webnovel

Keluarga Fu yang Ramai

Editor: Wave Literature

Saat keluarga Fu mengeluarkan berita ini, yang paling bersemangat bukanlah gadis-gadis populer di ibu kota melainkan Shen Xitong yang berada di pusat badai.

Terutama ketika mengetahui bahwa cucu menantu pilihan Kakek Fu adalah nona dari keluarga Shen, kegairahan di matanya pun tidak dapat disembunyikan lagi. Nona dari keluarga Shen yang umurnya sepantaran dengan Fu Hengyi, selain dirinya masih ada siapa lagi?

Shen Xitong sangat percaya diri, walaupun dia hanya anak angkat keluarga Shen, tapi dia dapat merasakan kalau Chu Yunrong menganggapnya sebagai putri kandungnya sendiri. Faktanya, bahkan Shen Qinglan yang berstatus sebagai putri kandung saja tidak pernah menikmati kasih sayang Chu Yunrong.

Keluarga Shen sangat baik terhadap Shen Xitong. Sejak kecil dia telah menerima pendidikan elit, dan dia sendiri juga pekerja keras. Dia lulus dari sekolah bergengsi dan pandai bermain piano. Chu Yunrong juga mengajaknya untuk menghadiri kegiatan apa pun dan samar-samar memperlakukannya sebagai penerusnya.

Shen Xitong terlahir cantik. Meskipun waktu kecil hidupnya menderita, tetapi setelah bertahun-tahun hidup nyaman di keluarga Shen, dia pun tampil menjadi seorang wanita yang anggun. Juga karena latar belakang keluarga Shen, maka di ibu kota dia pun sangat populer.

Sedangkan Shen Xitong, selain pesta yang diadakan keluarga Shen ketika dia baru saja kembali, dia tidak pernah lagi hadir dalam pesta apa pun. Hanya sedikit orang di ibu kota yang mengenalnya. Walaupun kedua tetua keluarga Shen sangat menyayanginya, namun selain nilai akademisnya yang bagus, apa lagi yang bisa dilakukannya?

Oh, bukannya tidak ada, setidaknya wajahnya sangat menawan. Bahkan Shen Xitong yang adalah seorang wanita pun mau tidak mau harus mengakui, wajah Shen Qinglan sangat cantik sampai membuat orang sesak napas, membuat orang… sangat ingin menghancurkannya.

Tapi kalau memang begitu lalu kenapa? Berdasarkan latar belakang keluarga Fu, mereka tidak akan memilih menantu hanya dengan melihat dari wajahnya. Shen Qinglan? Huh, tidak ada harapan.

Di hari ketika berita itu menyebar, Shen Xitong pun pergi ke pusat perbelanjaan dengan gembira. Dia mau menyiapkan hadiah saat datang mengunjungi Kakek Fu.

Tetapi tokoh utama pria dalam masalah ini malah tidak tahu apa-apa. Semula dia akan kembali ke kemiliteran hari ini. Tetapi ketika dia baru akan keluar, Kakek Fu langsung bersedih dengan putus asa dan menuduh Fu Hengyi tidak berbakti. Kakeknya sakit parah dan umurnya tidak lagi panjang, dengan susah payah dia telah menantikan kepulangan cucunya, tetapi hasilnya, cucunya itu ternyata akan meninggalkan kakeknya yang sakit dan kembali ke kemiliteran. Sungguh tidak berbakti.

Si kakek melolong sambil tidak lupa untuk diam-diam berbalik dan menggosok-gosokkan jahe yang disembunyikan di lengan bajunya ke matanya. Seketika tangisnya pun pecah.

Urat di dahi Fu Hengyi berdenyut. Melihat Kakek Fu yang untuk menahannya agar tidak pergi bahkan menggunakan jahe, dia pun menghela napas dengan tidak berdaya, "Kakek, aku mengerti. Sekarang aku akan menelepon, aku akan tinggal dan menemani kakek beberapa hari lagi."

Begitu mendengarnya, Kakek Fu pun berhenti melolong. Dia menatap Fu Hengyi dengan ragu, "Benarkah?"

Fu Hengyi mengangguk.

Kakek Fu pun tersenyum lalu maju dan menepuk-nepuk bahu cucunya, "Kamu memang cucu kakek yang baik. Tidak sia-sia kakek menyayangimu." Hanya saja air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Jahe itu benar-benar terlalu pedas.

"Kakek, lain kali kalau mau bersandiwara, minta pengawal untuk menyiapkan sebotol obat tetes mata untukmu. Jangan pakai jahe, baunya sangat tajam." Setelah berbicara, dia langsung naik ke atas.

Wajah Kakek Fu menjadi kelabu, namun dia menunduk dan mengendus lengan bajunya. Benar saja, bau jahenya sangat tajam. Dengan wajah yang mengernyit jijik dia pun ikut naik ke atas.

Pokoknya cucunya tidak pergi. Berikutnya adalah gadis dari keluarga Shen.

Kakek Fu menyeringai, matanya berkilat.

Berita dari keluarga Fu segera menyebar di ibu kota, juga terdengar sampai ke telinga Kakek Shen. Reaksi pertama Kakek Shen adalah kesal karena lagi-lagi si tua Fu mengincar cucu perempuannya yang berharga. Tanpa memedulikan nasihat istrinya, dia pun bergegas ke kediaman Fu dengan wajah kelabu karena marah.

"Fu Tua, kau bajingan tua, keluar!"

Kakek Shen yang berdiri di ruang tamu kediaman Fu meraung ke lantai atas, namun yang datang bukanlah Kakek Fu melainkan Fu Hengyi.

"Kakek Shen, ada apa dengan Anda?" Fu Hengyi bingung melihat Kakek Shen yang murka.

Begitu melihat Fu Hengyi, mata Kakek Fu langsung melotot, "Pas sekali kamu datang. Kukatakan kepadamu, jangan kira karena kalian merilis berita duluan, maka aku akan menyetujui pernikahan ini. Aku tidak akan menyetujui kamu dan Lanlan."

Kebingungan di mata Fu Hengyi semakin dalam, dia tidak tahu harus mulai berbicara dari mana.

"Memangnya setuju atau tidak setuju itu tergantung kamu? Apa kamu sudah bertanya kepada Qinglan?" Kakek Fu menerjang masuk dari luar. Dia hanya keluar untuk berjalan-jalan sebentar, tapi pengawal berlari mendatanginya dengan wajah kesulitan dan mengatakan kepadanya bahwa Kakek Shen datang ke rumahnya untuk membuat perhitungan.

Setelah melihat sang tokoh utama, Kakek Shen pun semakin marah. Tangannya yang menunjuk Kakek Fu bahkan bergetar, "Aku tahu kalau Lanlan tidak akan setuju. Cucumu sudah umur berapa, apa tidak malu turun tangan terhadap cucuku?"

"Umur cucuku tidak tua. Umur tiga puluh satu tahun bagi pria adalah bagaikan sekuntum bunga. Bagaimana bisa tidak sepadan dengan cucumu? Menurutku kedua orang ini adalah pasangan yang sangat serasi." Kakek Fu memarahi Kakek Shen dengan kedua tangan berkacak pinggang.

Baginya, membenci Fu Hengyi karena umurnya adalah satu hal, tapi orang lain tidak boleh berkata begitu, apalagi Kakek Shen.

"Kalau cucumu adalah sekuntum bunga, maka cucuku adalah bibit yang baru bertunas." Kakek Shen tidak mau kalah.

Kedua orang yang kalau umurnya dijumlahkan totalnya lebih dari seratus tahun itu saat ini terlihat seperti dua anak kecil yang kekanak-kanakan.

Wajah Fu Hengyi yang selalu tenang dan kalem itu saat ini juga agak meredup.

Kedua kakek bertengkar dengan gembira, sama sekali lupa bahwa tokoh utama yang disebutkan oleh mulut mereka masih berada di sana. Semakin lama kata-kata mereka semakin keterlaluan. Mata mereka saling bertatapan dan memercikkan api, kelihatannya mereka akan mulai berkelahi. Fu Hengyi bergegas menyela di tengah mereka, mencegah terjadinya pertarungan besar.

"Kakek-kakek, kalau ada sesuatu bicarakan baik-baik."

"Huh, si tua kepala batu ini, siapa yang mau bicara dengannya?" Ini adalah perkataan Kakek Fu.

"Huh, dia tukang mimpi, aku tidak sudi menyamakan diri dengannya." Ini adalah perkataan Kakek Shen.

Suasana di ruang tamu pun memasuki keheningan yang mematikan.

"Kakek-kakek, siapa yang bisa mengatakan kepadaku ada apa ini sebenarnya?" Walaupun Fu Hengyi dapat menebak kurang lebih masalahnya, tetapi dia tidak tahu detailnya.

Perkataannya itu mengingatkan Kakek Shen akan tujuannya datang ke sini hari ini, "Fu Tua, kukatakan kepadamu, tidak peduli apa pun yang kamu katakan kepada orang luar, sekarang kamu harus mengklarifikasinya. Cucuku tidak punya rencana untuk menikah dengan keluarga kalian, yang sebelumnya murni hanya rumor."

"Rumor atau bukan itu bukan keputusanmu. Kalau kedua anak saling tertarik kepada satu sama lainnya, kamu juga tidak bisa mencegahnya. Benar tidak, Fu Hengyi?" Setelah itu dia menatap Fu Hengyi. Wajahnya puas, kalau mengabaikan ancaman di matanya.

Tatapan mata Kakek Shen juga tertuju kepada Fu Hengyi, jelas dia ingin mendengar apa kata Fu Hengyi.

Saat bertatapan dengan mata Kakek Shen yang serius, tiba-tiba sosok dingin Shen Qinglan muncul dalam benak Fu Hengyi. Kata-kata 'aku tidak mungkin menikah dengan Shen Qinglan' yang sudah sampai ke mulutnya pun tidak mampu dikatakannya. Ada firasat yang samar di lubuk hatinya, kalau sampai kata-kata itu terucapkan, maka kelak dia pasti akan menyesal.