webnovel

Kecelakaan Kecil Yang Berdebar

Petugas keamanan pria memandang curiga pada seorang wanita yang baru saja tiba, bagaimana tidak? Penampilan Arvita terlalu biasa, tidak tampak seperti pemilik apartemen mewah pada umumnya.

Petugas keamanan itu masih memperhatikan Arvita, yang sudah berhasil melewati gerbang pemeriksaan dengan aman. Tapi kecurigaannya belum menghilang, pandangannya masih mengarah pada Arvita yang sudah berada didepan meja resepsionis.

"Malam... Mba." Sapa Arvita sopan, wanita muda dihadapannya sedikit mengeryit dengan penampilan Arvita. "Selamat malam bu, ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya sopan. "Pak Arman? Saya ingin bertemu dengannya, dan ini tanda pengenal saya." Ucap Arvita mengeluarkan dompetnya, dan mengambil tanda pengenalnya.

"Anda... Ibu Arvita? Sekertaris Pak Armand?" Tanya wanita itu dengan tatapan tidak percaya.

"Ah.. Ya, saya Arvita... Mmm... Jadi Pak Armand ada dilantai berapa?" Tanya Arvita kembali. "Beliau anda di lantai duapuluh, sebelumnya sudah menelpon saya dan memberitahukan bahwa sekertarisnya akan tiba." Ucap wanita itu dan mengambil tanda pengenal milik Arvita.

Untuk beberapa saat Arvita hanya diam, sembari melihat petugas wanita itu sibuk memperhatikan dan memasukkan data kunjungan tamu." Ini akses anda untuk lantai duapuluh. Apartement Pak Armand ada di kamar lima kosong satu." Ucapnya sembari menjelaskan, dan menyerahkan kartu berwarna biru untuk Arvita.

"Terimakasih." Jawab Arvita cepat, dan segera mengarah kearah lift.

Tidah butuh waktu lama untuk Arvita menemukan, kamar apartemen atasannya. Sebuah pintu besar berwarna cokelat gelap, sudah berada dihadapannya. "Lima kosong satu." Arvita membaca pelan nomor pintu, yang menempel pada bagian depan. Napasnya sedikit tersengal, karena sedari tadi ia berjalan cepat. Belum lagi pundaknya yang terasa pegal, karena tali dari tas laptop miliknya yang menggantung lama pada pundakya.

Arvita pun memutuskan untuk mengetuk pintu perlahan, tapi belum ada jawaban dari si pemilik kamar. Sekali lagi ia mencoba, dan samar-samar ia mendekat suara langkah kaki yang mendekat kearah pintu.

"Kamu sudah datang, Vita?" Ucap Armand dan melirik kearah jam tangannya.

"Ya pak, saya harap saya tidak lama untuk tiba disini." Ucap Arvita sedikit gugup dan gelisah. Menerka dari raut wajah Armand, sepertinya pria itu bukan dalam keadaan yang senang.

Armand mengenakan pakaian yang sangat kasual, celana hitam panjang dengan kaos berlengan tanggung berwarna putih susu. Rambutnya yang tanpa gel, sedikit berantakan justru membuat pesona pria tersebut semakin menawan.

"Kamu kenapa berdiri saja? Ayo cepat masuk." Ucap Armand membuyarkan lamunan Arvita.

Arvita dengan canggung masuk kedalam apartemen Armand, kesan mewah dan mahal sudah tergambar pada pikiran Arvita saat itu. Tidak terlalu banyak perabotan, konsep minimalis dan modern.

Armand mengarahkannya agar berada diruang tengah, dan Arvita semakin tercengang dengan penglihatannya sendiri. Ruang tengah tidak memiliki dinding tembok, sebuah kaca tembus pandang mengelilingi. Memperlihatkan nuansa malam dengan gedung-gedung tinggi yang menjulang.

"Wahh..." Seru Arvita tanpa sadar, dan Armand hanya melihat kearah sekertarisnya dengan pandangan heran. Memperhatikan penampilan Arvita yang lebih santai, tanpa kemeja dan rok yang sering ia gunakan saat bekerja. Membuat sekertarisnya terlihat lebih unik dan manis.

"Tempat tinggal yang bagus pak." Puji Arvita.

"Terimakasih." Jawab singkat Armand. Armand mendekati Arvita, karena sekertarisnya berada dekat dengan sisi kaca. Masih menatap takjub pemandangan diluar sana, "bisa kita mulai sekarang?" Bisik Armand terlalu dekat dengan telinga Arvita.

Arvita tersentak dan segera membalikkan tubuhnya, memang suatu kebetulan karena jarak mereka yang terlalu dekat. Dan tanpa sengaja kedua bibir itu tersentuh secara tiba-tiba, membuat kedua pasang mata yang bertemu terkaget.

Kurang dari sepersekian detik, kedua orang itu langsung melangkah mundur bersamaan. Arvita bahkan memegangi bibirnya sendiri, sedangkan Armand tampak malu. Dia hanya ingin mengingatkan Arvita, tapi kenapa tiba-tiba saja mereka berciuman... Tunggu...! Batin Armand. Itu bukan sebuh ciuman! Kami hanya bersentuhan secara tidak sengaja! Batin Arvita yang memiliki pemikiran yang sama.

"Ah... Iya pak... Ahh... Maaf... Ahh..." Arvita berjalan melewati Armand, tampak bingung harus mengucapkan apa. Wajahnya sendiri sudah memerah padam dan malu, "Maafkan soal tadi.. tadi itu.." Arvita tampak bingung.

"Tadi itu tidak terjadi apapun." Potong Armand cepat seraya berdeham.

"Bisa kita mulai sekarang, sudah banyak pekerjaan yang menumpuk. Dan aku harus benar-benar menyelesaikannya malam ini." Ucap Armand.

Arvita segera saja meletakkan laptop diatas meja panjang kaca, yang berada diruang tengah tersebut. Dan Arman memberikannya beberapa laporan penting, "ini beberapa laporan keuangan yang berkaitan dengan pembiayaan operasional, dan promosi." Ucap Arman dan duduk pada sofa.

"Aku baru saja membaca emailku, besok pagi ada pertemuan mendadak. Dan aku harus menyiapkan semua data ini, untuk ditunjukkan pada beberapa petinggi yang akan hadir besok." Lanjut Armand menjelaskan.

"Apa kau bisa membantu membuat rangkumannya, karena aku harus mempelajarinya juga." Armand menatap sekertarisnya dengan pandangan teramat serius.

"Tenang saja pak, saya bisa melakukannya. Itu tugas yang sangat mudah." Seru Arvita dengan bersemangat.

Arvita langsung mengambil posisi, dia duduk dilantai dengan laptopnya yang berada dimeja. Sedangkan Armand duduk pada sofa, disampingnya persis. Sebenarnya Armand juga sudah memerintahkan Arvita, agar ia bisa duduk disampingnya. Tapi sekertarisnya sangat bersikukuh untuk duduk bersila dilantai, sempat terbesit dipikiran Armand. Mungkin saja karena kecelakaan ciuman tersebut, yang membuat Arvita tampak enggan dengannya.

Armand mulai mempelajari setiap isi laporan yang ada ditangannya, sedangkan Arvita mulai membuat rangkuman dari semua laporan tersebut. Sesekali pandangan Armand mengarah pada sekertarisnya, memperhatikan Arvita yang terlihat sibuk.

Senyum tipis muncul pada wajah Armand, tanpa Arvita ketahui. Karena tiba-tiba pria itu mengingat kejadian semasa SMA mereka, sebenarnya dia sendiri juga bingung kenapa dan bagaimana. Teman sebangku yang sangat ia benci saat itu, bisa menjadi sekertarisnya saat itu.

Setelah berjam-jam lamanya, tiba-tiba suara Arvita menyeru dengan nyaring. Kedua tangannya ia rentangkan lurus diatas kepalanya. "Akhirnya selesai juga!" Arvita melakukan perenggangan dengan memutar tubuhnya, bergantian kearah sisi kanan dan kiri.

"Kamu sudah selesai?" Tanya Armand, sedikit takjub dalam hatinya.

"Sudah pak, sudah saya simpan juga. Besok pagi sekali tinggal saya print, dan copy banyak. Tenang saja, bapak tidak perlu khawatir untuk pertemuan besok." Arvita tersenyum manis, dan Armand sempat terkesima. Tapi dengan cepat ia tutup reaksi tersebut, yang tidak boleh ia tunjukkan sembarangan.

"Ah.. Arvita, Aku sampai lupa untuk membuatkanmu minuman." Armand meletakkan salinan laporan diatas meja, segera saja ia bangkit.

"Tidak perlu pak, saya tadi sudah bawa minum sendiri." Tunjuk Arvita pada tumbler miliknya.

"Tidak apa-apa Arvita, hanya secangkir teh hangat. Itu akan membuatmu lebih relaks, apalagi ini adalah teh yang sangat aku senangi." Armand menghiraukan penolakan sekertarisnya, dan sudah berjalan kearah pantri kecil miliknya.

Arvita sudah tidak membantah ucapan atasannya, berpikir mungkin ada baiknya jika dia bisa mengistirahatkan sejenak pikiranya. Dengan kedua tangan yang menyilang dan berada diatas meja, akhirnya Arvita meletakkan kepalanya yang tampak berat saat itu.

Dengan menguap kecil, Arvita sudah memiringkan kepalanya. Rasanya sedikit nikmat, karena ia bisa merasakan punggungnya yang sedikit bisa ia luruskan. Dan anehnya dia juga berpikir, mungkin tidak akan apa-apa. Jika dia bisa memejamkan matanya walau untuk sesaat saja, sembari menunggu Armand selesai membuatkan teh untuknya.

"Hoamm..." Arvita menguap kecil, gumpalan air mata berhasil memenuhi pelupuk matanya dengan cepat. Dan disaat itu juga, Arvita segera memejamkan matanya.

Terimakasih untuk yg sdh menyempatkan bc novel ini. Maafkan ya jika ada kekurangan dalam penulisan, apalagi kalau ada typo. ;)

Dukung Auhtor ya, mudah kok

1. Berikan Power Stone

2. Berikan Review setiap kali selesai baca, jadi Auhtor tahu kira2 reader suka gak dengan jalan ceritanya

3. Rate bab yang sudah dibc, yang gambar bintang itu :)

4. Gift, Kalau Reader's ada lebih koin banyak, bagi2 tips ya ke auhtor. Hehehe..

Happy Reading.

Terimakasih untuk semua saran dan kritikan yang membangun.

Sita_ehcreators' thoughts