1 1. Terkejut Dengan Kenyataan

       Seorang gadis tengah berjalan di

teriknya sinar matahari hanya untuk memenuhi panggilan dari Keluarga angkatnya. Keluarga yang tidak pernah memperlakukannya dengan baik, Keluarga yang selalu menindasnya dengan berbagai hinaan.

    Gadis itu tetap patuh karena

walau bagaimana pun, Keluarga Garmond sudah membesarkannya meski pun sering

kali memberikan makanan sisa.

Ting... Tong...

 Pranggg!

     Gadis itu terkejut ketika melihat rumah

yang biasa rapi menjadi sangat berantakan. Vas bunga, gucci dan hiasan lainnya

sudah berserakan di atas lantai dengan puingan-puingan yang lain.

"Ayah!" panggilnya.

     Rasa takut menghampiri karena Tuan Garmond menatapnya dengan tatapan sadis, ditambah lagi dengan tatapan Nyonya Iren dan Nona muda Agatha.

"Aku memintamu untuk pulang sejak

2 jam yang lalu, tapi kau baru kembali 2 jam kemudian. Apa kau pikir, aku sudi

memanggilmu jika bukan karena hal mendesak?" bentak Tuan Garmond.

"Ayah, aku..."

"Duduk!" perintahnya.

     Gadis itu lalu duduk tanpa membantah satu kata sekali pun. Tangan kanannya menggenggam erat tangan kirinya. Keringat

dingin juga mulai mengucur. Wanita itu seperti seorang tahanan yang sedang di

introgasi.

"Guin, aku sudah mengatur

pernikahan untukmu!"

    Ya, gadis itu bernama Guin. Dia mulai

meneteskan butiran air dari matanya. Bukan hanya ditindas dan tidak memiliki

kesempatan untuk memilih jalan hidupnya, tapi Keluarga Garmond juga mengatur

pernikahan untuknya.

"Ayah, tapi aku..."

"Aku tidak mungkin menikahkan

Putri kandungku untuk menikah dengan pria cacat!" pungkasnya.

"Ayah, sebenarnya aku ini apa

untukmu?" tanya Guin.

"Kau hanya pion. Apa kau sudah

paham?" jawab Nyonya Iren.

"Ayah, kenapa tidak dibatalkan

saja pernikahannya? Ayah saja tidak ingin menikahkan Agatha dengannya,

bagaimana Ayah setega ini padaku? Kenapa Ayah?" suara Guin yang tidak berdaya

membuat Tuan Garmond murka.

"Kau hanya perlu menikah, untuk

apa kau banyak sekali bertanya?" sahut Agatha.

    Guin beranjak dari tempatnya duduk lalu

menoleh ke arah Agatha. "Dia calon suamimu, bukan calon suamiku!" seru Guin.

"Berhenti!" teriak Tuan Garmond.

"Jika sudah waktunya Agatha mati,

apa aku juga harus menggantikannya?" ucap Guin.

"Kau menginginkan kebebasan,

bukan? Aku akan membebaskanmu, kau bukan lagi Putriku tapi dengan satu syarat,

kau harus menikah dengan Tuan muda Gavin," ucap Tuan Garmond.

     Guin tidak menjawab dan terus berjalan

menjauh. Hatinya begitu sakit karena selama 10 tahun dibesarkan oleh Keluarga

Garmond, ternyata tidak lebih dari sebuah pion untuk sebuah citra yang baik.

"Apa yang harus aku lakukan?"

gumam Guin.

***

     Di kediaman Keluarga Grissham, Nyonya

Calista sedang harap-harap cemas menunggu keputusan Keluarga Garmond atas

rencana pernikahan Putranya dengan Putri semata wayang Tuan Garmond.

"Mom!" panggil Gavin manja.

"Kau jangan cemas. Kau pasti akan

menikah bulan ini," ucap Nyonya Calista lembut.

Prokkk... Prokkk...

     Suara tepuk tangan sangat renyah

ditelinga. Istri kedua dan Putra kedua Tuan Grissham datang untuk menertawakan

Gavin yang sudah 200 kali ditolak. Apakah kali ini Gavin juga akan ditolak?

     Gavin tetap bermain dengan robot yang ada ditangannya tanpa menghiraukan kedatangan siapapun. Nyonya Calista yang

sebelumnya terlihat cemas, bisa mengontrol dirinya untuk kembali bersikap

tenang.

"Jangan terlalu berharap!

Lihatlah Putraku. Putraku sudah mengenakan cincin di jari manisnya. Sekali

melamar langsung diterima. Sudah terlihat jelas, bukan? Jelas kau akan kalah!"

ucap Nyonya Amber.

"Belum terlihat siapa yang akan

menang dan siapa yang kalah!" jawab Nyonya Calista.

     Sayangnya, Gavin menarik tangan Nyonya

Calista sebagai peringatan untuk tidak terpengaruh dengan ucapannya karena

Nyonya Amber pasti memiliki rencana setelah memprovokasi.

"Mom!" panggil Gavin memelas.

"Kalau bukan karena Putraku, aku

pasti sudah mencekikmu!" maki Nyonya Calista.

       Aland Grissham mendekat ke telinga Gavin dengan sengaja. Senyum licik yang tersungging dibibirnya membuat wayah

tampannya terlihat menjijikan karena tipu muslihat.

"Gavin, siapa wanita yang akan

menikah denganmu, dia pasti akan tergoda denganku!" bisik Aland.

"Mom!" rengek Gavin.

"Cihhhh! Dasar tidak normal!"

gumam Aland.

***

      Hujan tengah mengguyur kota Perancis.

Angin dingin seperti membekukan tubuh yang terbelai olehnya. Hujan seakan

mengiringi kesedihan hati Guin.

     Tubuh Guin basah kuyup karena menerjang

hujan. Langkahnya tak tentu arah tanpa tujuan.  Dia menangis sepanjang jalan. Tujuan hidupnya hancur bersama dengan

hatinya. Harapannya terlalu besar untuk diakui oleh Keluarga Garmond hingga

kenyataan yang tak sesuai menelan semuanya tanpa sisa.

'Apa yang harus aku lakukan?'

batin Guin.

     Langkah kaki Guin menuntunnya ke sebuah

apartement mewah. Meskipun sudah berada di depan pintu, Guin hanya diam dengan

tubuhnya yang gemetar.

     Apartement itu milik Eve, sahabat Guin.

Eve membuka pintu dengan wajah khawatir lalu memeluk Guin tanpa peduli dengan

tubuh Guin yang basah.

"Guin, kenapa kau tidak langsung

masuk?"

     Kekhawatiran Eve bisa menenangkan Guin.

Eve membawa Guin masuk, menyambutnya dengan hangat, memberikan pakaian, juga

membuatkan secangkir teh. Selama hidup Guin, kehangatan Keluarga hanya bisa

didapat dari Eve. Hanya saja, Keluarga Eve melarang Guin untuk terlalu dekat

dengan Eve.

    Hidup Guin begitu rumit, sama halnya dengan hidup Gavin. Mungkin inilah yang di maksud dengan takdir. Dua sejoli yang

tengah dirundung kesulitan dengan jalan hidup yang tidak sesuai keinginan,

dipersatukan oleh Tuhan untuk saling memberikan dukungan.

"Eve, aku akan menikah!"

Pranggg!

     Eve menjatuhkan nampan yang seharusnya

diletakkan ditempatnya. Eve yang terkejut dengan ucapan Guin hanya diam

mematung tanpa bisa berucap sepatah kata.

"Guin, apa yang kau ucapkan? Apa

kau sedang mengigau?"

"Eve, aku tidak memiliki

keputusan lain. Aku akan menikah dengan Tuan muda dari Keluarga Grissham,"

jelas Guin.

"Guin, jangan main-main!" Eve

memberi Guin sebuah peringatan ringan.

    Guin terdiam dan kembali tenggelam dalam

pikirannya yang sudah terlalu jauh melayang bahkan sudah melewati angkasa. Eve

hanya bisa memeluk Guin untuk memberikan tempat persinggahan ternyaman.

"Guin, katakan padaku. Apa kau di

paksa untuk menikah oleh Keluarga Garmond yang tidak memiliki otak itu?" tanya

Eve dengan nada suara menahan emosi.

"Aku ingin lepas dari

keterkekangan," ucap Guin.

"Kau bisa tinggal di sini. Ini

juga rumahmu, Guin. Kau boleh menganggapnya seperti itu," jelas Eve tanpa

melepaskan pelukannya.

     Guin menghela nafasnya dan berkali-kali

mengusap airmata yang tidak berhenti menetes. Andai saja Keluarga Eve menerima

kehadiran Guin, mungkin saja Guin sudah lepas dari Keluarga Garmond. Kenyataan

tidak seindah cerita novel bagi Guin.

"Eve, aku harus menikah jika aku

ingin lepas dari Keluarga Garmond."

"Kau yakin kalau Suamimu bisa

menjagamu dari ancaman Tuan Garmond?"

"Dia pria baik dan juga kuat. Dia

bisa aku andalkan," jawab Guin.

'Maaf, Eve. Biarkan aku bohong

padamu sekali saja karena aku tidak ingin membuatmu khawatir. Meskipun pria itu

tidak normal, dia tidak akan sejahat Keluarga Garmond,' batin Guin.

avataravatar
Next chapter