Murni mendekati Dewi yang duduk di sofa bersama Rozak, ia memaksa duduk di tengah-tengah mereka. Rozak terpaksa menggeser duduknya. Hari ini Rozak dan Dewi pulang ke Balikpapan, besok pagi cuti mereka sudah habis. Murni merangkul lengan Dewi kepalanya di rebahkannya di pundak Dewi. Dia merasa sedih dan tak ingin berpisah dengan Dewi yang sudah di anggapnya kakaknya sendiri. Dia sudah merampas hak Richman sebagai adik. Tapi Richman tidak marah dengan perebutan hak milik ini. Malah ia merelakannya dengan bahagia. Paman dan keponakan ini mengalah, mereka pindah tempat duduk di teras sambil merokok.
"Murni, kamu kenal tidak dengan ibu Sunanik?" Murni menggelengkan kepalanya. Murn memangi tak punya banyak teman dan kenalan di Kota Bangun. " Dia teman kuliahku....nah sekarang ini dia mengajar di SMPN Kota Bangun.....Kamu nanti bisa belajar bahasa Inggris dengannya !. "'Yes!" Murni menjentikkan jarinya. Dewi tertawa. Anak ini sudah tidak sedih lagi seolah sudah mendapatkan mainan baru. Wajahnya cerah dan bersemangat kembali.
Selama beberapa hari ini mereka menjadi sangat dekat mengalahkan orang-orang yang kenal bertahun-tahun. Murni mendapatkan figur kakak yang tak pernah dimilikinya. Ia terbiasa memendam semua deritanya sendirian. Ia kemudian tumbuh menjadi gadis pendiam dan mandiri. Sambil bekerja jadi pembantu rumah tangga sejak umur 13 tahun ia juga menghidupi dirinya sambil menjualkan dagangan orang lain di pasar sejak jam 6 pagi hingga jam 8 pagi, lalu lanjut bekerja di rumah tetangganya. Dan malam hari dia bekerja lagi menjahit atap daun di usaha milik pamannya Sahril ayahnya Hasnah. Uang hasil kerjanya sebagian di tabungnya untuk biaya dia pergi ke Kota Bangun. Sudah lama Mbo Minah menyuruhnya pergi ke tempatnya hingga akhirnya ia bisa datang kesana, itupun di temani Hasnah karena ia tak pernah pergi sendiri. Padahal menurut mbo Minah ia sudah lama mengirimkan uang untuk ongkos Murni berangkat.
Takdir menemukannya dengan Richman. Dia tak perlu berfikir panjang menerima lamaran Richman yang mendadak. Meskipun ia menikah di usia muda tetapi ia berfikir mungkin Richman adalah jalan yang bisa membawanya pada kehidupan yang lebih baik. Dan kemudian semua terjadi diluar bayangannya.
Sekarang ia memiliki segalanya jauh diatas orang-orsng yang telah memperlakukannya secara sewenang-wenang bahkan menindasnya tanpa kasihan.
Mereka melepas Dewi dan Rozak dalam keharuan. "Nanti ku hubungi bu Sunanik untuk menemuimu", Dewi memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan Murni lalu masuk mobil. Mereka saling memberikan ciuman tangan ke udara.
Setelah Rozak dan Dewi berlalu, giliran Richman dan Murni yang pamit. Sekarang om Aji yang merasa kehilangan.
Baru saja ia merasakan kebahagiaan yang luar biasa, kini ia merasa sebatang kara dan kesepian.
Dalam hati ia tak mau berada pada kondisi yang sama selama bertahun-tahun. Ia tak mau mengulangnya lagi. Tetapi ia akan mengulang kisah lama yang dulu telah terlupakan lalu memperbaharuinya lagi menjadi kisah indah penuh harapan bersama orang yang di sayanginya.
Om Aji akhirnya memutuskan ikut Richman dan Murni, dia mulai tidak nyaman tinggal sendirian. Rumahnya sudah di urus Mbo Eli adiknya. Mbo Eli tidak keberatan meninggali rumahnya, sebab di rumahnya sendiri, sudah penuh dengan anak dan cucu-cucunya.
Setiba di Kota Bangun Om Aji sibuk membangun jembatan dan dermaga baru di belakang Villa Murni.
Rakit mbo Minah sudah berhasil di pindahkan ke belakang rumah Richman, menggunakan tougboat yang biasa menarik ponton atau tongkang batubara.
Pangkalan minyak Richman tidak lagi menggunakan rumah rakit tetapi pindah tempat yang baru disisi kiri dermaga, sedangkan rumah rakit disisi kanannya.
Rumah rakit sudah di renovasi yang semula hanya dibuat dari kayu dan papan biasa yang sudah lapuk di ganti dengan ulin. Demikian desain ruang di dalamnya sudah seperti resort di pulau Maratua. Murni menanam banyak bunga mawar di pot- pot putih yang cantik.
Om Aji tinggal di rumah rakit yang sudah resort terapung itu. Murni memberi nama tempat itu ' Aji House River' (AHR), ia sudah mahir menggunakan bahasa Inggris.
Setiap Jumat dan Sabtu sore Murni belajar Bahasa Inggris di teras resort yang sudah dilengkapi dengan kursi rotan yang cantik. Guru bahasa Inggris bu Sunanik teman Dewi orangnya sangat ramah dan mudah tertawa. Bu Sunanik selalu diantar suaminya yang jadi lawan Om Aji main catur.
Om Aji lebih suka tinggal di AHR nya daripada tinggal di Villa Murni , sebab ia suka terganggu dengan kemesraan suami istri itu.
AHR selain menjadi rumah bagi Om Aji, juga menjadi kantor bagi Richman, serta sekolah (Home Schooling) bagi Murni. Sekarang ia bukan hanya belajar bahasa Inggris dengan bu Sunanik, ia juga belajar Matematika dan IPA dengan bu Isma teman bu Sunanik sesama guru di SMPN Kotabangun. Selain itu Richman mendatangkan guru komputer di kantornya. Murni punya kegiatan baru di ARH yakni bermain games di komputer. Suami istri itu lebih banyak menghabiskan waktu disana ketimbang di rumah mereka sendiri, rumah itu hanya mrnjadi tempat istirahat dan tempat memadu kasih bagi mereka.
Tetapi belakangan ini Murni menghentikan kegiatan main games nya, ia fokus belajar karena awal bulan ia mengikuti ujian Paket B. Ibu Mega sudah mengatur pendaftaran ujiannya bersama teman- teman Murni yang ikut ujian Paket B.
***
Karena kesibukan mereka ini, hingga tidak ada yang punya waktu untuk memasak. Biasanya Richman dan Murni bergantian memasak makanan, tetapi sekarang makanan mereka sudah di tangani Mbo Minah, setiap 3 kali sehari makanan itu diantarkan Hasnah.
Minggu sore yang cerah Murni menyempatkan diri ke rumah Mbo Minah. Sudah lama ia ingin berkunjung tetapi kesibukannya persiapan Ujian Nasional paket B, dia hampir tak punya waktu luang. Sekarang setelah ujian usai dia sudah bisa melakukan aktivitas yang lainnya. Ini kali pertama dia membawa mobil sendirian di kampung, jadi ketika keluar dari mobil Mbo Minah terkejut melihatnya. "Ya Allah, aku kira tadi siapa yang datang, ternyata kamu Mur....", mbo Minah menghampirinya dan menepuk bahu Murni.Mereka betpelukan sejenak melepas rindu. Rita dan Hasnah melongo. Mereka lebih terkejut lagi. Si kembar yang sejak tadi bermain HP melompat berdiri menarik rok ibunya kalang kabut minta diajak naik mobil. Murni menekan remote mobil, dan menyuruh Hasnah membawa si kembar ke mobil agar berhenti rewel. Seketika mereka berlari masuk ke mobil dan melompat-lompat didalamnya. Hasnah pusing ia jadi menunggu kedua anak itu di dalam mobil.
Tak lama suami Rita keluar dari dapur, Murni terkejut melihatnya. " Kak Zul, kapan datangnya?", Murni menyalaminya. "Ke.....kemaren", Zul menjawab dengan gugup. Dia tak menyangka bertemu Murni yang sudah berbeda.
Murni masih ingat dulu ketika masih di Banjar, Zul suka menggodanya, membawakan keranjang dagangannya dan menemaninya berjualan. Tetapi dia tidak ingin memberikan tanggapan Zul yang terus menggodanya, karena Rita kakak sepupunya sangat suka demgan Zul. Selain itu dia tidak tertarik dengan Zul. Riita menyenggol pinggang suaminya yang tampak terkesima memandang Murni. Murni pura-pura tak melihatnya. Agaknya Rita masih cemburu.
Sebelum menikah dengan Rita, Zul sangat tergila-gila dengan Murni. Tetapi Murni tidak pernah membalas cintanya. Baginya Zul hanya teman yang baik. Apalagi dia sudah jadi kakak iparnya. Murni memilih pindah dari rumah pamannya Sahril orangtua Rita dan Hasnah. Ia memilih menyewa rumah kecil sendiri di dekat pasar, daripada tinggal di rumah itu dan selalu dicemburui Rita yang tinggal di rumah itu juga bersama suaminya. Tidak jarang Rita marah-marah kepadanya untuk alasan yang tidak jelas.
Zul menatap Murni tak percaya. Murni yang dilihatnya sangat berbeda dengan tiga tahun silam. Gadis manis dengan hitam pekat berkilau. Gadis yang selalu membawa keranjang besar setiap pagi membawa barang dagangan kue-kue basah di pasar Batuah¹, Martapura. Pakaiannya lusuh. Terlihat sekali tidak banyak punya pakaian. Karena pakaiannya hanya itu-itu saja.
Zul pernah menanyakan kel beberapa orang pintar untuk melihat-lihat² Murni, bagaimana Murni? bagus apa tidak ? cocok apa tidak dia bila jadi jodohnya? Hasilnya ada kabar baik dan kabar buruk. Kabar baiknya Murni gadis yang pantas diperjuangkan ia bak kejora yang membawa keberuntungan. Dia cantik dan baik. Kabar buruknya gadis itu kurang cocok untuknya. Kenyataan yang dia lihat hanyalah kekurangannya saja. Murni gadis yatim piatu bukan dari keluarga yang mampu, Murni tidak berpendidikan. Lalu keberuntungannya dimana ? Parahnya lagi Murni tidak memahami isi hatinya. Ia tak pernah membalas cintanya. Dan akhirnya dia tau dari Rita kakak sepupu Murni buta huruf. Pantas saja Murni tidak pernah membalas surat cintanya.
Tapi pandangannya yang salah itu sekarang telah menyilaukan matanya hingga terasa sakit bila di buka. Di depannya sekarang Murni begitu berkilau bagai bintang kejora dengan keanggunannya dan kecantikannya membuat dia berdecak kagum. Siapa lelaki beruntung yang memiliki bintang kejora itu ?
Zul terus menatap Murni tanpa berkedip.Hingga ia tak sadar kalau Rita istrinya beberapa kali menyenggol-nyenggol pinggangnya. Rita tidak tahan dengan rasa cemburunya hingga dia menginjak kaki Zul dengan sandalnya yang berat. "Aww....sakit", Zul meringis dia merunduk mengusap kakinya yang sakit. Mata Rita melotot menatap Zul. Suaminya tersenyum kecut.
Murni tidak memperhatikan adegan itu ia terlalu asyik bercakap-cakap dengan Mbo Minah dan Raudah. Mereka sibuk mempersiapkan keberangakatan haji bulan depan.
______
¹ nama pasar di Martapura, Banjar masin, Kalsel
² melihat secara supranatural