webnovel

Babe Marah Besar!

Rosa dan Lidia tidak henti menatap rumah Arvita dengan pandangan terkejut, seakan-akan rumah Arvita adalah sebuah museum sejarah yang banyak memiliki barang antik yang berharga.

Kejutan tidak sampai disitu saja, ketika mereka berdua masuk kedalam kamar Arvita. Dan melihat isi kamar Arvita yang bisa dikatakan sangat terlalu sederhana, untuk ukuran seorang wanita.

"Ini kamar apa tempat semedi sih?" Cibir Lidia, dan mengamati meja belajar Arvita yang antik. Sebuah meja kotak yang terbuat dari kayu tebal, diatasnya tersusun beberapa buku bacaan jaman dulu. "Ini buku kayanya dari jaman perjuangan empat lima deh? Lihat sampulnya aja udah bisa ketebak." Tanya Rosa yang mengambil salah satu buku Arvita, bergidik seram dan meletakkan kembali buku tersebut.

"Oh.. itu? itu punya babeh, katanya biar gue tahu sejarah ilmu beladiri jaman dulu." Jawab Arvita santai, dan ia melakukan peregangan pada otot lehernya.

"Eh Vit, jadi beneran elo itu bisa bela diri?" Lidia terlihat antusias saat menanyakannya, sedangkan Rosa segera saja melempar pandangan sinis pada teman jangkungnya.

"Iya bisa, kebetulan babeh juga masih ngajar. Sebelah rumah ada aula dan halaman besar yang biasa sering dipakai untuk latihan. Kenapa memang?" Tanya Arvita.

"Bisa dong... Lo ajarin gue? Sedikit aja, ilmu apa kek... tendang... mukul... gigit juga gak apa-apa." Ucap Lidia dengan meniru gaya menendang dan meninju dengan cara yang aneh, yang suka ia lihat dari acara televisi.

"Heh! Mulai deh nenek galah kumat." Rosa bangkit dari duduknya, dan ia mulai merapikan pakaiannya yang ia keluarkan dari dalam koper hitam.

"Bisa sih... kalau memang Lo mau. Nanti gue ajarin, beberapa ilmu dasar." Jawab Arvita dengan tak yakin.

"Ihh... Elo memang baik deh... The best pokoknya." Sanjung Lidia, tapi pandangannya mengarah pada Rosa yang banyak mengeluarkan pakaian dari dalam kopernya.

"Asataga... Marmud! Elo itu cuman nginep dua malam doang! Tapi bawaan udah kaya lagi liburan panjang!" Cibir Lidia yang sudah berada dekat dengan bawaan milik Rosa.

"Berisik banget sih nenek!" Rosa tidak peduli, dan hanya mengusap telinganya yang terasa panas dengan kalimat sindiran dari Lidia.

"Ini?? Buat apaan elo bawa ini!" Lidia mengambil salah satu pakaian renang berwarna merah terang, yang ia angkat tinggi agar Arvita juga bisa melihat jelas.

"Isshh!! Apaan sih! Balikin gak!" Perintah Rosa kesal, dan mengambil paksa pakaian renang minim miliknya.

"Gue pikir dirumah Arvita ada kolam renangnya." Ucap Rosa antara ia terlalu polos, atau berpikir bahwa rumah Arvita akan sama dengan rumah besar miliknya.

"Hehh... ada-ada aja sih? Mana ada kolam renang! Adanya Empang, mau berenang di Empang?" Tanya Arvita terkekeh dan beranjak dari duduknya.

"Apa tuh empang?" Tanya Rosa jujur.

Lidia terkikik menahan geli, wajah runcingnya memerah karena terlalu kuat untuk menahan ketawanya. "Lo gak tahu empang Rosa? Lo itu dari planet mana sih? Empang itu... tempat kolam ikan. Jadi Lo berenangnya sama ikan, biar jadi Putri duyung kesasar." Jelas Rosa dengan tertawa terpingkal-pingkal.

"Errghhh... Lidi!! Nenek galah... Lo berani ngetawain gue! Rasain nih!" Rosa menarik kuat rambut Lidia.

"Marmud bantet... sakit tahu! Lepasin gak..!" Lidia memegangi kuat rambutnya sendiri, dan terus saja mengerang kesakitan.

"Gak akan gue lepasin! Biar Lo botak sekalian! Nenek galah botak!" Umpat Rosa lantang.

"Marmud bantet! Belum pernah gue bikin tambah Bantet ya! Lepasin gak!" Lidia lebih lantang lagu berucap.

"Gak akan! Kalau Lo gak minta maaf duluan! Ayo buruan minta maaf!"

"Enggak mau!"

"Aduhh... berantem aja terus! Kalau sudah selesai kasi tahu gue? Siapa yang mati duluan!" Sindir Arvita dan meninggalkan kamarnya.

Rohimah yang mendengar keributan dari dalam kamar putrinya, menatap heran pada Arvita yang tampak biasa saja dan tidak khawatir.

"Vita, temen-temen lo pada kenapa? Nyak denger rame banget didalam?" Tanya Rohimah, dan ditangannya ada nampan yang berisikan kue dan teh hangat yang masih mengepulkan asap tipis.

"Oh.. itu nyak... biasa... lagi pada latihan gulat." Jawab Arvita asal saja, dan duduk di bangku ruang tamu. "Nyak, kok babeh belum pulang sih? Uda sore gini, nyak enggak khawatir?"

"Babe Lo itu kan susah dibilangin. Apalagi kalau udah ngurusin soal perguruan, ditambah lagi semenjak Lo gak ada. Babeh tuh makin panjang aja jadwalnya, padahal udah nyak bilangin lepas aja itu perguruan." Ujar Rohimah. Tapi ia masih saja melihat resah kearah pintu kamar Arvita, karena masih mendengar keributan dari dalam kamar.

"Itu temen-temen Lo gak kenapa-kenapa didiaminnya gitu aja. Serius banget latihan gulatnya?" Tanya Rohimah yang masih saja khawatir.

"Biarin aja nyak... nunggu ada yang koit baru pada berhenti." Jawab Arvita santai, dan ia mengambil potongan kue bolu yang ada diatas meja.

"Koit? Apaan?"

"Koit... nyak! Koit itu..." Arvita memperagakan leher yang terpotong oleh jari telunjuknya sendiri. Raut wajah Rohimah segera saja berubah pucat, dan segera saja Arvita tertawa lantang.

"Hahaha... Bercanda doang nyak. Udah diemin aja... nanti juga adem sendiri." Ucap Arvita dengan seringai lebar.

Tak lama mereka berdua mendengar suara salam dari seorang pria, intonasi suara yang berat dan sedikit lantang. Menandakan Rojali sudah tiba dirumahnya, dan Arvita segera menghampiri ayahnya untuk memberikan cium tangan.

"Babeh... akhirnya pulang juga." Arvita tersenyum dengan tingkah manja. Rohimah menatap heran tingkah putrinya yang mencurigakan, dan tidak seperti biasanya.

"Masih inget sama rumah? Kirain Lo gak akan ingat lagi sama nyak dan babe." Ucapan Rojali terdengar ketus, ditambah lagi wajahnya yang ia temui rapat.

"Ih.. Babe datang-datang kok marah sih? Emangnya Vita salah apa beh? Vita itu kangen sama babe, dan nyak. Mangkanya Vita pulang pas hari libur." Jelas Arvita, dan masih melihat wajah ayahnya yang belum berubah.

"Bang, kenapa sih baru datang udah marah-marah begini? Tuh aye udah buatin teh sama kue kesukaan Abang." Rohimah pun mengedipkan matanya pada Arvita, agar bisa memberikan ruang untuk dia mendekati suaminya.

"Asataga... maafin babe ya pita."

"Vita beh, bukan pita." Ucap Rohimah mengkoreksi dengan suara pelan. "Udah nyak kedapur dulu, mau siapin buat makan malam, Vita nanti kalau lo udah

kelar ngobrol sama babeh. Bantuin nyak ya!"

"Iya nyak..." Jawab Arvita panjang.

"Iye... Vita... Vita... udah susah ini lidah! Mmm... Jadi sampe mana kita tadi? Ah ya... pulang gak bilang-bilang babeh. Kalau lo bilang babeh bisa jemput." Rojali duduk dengan perlahan pada kursi goyang kesukaannya, mengambil secangkir teh dan menyeruputnya dengan nikmat.

"Kan Vita mau kasi kejutan buat babeh, kebetulan teman Vita juga pada nginap disini." Ucap Arvita riang.

"Ahh..." Desah Rojali nikmat, ketika ia baru saja selesai menyesali teh hangat manis. "Sering-sering Lo pulang Pita. Biar libur sebentar, datang tengokin babeh sama enyak."

"Iya beh. Vita janji deh. Tapi... kenapa babeh kok kesal begini? Enggak kaya biasanya, kenapa Beh? Cerita dong sama Arvita." Arvita mendekati ayahnya, dan memijat ringan pundak ayahnya perlahan.

"Hhmm...Ini persoalan yang sulit." Ucap Rojali, seraya menikmati pijatan putri satu-satunya yang ia sayangi.

"Babeh kesal! Rasanya mau babeh keluarin tuh jurus andalan babeh!"

"Wah kenapa Beh? Ada yang kurang ngajar sama babeh? Bilang sama Vita, biar nanti Vita kasi pelajaran buat itu orang yang berani sama babeh!" Ucap Arvita dan semakin ia mengeraskan pijitan pundak ayahnya.

"Itu orang yang sok kaya, mau beli lahan babe. Padahal udah babeh bilang, babeh gak mau jual!" Jelas Rojali lantang.

"Mau dibayar mahal juga babeh gak akan jual. Titik! Ahh... dasar orang sok kaya yang mau coba gusur-gusur! Pencak silat itu bela diri yang harus dilestarikan, kalau itu digusur. Dimana lagi babeh bisa ngajar!"

"Apa? Sudah ada yang nemuin babeh?" Arvita terkejut, dan dia tahu siapa orang sok kaya yang dimaksud ayahnya. Tidak lain pasti orang-orang dari EG group ataupun Dari perusahaan Rustam.

Terimakasih untuk yg sdh menyempatkan bc novel ini. Maafkan ya jika ada kekurangan dalam penulisan, apalagi kalau ada typo. ;)

Dukung Auhtor ya, mudah kok

1. Berikan Power Stone

2. Berikan Review setiap kali selesai baca, jadi Auhtor tahu kira2 reader suka gak dengan jalan ceritanya

3. Rate bab yang sudah dibc, yang gambar bintang itu :)

4. Gift, Kalau Reader's ada lebih koin banyak, bagi2 tips ya ke auhtor. Hehehe..

Happy Reading.

Terimakasih untuk semua saran dan kritikan yang membangun.

Sita_ehcreators' thoughts