webnovel

Perasaan Tersembunyi

Pikiran Armand sedikit melayang, tangannya masih terus mengaduk secangkir teh yang masih panas. Aneh sekali? Tidak seperti biasanya dia... Seorang Armand, membuatkan secangkir teh? Dan itu untuk seorang sekertarisnya. Batinnya saat itu.

Armand membawa hati-hati secangkir teh yang masih berada ditangannya, dari kejauhan dia melihat Arvita yang tenggelam pada kedua tangannya yang menyilang, dan berada diatas meja.

"Apa dia sudah tertidur?" Tanya Armand pelan pada dirinya sendiri.

"Arvita?" Panggil Armand, dan meletakkan hati-hati cangkir tehnya, dan kedua mata itu masih memejam. Tidak ada reaksi kalau Arvita terbangun, hanya terdengar dengkuran halus dari napasnya yang tertatur.

Armand duduk disebelah Arvita, tanpa ia sadari ia memperhatikan wajah sekertarisnya terlalu lama. Entah mengapa, tapi wajah itu seperti sebuah magnet yang membuatnya terus saja memperhatikan lebih dalam dan lama.

"Arvita? Arvita...?" Panggilnya kembali, dengan intonasi suara yang semakin melembut dan aneh.

Armand menghela napasnya, menegakkan tubuhnya dan masih duduk disamping Arvita. "Bangunkan atau tidak ya?" Tanyanya bingung. Tangannya sudah bersiap untuk menyentuh punggung Arvita, tapi sedari tadi ada yang membuatnya terganggu.

Beberapa helaian rambut Arvita menutupi wajahnya, dan segera saja Armand menyingkap helaian rambut sekertarisnya. Mengupingkan rambut yang tercuat tidak rapi, barulah ia semakin tersadar dengan wajah Arvita yang sebenarnya, cantik dan manis.

Entah mengapa keinginan itu tiba-tiba saja muncul pada benak Armand, hidung mungil dan runcing milik Arvita membuatnya ingin menyentuh, walapun itu hanya sesaat. Dengan hati-hati, Armand sudah menyentuh hidung Arvita.

"Mmm..." Guman Armand, dengan pikirannya yang kembali menerawang.

"Apa dia sedang bermimpi." Ucapnya lagi penasaran, ketika Arvita tersenyum dalam tidurnya. "Apa aku harus memindahkannya? Tapi..." Armand menatap kearah sofa yang dibelakangnya. "Yah... lebih baik dia tidur di sofa... dan..." Armand tiba-tiba meringis kesal.

"Armand apa kau seorang pria sejati? Masa kau membiarkan seorang wanita tidur disofa, sedangkan kau tidur nyaman di ranjangmu sendiri! Hahh...!" Ucap Armand kesal dan pelan, serta mengumpat dirinya sendiri.

Armand sudah memutuskan untuk membiarkan Arvita tidur dikamarnya, dengan perlahan dia mengangkat tubuh Arvita secara hati-hati. Sekertarisnya masih tampak tidur dan lelap, bahkan tanpa disadari oleh Arvita, dia mengaitkan lengannya pada leher Armand yang kokoh.

"Mmm..." Guma Arvita dan mengusap wajahnya pada dada Armand.

Seketika Armand merasakan jantungnya yang berdebar dengan cepat, merona malu ketika tubuh Arvita benar-benar melekat padanya, ditambah kedua tangan Arvita yang melingkar pada lehernya. "Perasaaan apa ini?" Batin Armand dalam hatinya dengan bingung.

"Ish... Kenapa aku jadi seperti ini?"

Masih dengan kehati-hatian, Armand sudah membawa Arvita menuju kamarnya. Sekertarisnya masih tertidur dalam dekapannya, apalagi wajah sekertarisnya seringkali mengusap lembut pada dada Armand. Membuat jantung Armand kembali berdetak kencang, dan perasaannya menjadi tidak karuan saat itu.

Sesampainya dikamar Armand sudah bersiap-siap untuk meletakkan tubuh Arvita diatas tempat tidurnya. Sangat perlahan dan hati-hati, dan tidak ingin membangunkan Arvita sama sekali. Tapi... itu hanya terjadi sebentar saja, karena kedua mata Arvita tiba-tiba terbuka. Kedua mata itu saling memandang dengan tatapan yang berbeda.

Armand memandang dengan bingung, sedangkan Arvita menyorot tajam kearahnya. Armand merasa... sepertinya ada yang aneh dengan tatapan wanita itu, dengan jarak wajah yang terlalu dekat dengannya.

Arvita seorang atlit dan petarung, memiliki ilmu bela diri yang sudah lama ia tekuni semenjak ia kecil. Tubuhnya bereaksi dengan cepat, karena instingnya mengatakan ada bahaya yang berada dekat dengannya.

Yang terjadi berikutnya cukup membuat keadaan benar-benar semakin mengherankan, Arvita mendorong tubuh Armand, kearah samping. Hanya membutuhkan waktu bebepada detik saja, semua situasi menjadi bebalik. Saat ini Arvita sudah berada diatas tubuh Armand, dengan salah satu tangannya yang sudah ia angkat dengan tinggi, dan membuat kepalan tinju yang kuat.

"Arvita!" Teriak Armand spontan saja.

"Pak Armand? PAK ARMAND?" Raut wajah Arvita berubah cepat, menyadari ada kesalahan yang sedang terjadi saat itu. "Tunggu kenapa saya bisa ada disni?" Tanya Arvita memandang kearah sekitarnya, dan belum turun dari tubuh Armand. "Ini kamar? Ini kamar Pak Armand?" Tebaknya dengan yakin.

"Vita? Apa kamu lupa kalau beberapa jam lalu, kamu dan saya kita berdua sedang bekerja. Untuk persiapan pertemuan besok pagi di kantor, lalu kamu tertidur lelap." Armand berusaha menjelaskan, walaupun rasanya aneh karena ada wanita yang duduk diatas tubuhnya.

"Saya tidak tega membangunkan kamu, jadi saya pikir lebih baik kamu beristirahat dikamar saya. Dan saya bisa tidur disofa." Lanjut Armand.

"Ah... saya ingat! Bodoh sekali saya! Maafkan saya Pak Armand." Ucap Arvita tampak menyesali.

"Tidak apa-apa, tapi... apa kamu bisa tidak? Untuk tidak diatas tubuh saya? Sepertinya sekarang akan menjadi aneh." Ucap Armand tampak malu.

Astaga apa yang telah kulakukan? Vita... kenapa kamu bodoh sekali sih! Kamu jadi keliatan seperti wanita mesum yang menggoda seorang pria. Batin Arvita dan mengutuk dirinya sendiri, tapi segera saja ia turun dari tubuh Armand.

"Maaf pak, saya... saya lebih baik pulang saja." Ucap Arvita dengan wajah memerah padam. Dan Armand pun turun dari tempat tidurnya saat itu, memperhatikan gerak gerik Arvita yang tampak malu.

"Tapi ini sudah terlalu malam, lebih baik kamu menginap saja." Pinta Armand dengan sungguh-sungguh. "Apa menginap? Dengan bapak dan saya disini?" Tanya Arvita tampak berpikir berbeda. "Ya, benar. Tapi maksud saya kamu bisa tidur dikamar saya, dan saya tidur disofa – diluar sana." Armand berusaha untuk meluruskan ajakannya.

"Ee... lebih baik saya pulang saja pak. Lagi pula ini sudah lewat tengah malam, tidak baik jika saya terlalu lama ditempat bapak." Ucap Arvita gugup. Baru saja Arvita membalikkan tubuhnya, tapi tangannya sudah diraih oleh atasannya secara tiba-tiba.

Armand segera memutar tubuh sekertarisnya, tampak tidak rela jika Arvita terus saja menolak ajakannya dan terkesan menghindar. Beberapa belakangan ini ia merasakan perasaan yang sangat aneh, dan sulit untuk dijelaskan. Satu-satunya cara untuk membuktikannya, adalah...

"Pak Armand?" Tanya Arvita yang bingung, karena atasannya mendekap tubuhnya dengan kuat. Jarak pandang mereka berdua terlalu dekat, Arvita bahkan tidak menolak ketika wajah atasannya semakin mendekat kearahnya.

Armand tidak menjawab, ia membalasnya dengan sebuah kecupan pada bibir Arvita yang sedari tadi sangat menggoda keimanannya. Arvita sendiri melebarkan kedua matanya, tidak percaya ketika ada bibir yang mengecup bibirnya. Ini adalah ciuman pertamanya, sungguh aneh sekali. Seperti ada kejutan listrik yang menjalar pada setiap tubuhnya.

Rasanya sedikit basah, tapi terasa lembut. Arvita hanya diam mematung, mencoba merasakan sensasi gila yang baru kali ini ia rasakan. Armand terus saja mengecup bibirnya, terlalu kaku. Karena Arvita tidak membalasnya sama sekali.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, membuat kedua insan itu tersadar dari aksi romantis mereka berdua. Segera saja Arvita memundurkan tubuhnya, agar bisa menjauh dari Armand. Wajahnya masih merona malu, dan menunduk tidak berani menatap pria dihadapannya.

"Siapa yang datang tengah malam ini?" Tanya Armand, dan berjalan melewati Arvita. "Lebih baik saya pulang pak." Ucap Arvita cepat, dan segera keluar dari kamar Armand.

Arvita sudah mengambil tas laptop dan beberapa berkas penting lainnya, dan setelahnya ia pun segera menyusul Armand yang bersiap-siap untuk membuka pintu masuk. "Tungu sebentar Vita." Ucap Armand, yang tidak ingin sekertarisnya berlalu meninggalkannya begitu saja.

"Maaf anda siapa?" Tanya Armand melihat sosok pria berkacamata, yang berada dibalik pintu masuknya.

"Sam? Kamu bisa ada disini?" Tanya Arvita terkejut, melihat pacar barunya yang tiba-tiba saja muncul. "Kamu kenal dengannya Vita?" Tanya Armand kembali.

"Dia..." Arvita berusaha untuk menjelaskan, sayangnya Armand memotong ucapannya.

"Saya pacarnya, dan saya ingin menjemput Arvita untuk pulang." Ucap Samudra menatap sinis kearah Armand.

lohaa.. semua.. jangan lupa berikan comment, review, dan rate bab ini yaa

terimakasih.. saya usahanya untuk terus udpate rutin dan tidak terlalu lama^_^

Sita_ehcreators' thoughts