Dengan wajahnya yang memerah, Gavin menahan rasa malu. Ia hampir saja melewati batasan. Untung saja Guin mencegah tangan Gavin untuk bergerak lebih liar.
"Sepertinya kita jangan menginap. Lebih baik kita pulang," ajak Gavin.
"Ah! Iya," jawab Guin singkat.
Seharusnya Guin senang karena Gavin masih bisa menahan dirinya. Tapi entah kenapa, Guin merasa sedikit kecewa. Ternyata waktu yang mereka berdua lewati, sangat singkat.
"Guin!" panggil Gavin.
Gavin takut tidak dapat membenteng pertahanan dirinya dengan kokoh tapi Gavin melihat Guin seperti kecewa karena keputusannya.
"Ayo pulang!" ajak Guin sembari tersenyum.
Guin sudah berjalan mendahului Gavin. Gavin menyusulnya dan mencegah Guin dengan menarik tangannya.
"Guin, tungggu!" ucap Gavin. "Apa kau kecewa?" imbuhnya.
Deg...
Guin menutupinya dengan sangat baik. Siapa dia? Apa posisi dia sampai memiliki hak untuk kecewa?
"Kecewa? Tidak!" jawab Guin.
"Aku tidak ingin pulang," ucap Gavin.
"Kenapa?"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com