Pertanyaan Rudi membuat kening Laura berkerut, mencoba mengingat apa yang diceritakan Mary akhir-akhir ini.
"Aku tidak tahu bagaimana pendangan Daniel tentangnya, tapi Mary sangat menggilai Daniel. Dia nekat mengunjungi tempat syuting, studio foto, atau bahkan tempat tongkrongan Daniel di sela kesibukannya. Anak itu benar-benar…" Laura menghela napas dengan kesal. Ia tidak suka dengan sikap putrinya yang mengejar seorang pernyanyi seperti Daniel. Ia ingin anaknya memiliki seorang kekasih dengan pekerjaan dan penghasilan yang tetap, bukan artis dengan asal usul tidak jelas seperti Daniel.
Senyum licik merekah di wajah Rudi ketika mendengar celotehan istrinya.
Ia akan membalaskan dendam dan kepahitan di dalam hatinya dengan membuat Mary merebut Daniel dari Renessa.
"Berapa yang dibutuhkan Mary?" Tanya Rudi dengan antusias.
Laura menatap Rudi dengan binggung, biasanya suaminya akan berceloteh dan protes jika Mary mulai menunjukan ketertarikan pada Daniel. Namun kali ini suara antusias Rudi membuat Laura sedikit kebingungan.
"Mungkin sekitar 100 juta. Tapi itu bukan angka yang pasti. Produser kali ini cukup berpengalaman dan tidak akan mudah untuk diiming-imingi uang." Laura berkata pelan.
Ia memijit keningnya pelan ketika mengingat percakapannya dan Mary siang ini.
"Bu,,, tolong bu… bantu Mary buat bujuk ayah. Bilang sama ayah kalo Mary mau jadi aktor dalam film garapan suradara Hermansyah. Bilang aja Mary ingin melebarkan sayap Mary di dunia akting," Mary memohon dengan ekspresi pilu pada ibunya.
"Kamu tahu ayah tidak suka kamu terus-terusan mengejar Daniel dan mengabaikan karir bahkan kesehatanmu kan?" Laura terdengar kesal sambil mengalihkan pandangannya. Ia tidak ingin menatap wajah sedih anaknya.
"Jangan bilang ayah kalo Daniel juga main film yang sama, bu. Ayah pasti nolak kalau tahu Daniel juga jadi pemeran utamanya," Mary tetap berusaha membujuk Laura.
"Kamu minta saja sendiri pada ayahmu," Laura berkata, tidak ingin dihantui perasaan bersalah jika nanti Rudi menolak permohonannya. Belakangan ini Rudi selalu kesal ketika Mary menolak ajakan makan siangnya hanya karena penyanyi bernama Daniel.
"Ayolah, bu. Ayah pasti lebih percaya kalo ibu yang ngomong," Mary mendekati Laura dan mulai memeluk ibunya.
"Sayang, ibu bukannya tidak mau, tapi jadwal pemotretanmu kan sedang padat, kalo nanti kamu tambah job sebagai pemain film, apa pekerjaanmu tidak keteteran?" Laura berusaha membujuk Mary untuk mengubah pikirannya.
Mary terdiam mendengar perkataan ibunya. Sejak memulai karirnya sebagai model dua tahun yang lalu, karir Mary meningkat dengan stabil seiring berjalannya waktu. Wajahnya kini sudah mulai bermunculan di beberapa majalan fashion dan iklan di tv.
"Pekerjaan sebagai pemain film berat loh. Kamu bisa saja menghabiskan seharian di lokasi syuting dan kamu juga harus berbaur dengan para pemain lain agar actingmu tidak kaku," Laura kembali mengingatkan.
Ia juga sebenarnya sedikit mengkhawatirkan kesehatan Mary. Tubuh Mary lemah sejak kecil jadi ia selalu sangat memperhatikan emosi dan juga kesehatan Mary. Jika anak itu merasa tertekan atau setres sedikit saja, kesehatannya akan memburuk dengan cepat.
"Bu, aku tidak mau melihat Daniel bermesraan dengan perempuan lain walaupun itu hanya di televisi. Aku benar-benar mencintai Daniel, bu," Mary menangis sesuggukan dan membuat Laura akhirnya luluh.
"Ibu akan coba bicara pada ayah, tapi ibu mau kamu janji untuk menjaga kesehatanmu. Kalo fisik kamu down, ibu akan berbicara sama produser kamu untuk menghentikan pekerjaan model kamu untuk sementara waktu," kata Laura tegas.
"Sayang," Suara Rudi menyadarkan Laura dari lamunannya, "mikirin apa sih? Kamu dengar apa yang kukatakan tadi?"
"Kamu bilang apa, mas?" Laura menatap Rudi.
"Aku akan transfer ungnya besok, katakan pada Mary Bahwa aku akan mendukungnya untuk mendapatkan Daniel," Rudi berkata sambil tersenyum penuh arti.
Laura menatap Rudi dengan kebinggungan, ia tidak percaya suaminya tiba-tiba berubah dengan drastis. Ia juga hanya mengijinkan Mary untuk bermain film, bukan untuk mendapatkan Daniel. Ia sebenarnya berharap Mary bisa sadar setelah mendekati Daniel bahwa pria itu hanyalah seorang penyanyi biasa dan bukan seseorang yang pantas didewakan putrinya.
"Aku tidak setuju tentang Daniel, mas. Masih banyak lelaki yang lebih baik dari Daniel. Aku ingin Mary mendapatkan seorang pria yang mapan dan memiliki pekerjaan tetap, bukan seorang yang bekerja di dunia entertainment yang popularitasnya dapat menurun sewaktu-waktu," Laura berkkata dengan serius.
Ia selalu merawat dan memberikan yang terbaik untuk Mary sejak kecil. Ia tahu putrinya tidak akan sangup bertahan pada pria yang sumber penghasilannya bisa menghilang kapan saja. Sekarang, Daniel bisa saja menghasilkan uang yang sangat banyak dengan bermain film dan bernyanyi, tapi sampai kapan semua itu akan bertahan. Ia tidak ingin putrinya hidup menderita jika saat itu tiba.
"Apa kau tahuidentitas Daniel yang sebenarnya?" Rudi bertanya dengan kegirangan di matanya. Laura menatap suaminya dengan binggung, tidak mengerti apa yang ingin dikatakan pria itu.
"Daniel adalah cucu Irwan, si pengusaha terkenal dan merupakan salah satu orang terkaya di negara ini," Rudi terlihat puas ketia ia menemukan keterkejutan pada wajah Laura.
"Daniel adalah cucu pengusaha minyak dan batu bara itu?" Laura terlihat tidak percaya. Ia tidak menyangka Daniel berasal dari keluarga yang sangat kuat. Ini adalah pertama kalinya ia mengetahui hal ini. Ada beberapa orang dari keluarga Dinata yang menjadi dokter dan pengacara, namun kebanyakan dari mereka adalah pengusaha yang cukup sukses. Ia heran kenapa Daniel ingin menjadi seorang penyanyi jika ia bisa menjadi seorang pengusaha kaya raya. Bagaimanapun juga menjadi seorang pengusaha kaya bukanlah hal yang sulit mengingat keluarganya memiliki koneksi di mana-mana.
"Kamu tahu dari mana, mas? Jangan-jangan kamu salah. Kenapa Daniel harus merahasiakan hal sepenting itu? Ia bisa saja mendapatkan popularitasnya dengan mudah jika ia mengungkapkan identitas aslinya," Laura bertanya dengan curiga. Ia sudah pernah mencari tahu tentang pria itu tapi seluruh datanya seolah memperlihatkan bahwa ia adalah anak dari keluarga sederhana yang baru saja naik daun. Sekarang Laura menyadari memang ada yang aneh dengan profil dan juga berita tentang Daniel. Anak itu sangat beruntung untukseseorang dari keluarga sederhana yang merintis karirnya di industri musik. Ia selalu memiliki sponsor terbaik di belakangnya.
Ya, ini pasti adalah kekuatan seorang cucu keluarga Dinata, guman Laura, mulai mempercayai perkataan Rudi.
"Aku tidak tahu alasannya merahasiakan identitasnya, tapi aku mengenal ibu Daniel," Jawab Rudi dengan bangga.
"Bagaimana kau bisa mengetahui siapa ibu Daniel?" Laura bertanya dengan penasaran. Rudi membeku untuk beberapa saat dan teringat bahwa topic tentang Claudia terkadang menjadi sumber pertengakaran antara ia dan Laura.
"Ya, aku kenal saja," Jawab Rudi singkat. Ia tidak ingin memulai masalah baru.
Laura menatap Rudi dengan curiga namun ia dengan cepat menghilangkan pikiran seperti itu. Ia tidak bisa terus merasa curiga pada suaminya. Walaupun ia sedikit trauma dengan apa yang terjadi di masa lalu ia tidak ingin terus berprasangka buruk pada Rudi. Ia yang memberikan pria itu kesempatan kedua dan membiarkan Rudi kembali masuk dalam kehidupannya. Selama ini suaminya tidak pernah mengecewakannya dan memberikan apa yang diinginkannya.
"Sayang, kamu tidak berpikir yang aneh-aneh, kan?" tanya Rudi saat tangannya mulai kembali menyentuh Laura. Laura tersadar dari pikirannya dan menemukan Rudi sudah berada di belakangnya. Pria itu dengan lembut memeluk tubuh polosnya dan membelai perutnya.
"Aku hanya sedang berpikir tentang Mary," Laura berbohong.
"Kamu seharusnya tidak terlalu memikirkan Mary dalam keadaan seperti ini," Kata Rudi sambil mencium pundak Laura. Laura menutup keduanya matanya kemudian mendesah pelan, menikmati kecupan lembut pria itu di tubuhnya.
Rudi tersenyum nakal ketika melihat Laura tidak lagi menolak sentuhannya. Ia membalikan tubuh wanita itu dan menindih tubuh wanita yang dicintainya di bawahnya, memulai ronde baru percintaan mereka.