webnovel

Istri Kecil Presdir

Keluarga Grissham memiliki 2 penerus. Hanya saja, lahir dari wanita yang berbeda. Gavin Grissham, penerus pertama dan tentu saja dari Istri pertama, seharusnya menjadi kebanggaan. Namun semua itu hanyalah sebuah mimpi. Davin Grissham terlahir tidak sempurna sehingga hanya tubuhnya saja yang berkembang pesat tapi otaknya memiliki IQ rendah dan membuat Gavin bersikap seperti anak yang berumur 5 tahun. Siapa yang sudi menikah dengan pria tidak normal? Sedangkan, menikah adalah syarat utama dari Tuan Grissham untuk mendapatkan hak waris. Guinnevere, Putri angkat Tuan Grissham harus menelan kepahitan itu karena dipaksa menggantikan Agatha menikah dengan Tuan muda Gavin. Bisakah Guin menerima Tuan muda Gavin?

Sabrina_Angelitta · Teen
Not enough ratings
304 Chs

2. Pandangan Pertama

Suara heels yang menapak pada

lantai terdengar nyaring. Dari arah kiri berjalan Keluarga Garmond, sedangkan

dari arah berlawanan, sudah ada Keluarga Grissham. Masing-masing menuju ruangan

yang sama.

    Guin merasa tidak nyaman dengan tatapan

mata dari pria tampan yang duduk di depannya. Guin menoleh ke kanan dan ke kiri

seperti mencari seseorang.

"Beri salam!" bisik Tuan Garmond

pada Guin.

"Malam, Tuan dan Nyonya

Grissham!" sapa Guin sopan.

"Duduklah!" sahut Tuan Grissham.

     Suasana mulai serius ketika kedua Keluarga membicarakan pernikahan yang akan diadakan sangat cepat. Tuan Grissham tidak berhenti memperhatikan Guin dengan saksama.

"Nona Guin. Benar namamu Nona

Guin?" tanya Tuan Grussman.

"Benar, Tuan!" jawab Guin.

"Apa kau dengan sukarela menikah

dengan Putraku?"

"Iya, Tuan! Maaf menyela, tapi

Putra Tuan apa tidak bisa datang?" tanya Guin tanpa mengurangi rasa hormat.

"Ini Putraku yang akan menikah

denganmu!"

     Mata Guin terbelalak. Pria tampan dan

memiliki tubuh sempurna itu ternyata pria cacat yang akan menikah dengannya.

Jika dilihat dari penampilan luar, tidak akan ada yang mengetahui kalau pria

itu memiliki kekurangan.

     Pria itu sama sekali tidak terlihat

memiliki kecacatan mental. Pandangan matanya tegas, bukan kosong. Wangi

maskulin juga tercium dari tubuhnya, itu artinya pria itu sangat memperhatikan

penampilannya.

    Tubuhnya tinggi, tegap, kekar, dada

bidangnya juga membuatnya terlihat sangat gagah perkasa. Wajah tampannya juga

sangat cocok dengan perawakan tubuhnya.

"Apa Nona Guin akan menarik

kembali kata-kata yang sudah diucapkan?" tanya Nyonya Calista tidak sabar.

"Tidak!" jawab Guin.

"Mom, balon!"

       Pesona dari pria tampan itu hilang

ketika merengek meminta balon pada Ibunya. Ibunya tersenyum lembut. Entah

kenapa, tubuh Guin bergerak dengan sendirinya tanpa bisa dikontrol. Guin

mengulurkan tangannya pada Gavin.

"Hallo! Mau pergi denganku untuk

membeli balon?" Guin tersenyum tulus tanda adanya niat terselubung.

"Mom!" Gavin menoleh ke arah

Nyonya Calista.

"Pergilah!"

     Pria dewasa yang begitu penurut. Hanya

dengan  satu kata, Gavin mau menggapai

tangan Guin dan mengikuti langkah Guin.

     Guin mengejar Nona yang membawa balon. Kaki Guin yang tidak panjang, membuat langkahnya tidak sepadan dengan kaki Gavin yang jenjang.

"Istriku, bisakah berjalan lebih

cepat? Aku tidak mau kalau balonnya pergi jauh," ucapnya manja.

"Ap—apa katamu? Si—siapa yang

Istrimu?" ucap Guin gugup.

"Jadi, Guin tidak ingin menikah

denganku?"

     Mata Gavin mulai berkaca-kaca layaknya

balita yang meminta permen tetangga tapi tidak diberikan oleh pemiliknya. Sesaat,

Guin lupa kekurangan Gavin ketika Gavin memanggilnya ISTRI. Suara Gavin yang

tegas, membuat Guin hampir saja beranggapan jika Gavin adalah pria normal.

"Ayo! Balonnya sudah terlalu

jauh!"

    Guin menggenggam tangan Gavin dan

mengajaknya berlari. Untuk pertama kalinya, Guin merasa bisa bergerak bebas

tanpa pengawasan.

"Nona!" teriak Guin bersemangat.

"Bis—bisakah Istriku melepaskan

tanganku?" Guin langsung berhenti setelah mendengar suara Gavin.

"Maaf!" ucap Guin.

"Di sini tidak nyaman. Seperti

ada yang akan meledak," suara dan juga nada bicaranya sama persis seperti

balita.

    Guin tersentak mendengar penuturan Gavin

dengan tangan yang menyentuh dadanya dan menunjukan bahwa di dalam dadanya

terdapat perasaan yang tidak nyaman. Seperti ada sesuatu yang meledak, mungkin

jika diartikan dengan bahasa orang dewasa, itu artinya Gavin sedang berdebar

ketikan berdekatan dengan Guin.

"Nona, Anda menginginkan balon?"

"Ahh!" Guin tersentak dengan

kehadiran Nona balon.

"Aku ingin 1," nada suara Gavin

berubah, membuat Guin kebingungan.

'Gavin, kau orang yang seperti

apa?' batin Guin.

     Setelah mendapatkan balon yang berbentuk hati, Gavin memberikannya untuk Guin. Ekspresi dingin yang sempat terlihat

sekilas, kembali berubah seperti semula, manja dan lugu.

"Istriku, ini hadiah untukmu!"

ucapnya dengan nada suara persis seperti anak-anak yang membagi jajannya.

"Untukku?" Guin menunjuk dirinya

sendiri karena tidak percaya.

"Istriku, kita harus makan. Aku

lapar! Lapar!" rengeknya.

"Panggil aku Guin kalau kau masih

ingin dekat denganku," ucap Guin.

"Guin, aku lapar," Gavin kembali

merengek dengan menarik-narik tangan Guin.

'Mungkin aku yang terlalu banyak

berfikir,' batin Guin.

***

     Satu minggu telah berlalu sejak pertemuan

Keluarga dua belah pihak. Tanggal pernikahan sudah ditetapkan 10 hari sejak

pertemuan, itu artinya hanya sisa waktu 3 hari.

"Tiga hari lagi. Anak itu akan

menikah 3 hari lagi. Kita bisa kalah kalau kau tidak segera bertindak," ucap

Nyonya Amber dengan marah.

"Ibu, kau percaya padaku, bukan?

Dengan rayuan yang aku miliki, juga pesona yang tidak tertandingi, pernikahan

anak cacat itu tidak akan bertahan dalam 3 bulan," ucap Aland dengan tipu

muslihat yang terlihat dari senyum liciknya.

"Aku tidak salah mempercayaimu.

Ingat, wanita itu pilihan Ayahmu."

"Aku sudah menyelidikinya. Wanita

itu menerima pernikahan ini karena sebuah kesepakatan. Apa Ibu memikirkan hal

yang sama denganku?" lirik Aland.

     Dua iblis tengah berbicara dengan rencana

yang begitu licik bahkan Nyonya Amber yang tidak tahu malu terus menerus

menyombongkan dirinya.

    Setelah segala tipuan licik selesai

dibicarakan, Nyonya Amber menghampiri Nyonya Calista yang tengah menemani Gavin

bermain bola di halaman rumah.

"Putraku sudah bekerja keras

membantu Ayahnya, sedangkan apa yang dilakukan oleh Putramu? Menyusahkan saja!"

lagi-lagi kedatangan Nyonya Amber tidak pernah memberikan hawa baik.

"Amber, ikut aku!" bentak Tuan

Grissham.

     Nyonya Amber tidak sadar bahwa Tuan

Grissham juga berada di tempat yang sama, sehingga ketika Nyonya Amber mencari

masalah, Tuan Grissham langsung turun tangan tanpa berbasa-basi.

"Tutup pintunya!" ucap Tuan

Grissham tegas setelah mereka berdua masuk ke dalam ruang kerja.

"Baik!"

"Amber, apa kau pikir

peringatakanku main-main? Rumah ini bukan milikku tapi milik Calista. Kau yang

merengek ingin tinggal di sini dan Calista sudah mengijinkannya. Apa kau sama

sekali tidak tahu caranya berterimakasih?" suara yang datar memberikan

peringatan yang tidak bisa dihindari lagi.

"Kau selalu menghabiskan waktumu

dengannya tanpa memikirkan perasaanku!" lawannya.

"Karena dia Istriku dan kau bukan

siapa-siapa bagiku. Kalau bukan karena kesalahanmu hingga menghadirkan Aland,

apa kau pikir aku akan menduakan Calista?"

"Bagaimana bisa kau berbicara

seperti itu? Aku memberimu Putra yang normal, tidak seperti Putra Calista yang

cacat mental itu!"

PLAKKK!

"Jangan melewati batasmu! Jangan

menguji kesabaranku! Aku sudah berusaha adil dalam pembagian untuk

Putra-putraku. Bukankah harta yang kau inginkan?" Nyonya Amber masih memegang

pipinya yang terasa kebas akibat tamparan keras dari Tuan Grissham.

"Kau menamparku?"

"Apa kau ingin aku menamparmu

sekali lagi untuk menyadarkanmu? Lihatlah dirimu, kau hidup dengan kebencian

yang kau buat."

"Aku tahu sekarang. Kau pilih

kasih. Putraku hanya bertunangan sedangkan anak cacat itu langsung menikah.

Sebenarnya, kau ingin membuat Putraku kalah dalam permainan yang kau buat,

bukan? Katakan Grissham!"

"Wanita itu pilihanmu dan bukan

pilihanku. Kau terlalu menyombongkan diri sampai membuatku muak."

     Perdebatan berlanjut. Tuan Grisshman yang selama 27 tahun sudah hidup dalam sebuah penyesal membuat emosinya memuncak dan tidak terkendali.

"Kalau kau berulah lagi, aku akan

menceraikanmu!"