113 Chapter 26

Ah... Akhirnya dapat tambahan tenaga lagi untuk membantu saya. Terutama untuk mengetik laporan dan berita acara dari program pencegahan corona di perusahaan. Saya sudah pasrahkan saja. Keputusan yang dibuat manajemen saya laksanakan seaman mungkin bagi saya. Semoga kita semua terlindung dari corona.

Selamat membaca!

____________________________________________

*Teng teng teng tengg...*

Bel masuk kelas berbunyi penuh semangat. Langkah para Siswa yang berjalan menuju kelas homeroom masing-masing terdengar sangat berenergi. Burung-burung pun berkicauan sahut-menyahut menebar antusiasme di pagi hari.

Akan tetapi, ada sekumpulan Siswa yang berjalan bagaikan zombie. Langkah tak bertenaga, sesekali sempoyongan hampir jatuh. Ada juga yang matanya terbuka separuh tapi pandangannya kosong.

Baju kusut, ada yang kancingnya salah masuk lubang, satu lubang di bawah yang semestinya. Rambut? Jangan ditanya. Bahkan beberapa masih memiliki garis-garis bekas bantal di wajahnya.

Mereka adalah para Siswa dari Kelas Z. Kenapa mereka seperti itu? Jelas, mereka dipaksa begadang oleh Pelatih homeroom mereka. Pelatih yang mengajar ilmu tempur kepada Siswa-Siswanya dengan cara yang tidak konvensional.

Setelah para Siswa Kelas Z duduk di bangku mereka masing-masing, barulah Pelatih mereka masuk. Siapa lagi kalau bukan Arkanava Kardia.

"Ahahahahaha! Liat tuh! Kalian udah ngeliat muka kalian di cermin, belum!? Aaahahahaah! Muka bantal semua! Hahaha koplaaak, koplaak!" Pelatih yang tidak tahu diri itu malah mentertawakan wajah-wajah Siswa.

"Pelatih..." Felsy mengangkat tangannya dengan tidak niat sambil berkata dengan suara seperti orang yang sedang mengigau, dengan dagu yang menempel ke meja. Lalu ia melanjutkan, "saya baru tidur tiga jam pagi ini..."

"Saya juga, Pelatih..."

"Sama, saya juga..."

Yang lainnya juga mengeluhkan hal yang sama kepada Arka. Tapi, apakah Arka itu baik hati, ramah, dan memiliki belas kasihan? Tentu saja... Tidak.

"Ya, ya... Aku ngerti..." Ucap Arka, kemudian tersenyum jahat dan melanjutkan ucapannya, "karena itu... SEMUA BERDIRI!!!" Tiba-tiba Arka berteriak sembari meledakkan sebuah aura dengan cara mengeluarkan sedikit hentakan dari dark magic miliknya untuk waktu yang singkat.

*Gubrakk!*

*Grrreettt!*

Setelah mendengar teriakan Arka yang sudah diiringi dengan ledakan kecil energi dark magic, sontak seluruh Siswa kaget dan berdiri tegak dari bangku mereka masing-masing. Beberapa dari mereka sampai membuat kursinya berjatuhan dan meja bergeser.

"""SIAP, PELATIH!!!"""

"Karena kalian mengantuk, kalian harus lari keliling akademi sebanyak sepuluh kali!"

"""......"""

Semua Siswa diam. Awan hitam menutupi wajah mereka. Anvi malah sudah meneteskan setitik air mata.

"Mana jawaban yang biasanya!?" Arka bertanya dengan nada mengancam.

"""Si--SIAP, PELATIH!!!"""

"Ngahahaha... MULAI!!!"

Semua Siswa Kelas Z memulai pagi yang cerah ini dengan berlari-lari keliling akademi. Arka nyengir puas melihat para Siswa itu berlari sambil terkantuk-kantuk. Sungguh, Pelatih yang tak berperasaan.

"Bodo amat! Kelas juga kelas aku ini!" Bentak Arka kepada Author yang tak berdosa.

Untung Author-nya sedang baik.

"Cih!" Arka meludahkan udara ke sampingnya.

Satu jam berlalu. Semua Siswa sudah selesai berlari dan kembali ke kelas dalam keadaan bersimbah keringat dan ngos-ngosan. Sebenarnya, tidak semua yang kembali. Anvi, Alex, dan Androa masih berjalan kaki mengitari akademi karena mereka tidak kuat berlari terus. Tapi Arka menyuruh mereka untuk kembali walau belum selesai.

"Gimana? Masih ngantuk?" Tanya Arka sambil tersenyum kejam.

Sebenarnya, mereka ingin menjawab, sekarang masih mengantuk dan ditambah pula kelelahan. Tapi setelah melihat ekspresi Pelatih mereka, semua Siswa terpaksa menelan pil pahit bersama isi hati mereka, dan menjawab...

"""Tidak, Pelatih!"""

"Hahaha... Bohong kalian. Tapi ya udahlah. Aku nyuruh kalian kayak gitu supaya kalian nggak lemah dan terbiasa dengan kehidupan di medan pertempuran. Karena suatu saat nanti, bisa aja kalian harus bertempur selama beberapa hari tanpa ada kesempatan untuk tidur." Arka menjelaskan dengan wajah serius.

"Pe-Pelatih..." Felsy mengangkat tangan kanannya, sementara tangan kiri memegang telinga kirinya sambil meringis.

"Ha? Napa, Fel?"

"Izin ke ruang perawatan. Telinga saya..."

Felsy menceritakan bagaimana tadi saat sedang berlari keliling akademi, mereka melewati sekerubunan serangga kecil yang sedang terbang. Kemungkinan serangga-serangga kecil itu sedang bermigrasi. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbang sangat cepat, Felsy yang berada di paling depan dan tidak sempat menghindar, malah tertabrak beberapa serangga.

Sialnya, salah satu serangga masuk ke dalam telinganya. Sekarang malah serangga itu terperangkap dan tidak bisa keluar dari telinga Felsy. Setiap pergerakan kaki kecil nan tajam dari serangga itu, membuat Felsy kesakitan dan menderita.

"Sini, Fel. Anvi juga, bantuin sini."

"S-saya, Pelatih? Baiklah..."

"Felsy duduk sini. Anvily, pake light magic-mu..."

"Tapi, Pelatih, magic saya hanya untuk menyembuhkan saja. Kalau masih ada serangga di dalamnya, pasti sia-sia."

"Lah ni bocah... Makanya dengerin dulu aku ngomong... Eh? Ups haha..." Arka keceplosan berbicara dalam Bahasa Indonesia, tapi dia tidak begitu peduli.

"Hehe... Maap bosku! Jadi gimana dong?" Anvi malah juga menggunakan Bahasa Indonesia saat membalas ucapan Arka. Nostalgia sesaat ini lumayan menyenangkan perasaan Anvily.

Yang lain keheranan mendengar bahasa yang sangat asing di telinga mereka. Bukan bahasa manusia, bukan bahasa demon. Mungkin bahasa salah satu jenis Demihuman? Begitu pikir mereka, tapi tak ada yang berani bertanya.

"Ok. Anvi pake light magic, terangin bagian dalam lubang telinga kucing ini."

"Baik, Pelatih." Mereka kembali menggunakan bahasa manusia yang digunakan di dunia ini.

Anvi berkonsentrasi mengalirkan light magic ke dalam telinga Felsy. Lalu Arka menarik daun telinga Felsy untuk mengarahkan supaya saluran yang berbelok di dalam telinganya menjadi agak lurus dan dia bisa melihat semuanya.

"Ahhh... Masi idup. Masi gerak-gerak ya, Fel?"

"Kyuhh... Huahhh... Hahh... Hahhh... Pe-Pelatih... Jangan memegang telingaku seperti ituhh... Ahh... Hahh..."

Felsy, bukannya menjawab pertanyaan Arka, malah jadi bernafas cepat dan wajahnya memerah. Telinga kucing miliknya ternyata sangat sensitif. Felsy jadi terangsang karena Arka mengelus bulu di telinganya sambil menarik-narik lembut daun telinganya.

"He? ... HEEE!?!?" Arka kaget melihat ekspresi Felsy.

Wajah Felsy saat ini sangat erotis. Kedua pipinya merah saga. Kedua matanya lembab. Mulutnya terbuka, uap dari nafasnya yang hangat dan cepat dapat terlihat. Untung liurnya belum menetes.

"Tahan, Fel. Aku harus ngeluarin ini. Sebentar aja, tahan." Arka berusaha tetap tenang meskipun Hercules Junior di dalam celananya mulai menunjukkan pergerakan.

Kemudian, Arka terus berusaha fokus untuk mengevakuasi serangga yang masuk ke dalam telinga Felsy. Agar cepat, dia tidak menggunakan prosedur medis yang diketahuinya. Tapi dia langsung menggunakan dark magic.

Darkness Grip. Skill yang mampu mencengkram musuh dari jarak jauh menggunakan dark magic. Namun kali ini Arka membuat ukuran yang sangat kecil agar dapat masuk ke lubang telinga Felsy.

*Seett... Sett... Pluk!*

*Cresss!*

Arka berhasil mengevakuasi serangga di dalam telinga Felsy dengan cepat. Lalu meremas serangga itu di luar dengan Darkness Grip hingga tubuhnya hancur.

"Kyuuuhhhh! Hahh... Hahh... Hahh... Te-terima kasih, P-Pelatih..." Kata Felsy sambil tersengal-sengal. Tak jelas ia tersengal karena menahan sakit atau menahan birahinya yang sudah terpancing.

Awalnya, Arka mau menerapkan ilmu medis yang digunakannya. Yaitu setelah diperiksa, pastikan hewan yang masuk telinga sudah mati. Kalau belum, bunuh dulu dengan cara memasukkan minyak ke dalam telinga dan kepala dimiringkan agar minyaknya tidak tumpah untuk beberapa menit ke depan sampai hewan yang masuk itu mati tenggelam di dalam telinga.

Kalau beruntung, hewan tersebut akan keluar dengan sendirinya. Tapi kalau tidak, dia akan mati dapam beberapa menit.

Kemudian setelah mati, buang minyak yang ada di dalam telinga tadi dengan cara menegakkan kepala atau membalik posisi kepala. Setelah itu, ada tiga pilihan cara yang bisa dilakukan.

Pertama, menggunakan semprotan kecil yang dapat menyemprotkan air yang terfokus jadi satu garis, bukan yang menyebar seperti yang digunakan untuk pewangi setrikaan.

Caranya, semprotkan air tersebut berulang kali ke dalam lubang telinga sampai hewan yang masuk ke dalamnya ikut terbawa keluar oleh air yang tumpah setelah disemprotkan.

Jika tidak berhasil, ke cara kedua. Yaitu menggunakan pinset atau klem crocodile, atau apapun yang menyerupai itu. Sebaiknya ini dilakukan oleh tenaga medis karena dinding bagian dapam lubang telinga itu sangat sensitif terhadap rasa nyeri. Tersenggol sedikit saja, bisa ngilu sekali rasanya.

Dan apabila cara kedua masih belum berhasil, cara terakhir adalah dengan menggunakan suction (alat penyedot) milik dokter spesialis THT (Sp.THT-KL). Tapi, jika korban adalah orang yang tak mampu menahan nyeri ngilu di telinganya, sebaiknya langsung saja dibawa ke dokter spesialis THT dari awal.

Setelah selesai dikeluarkan, dibersihkan lagi dengan menyemprot lubang telinga beberapa kali sampai tidak ada lagi bagian tubuh hewan itu yang keluar. Dan sebaiknya untuk mencegah infeksi karena adanya luka akibat gesekan dan garukan dari hewan itu, telinga diteteskan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik.

"Makasih, ya, Anvi. Sekarang kalian berdua balik ke tempat duduk kalian. Kita lanjutin yang tadi, kita akan bahas apa aja kekurangan dan kesalahan kalian kemarin pas ngelawan Giscor dan pas kuperintahkan buat ngurus Demihuman yang akhirnya kuputuskan untuk menarik mundur kalian semua. Tapi sebelum itu..."

Arka berhenti berbicara dan menggeser meja dan kursi Pelatih yang ada di depan kelas untuk menciptakan spasi yang luas. Kemudian dengan skill Darkness Creation, ia membuat sebuah dinding pembatas di depan kelas. Lama-lama, terbentuk sesuatu yang menyerupai arena berbentuk persegi panjang yang masih tembus pandang dari luar.

Di depan kelas, sudah berdiri sebuah arena. Untuk apa Arka membuat arena tersebut? Semua Siswa yang ada di kelas tersebut saling bertanya satu sama lainnya. Tapi mereka sama-sama tidak tahu tujuan didirikan arena tersebut.

"Halea dan Revon, maju ke depan dan masuk ke dalam ring bertarung ini."

Setelah Arka berbicara lagi, sebagian besar Siswa sudah mulai paham kemana arahnya semua ini.

"Kemaren, kalian berdua yang ribut, kan? Nah, ini udah aku sediain tempat. Kalian boleh selesaikan yang kemaren di ring ini. Bertarunglah sampai salah satu dari kalian menyerah atau aku suruh berhenti." Jelas Arka sambil duduk di kursi yang sudah diletakkannya di pojok kelas.

Halea dan Revon jadi mengingat kembali konflik antara mereka kemarin. Dan emosi mereka jadi ikut terbawa. Mereka berdua sudah bersiap di atas ring. Pertarungan mereka tak terhindarkan lagi. Benar saja, mereka berdua langsung mulai bertukar serangan ketika...

"Mulai!" Arka memerintahkan untuk memulai pertarungan antara Halea dengan Revon di atas ring.

***

"Gareeeen! Gara-gara kau! Jadi aku yang ditugasin ngurus Demihuman!"

"Yaaa aku kan cuman mau bantuin Arka buat nyelesein masalah ini. Lagian, kita ini kan pengikut Arka. Apalagi dia udah bantuin ngurus sebagian besar dari masalah ini."

"Iyaaa! Aku tauuu! Tapi, tetep aja... Kok harus aku, sih..."

"Udah kamu santai aja, Fi. Aku, Grista, dan Lukas juga nggak bakal ninggalin kamu sendirian. Kami ikut kok."

"Bener, ya! Awas kalo tiba-tiba ngilang! Kubakar hidup-hidup itu bijimu yang nggak guna itu, Garen!"

"Iya... Akan kami temenin... Setidaknya di hari-hari pertama lah..."

"Eh? EEEHH??? Apa maksudnya itu!? Jadi kau emang punya rencana ninggalin aku sendiri, kan!? Brengsek Garen babiiii!!!"

"Udahhh udaaahhh... Sana istirahat dulu... Capek kan udah berapa hari ini nyari-nyari sarang Demihuman di tengah hutan... Ayo, istirahat biar besok pas Arka nyuruh kamu ke sarang Demihuman, kamu udah fit dan siap bertugas lagi... HAHAHA!!!" Kata Garen lalu melipir masuk ke tendanya dan menutup tenda tersebut.

"Kau!!! BANGSAAAT GAREEEENN!!!" Fiana berteriak memaki-maki Garen lalu melemparkan gelas kayu ke tenda Garen.

***BERSAMBUNG***

______________________________________

Hay gaes! Jangan lupa vote-nya!

Btw, baru ini ada materi medis lagi. Author sudah mulai kehabisan ide materi medis yang mau disampaikan. Tapi, Author akan berusaha untuk tetap berbagi ilmu medis simpel yang bisa dipraktekkan orang awam dalam kehidupan sehari-hari di chapter-chapter berikutnya!

avataravatar
Next chapter