru mendorong Jean menjauh dan mundur dua langkah. Dalam hati dia bersyukur atas kehadiran Tom yang tepat waktu.

Di pihak lain, tatapan Jean masih terpaku pada Lilia. Dia masih bisa mencium aroma bunga dari tubuh Lilia. Jean menarik nafas dalam-dalam dan menekan keinginannya untuk memeluk wanita itu lagi. Dia tidak ingin menakuti Lilia lebih dari ini.

Kemudian Jean membalikkan badan untuk mengurus orang yang mengaku-ngaku sebagai sahabat baiknya ini. "Kamu sudah tidak membutuhkan matamu lagi, kan?" Suaranya sedingin es.

avataravatar
Next chapter