webnovel

Sebuah Janji

*KRINGG

Alarm ku berbunyi. Sekarang jam menunjukkan sekitar pukul 19.32

Aku baru saja bangun dari tidur siang setelah pulang sekolah. Rutinitas hidupku memang sekolah, pulang, dan tidur. Terkadang aku pergi keluar untuk berkumpul bersama teman-teman.

Dan sekarang yang ingin ku lakukan adalah berkumpul bersama teman-teman, atau kukirim saja pesan untuk shylvia agar kami bisa mengobrol?

"Haaaahh" teriakku kencang.

Aku bingung saat ini. Haruskah kukirim pesan untuk dia atau tidak?

Sebenarnya kami sempat bertukar pesan seharian beberapa hari terakhir ini. Tapi kemarin aku mengabaikan dia karena saat itu aku sibuk mengunjungi nenek ku yang sudah lama tak kutemui.

Sialan. Yasudahlah kukirim pesan saja.

°Tau ga besok hampir seluruh Indonesia akan libur?

Setelah mengirim pesan itu kutinggal ponsel ku di kamar untuk mencari makanan. Saat sudah kembali segera lah kubuka ponsel ku berharap shylvia membalas pesan yang kukirim tadi, dan ternyata benar.

+Tau

Segera lah kubalas pesan itu, berhubung dia sedang dalam status online

°Tau darimana?

Selang beberapa detik dibalaslah pesanku olehnya

+Kan besok hari minggu

°Kamu juga libur?

+Iya, kita kan satu sekolah.

°Punya waktu untuk jalan bersamaku?

Dia tidak langsung membalas pesanku, membutuhkan beberapa detik baginya untuk menjawab.

+Boleh. Mau ke mana?

°Kamu jangan tau

+Kenapa?

°Biar penasaran

+Jangan buat aku penasaran

°Kamu bakal menerkam?

+Aku akan laporan pada ayah

°Apa isi laporannya?

+"ayah, ada yang membuatku penasaran dengan sengaja. terkam dia" mungkin?

°Kalo diterkam nanti kita gabisa jalan

+Gapapa, daripada aku penasaran

°Kalo aku ga ada makin penasaran dong?

+Iya juga

°Yaudah, kukasih tau deh

+Apa?

°Tapi besok

°Hari ini aku akan sibuk

+Iya

+Sibuk apa?

°Memikirkanmu

+Itu hal penting?

°Bagiku iya

°Kamu jangan memikirkanku

+Kenapa?

°Nanti kau akan sayang

+Cobalah

°Iya. Tapi besok, sekarang aku ingin bermain ke rumah dandi

+Iya sok

Berakhirlah obrolan kami di situ. Aku senang, ingin melaporkannya pada semua temanku bahwa aku akan berjalan seharian dengan perempuan paling cantik yang pernah kulihat.

Singkatnya aku sampai di tempat teman temanku berkumpul. Ingin sekali kusampaikan berita bahagia itu tadi.

"Tumben dateng do" ucap dandi

Dandi adalah teman satu kelasku yang sangat extrovert. Bisa kuanggap bahwa semua orang punya respect kepadanya. Dia memang terkenal gampang bergaul, badannya besar dan berotot, jauh dari lelaki kelas 10 pada umumnya.

"Ada berita" ucapku sembari naik ke gazebo yang sudah sangat tua itu.

Kulihat di sana ada dandi yang sedang duduk, ardi sedang memegang gitar, azham yang sedang tiduran dan robby yang benar benar tertidur sembari menggunakan sarung sebagai selimutnya, juga beberapa orang-orang yang belum pernah kulihat wajahnya

"Mau dengar?" Lanjutku

"Berita apa?" Tanya dandi

"Kau tau shylvia yang kutanyakan kemarin kemarin di sekolah?"

"Ga tau" jawab dandi

"Tanyakan pada ardi" balasku sembari melepas hoodie hitam yang sedang kukenakan. "Tadi aku bertukar pesan dengannya" lanjutku.

"Kirain apa" sahut azham.

Azham dan ardi adalah salah satu orang yang ada di loteng saat aku menanyakan tentang shylvia.

"Aku belum selesai bicara" tegasku pada azham

"Apa emang lanjutannya?"

"Kuajak dia untuk jalan besok" balasku sembari mengambil kopi yang entah milik siapa itu, tapi sepertinya itu milik dandi, karna hanya dia yang sering meminum kopi di antara kami semua. "Dan dia menerimanya"

"Bulak anjing (bohong banget sialan)" sahut ardi

"Yang bener do, ah" dandi juga berkomentar tentang itu

Tapi aku hanya diam dan mengeluarkan ponselku seraya mereka terus berkomentar. Kutunjukkan lah pesanku dengannya tadi.

"Tuh" ucapku sembari melempar pelan ponselku ke tengah di antara kami. Diambillah ponsel itu oleh dandi dan dibacanya.

"Lah serius ternyata" ucap dandi dengan sedikit keras

"Eh liat dong" sahut anak anak lain yang berada di situ.

Tahu lah mereka akan aku yang berniat jalan besok dengannya. Obrolan kami malam itu sangat menyenangkan, banyak dari mereka yang menyarankan tempat untuk kudatangi.

Singkatnya malam itu berakhir dengan sangat cepat. Tidurku pulas karna tahu besok akan jadi hari yang indah, sudah kupikirkan kemana aku akan mengajaknya pergi.

Saat itu aku lupa untuk menentukan jam kita akan bertemu. Tapi tak apalah, kau akan tau apa yang terjadi.

•••

Aku bangun sekitar pukul 8 pagi, kuingat bahwa hari ini aku akan berjalan dengan shylvia jadi kubuka lah ponsel ku lebih dulu. Aku lupa menentukan jam kita akan bertemu, jadi aku akan memberitahunya sekarang.

°Sudah bangun?

Setelah kukirim pesan itu segera aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari bangun tidur tadi. Langsung kubuka ponsel segera setelah keluar dari kamar mandi.

+Dari tadi

°Rajin ternyata

°Mau sore atau siang?

+Kamu yang tentukan

°Tebak apa yang akan kupilih

+Siang... mungkin?

°Sore. Tau kenapa aku pilih sore?

+Kenapa?

°Agar tidak sama denganmu

+Kenapa tidak ingin sama denganku?

°Pengen aja

+Yasudah, sore ya

Sekarang masih pagi, lama sekali aku menunggu hingga sore agar bisa berjalan dengannya. Aku menghabiskan waktu bersama teman temanku di gazebo kemarin malam.

•••

Singkatnya aku sudah sampai di rumah via untuk menjemputnya. Parasnya sangat cantik saat itu, bahkan aku bisa mati dengan keadaan hati yang tenang dan tidak jadi hantu penasaran.

"Ayo" sapanya

"Duduklah" ucapku "Tapi jangan di depan"

"Kenapa?"

"Mau duduk di depan?"

"Gamau"

"Yaudah di belakang aja"

Duduklah dia di jok belakang motorku. Ini kali kedua dia menduduki tempat itu, aku ingin dia menduduki tempat itu setiap hari, saat berangkat maupun pulang sekolah.

Aku sudah melaju dengan kecepatan yang tidak cepat, saat di tengah perjalanan itu dia membuka percakapan di antara kami.

"Mau kemana?" Tanya via penasaran

"Main"

"Iya. Kemana?"

"Lihatlah nanti"

Kami berada di jalan sekitar lima menit. Aku membawanya ke tempat yang hanya buka setiap hari minggu.

Saat itu kubawa dia ke tempat penjual bunga.

"Mau beli apa?" Tanya dia

"Mau bunga?" Jawabku

"Mau"

Kusapa lah si tukang penjaga bunga itu.

"Mang beli bibit bunga, ada ga?" Tanya ku pada pedagang itu

"Naha meli bibitna hungkul jang? (Kenapa beli bibitnya aja dek?)"tanya penjual bunga

"Tau kenapa aku beli bibit bunga?" Tanyaku pada shylvia

"Kenapa?"

"Supaya kamu bisa menanamnya" jawabku sembari mengeluarkan dompet untuk mengambil uang. "Dan saat bunga itu tumbuh mekar, kau akan menjadi milikku"

"Caranya?" Tanya shylvia

"Aku tidak akan memberikanmu bunga, biar dia tumbuh sendiri, supaya ada sensasi bahwa semesta menyetujui hubungan kita"

"Hehehe" tawanya kecil

Aku benar benar membeli bibit bunga dan memberikan itu padanya. Saat berjalan akan mencari hal lain, kami melewati seperti permainan mancing-mancing ikan kecil, tapi para pelanggan menangkap ikan itu dengan jaring, kau tau lah permainan apa itu.

"Lihatlah" ucapku sembari menunjuk pada pelanggan yang sedang berusaha menangkap ikan ikan kecil itu.

"Ada apa?"

"Tau ga kenapa ikannya pada lari?"

"Karna takut?"

"Iya sih" jawabku sembari tersenyum sedikit. "Tapi ada alasan lain"

"Apa emangnya?"

"Karna mereka memaksa ikan itu mendekat" ucapku sembari mulai melihat wajahnya. "Gimana kalo aku berusaha menangkapmu dengan jaring?"

"Aku akan lari" jawabnya tersenyum

"Tapi jika aku mendekatimu perlahan seperti sekarang?"

"Tebak coba"

"Kamu bakal mendekat" jawabku sembari mulai berjalan pelan dan diikuti olehnya

"Kok bisa mikir gitu?"

"Karena jika aku berbalik dan menyalakan motorku, kau akan langsung ikut naik"

"Kenapa?"

"Karena takut ditinggal" jawabku sembari tersenyum

"Hehehe" tawa kecil indah itu ditunjukkan lagi olehnya.

Setelah berjalan beberapa waktu kami melihat penjual aromanis, kau tau aromanis? Tentu saja kan?

Aku membeli aromanis itu dua, satu untukku dan satu untuknya. Tentu saja, tak perlu kejelaskan

"Penjual aromanis itu benci hujan" ucapku sembari berjalan

"Kenapa?"

"Soalnya kalo kena air semuanya akan hilang"

"Aku bisa bikin aromanis" ucapnya

"Serius?" Tanyaku penasaran

"Iya. Mau?"

"Mau"

"Yaudah nanti aku buatin"

"Eh tapi jangan"

"Kenapa?"

"Tunggu bunga itu mekar" jawabku sembari tersenyum. "Mau?"

"Hehehe" mendengarnya memang sangat lucu, karena itu sudah seperti aku akan membuatnya menjadi pacarku, dan dia setuju dengan itu. "Iya, kurawat dulu bunga nya supaya cepat tumbuh"

Banyak hal menarik yang terjadi hari itu, tapi terlalu panjang untuk kuceritakan. Kami menghabiskan waktu sekitar dua jam berjalan jalan, tidak hanya di tempat itu saja, setelah mampir ke beberapa penjual kami segera pergi berjalan jalan menikmati udara segar, hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17:15.

Aku segera mengantarkannya pulang hari itu, karena takut keburu gelap, nanti diculik wewe gombel, tau wewe gombel? Cari lah di google, aku malas menjelaskan.

Singkatnya itulah akhir dari jalan jalan soreku dengannya. Sebenarnya setelah pulang itu kami melanjutkan obrolan di telepon, tapi tak harus kuceritakan detailnya padamu, karna aku juga lupa apa saja yang kami bicarakan saat itu.

Ya, itu adalah hari yang sangat indah, hari di mana aku menghabiskan waktu dengannya untuk pertama kali, aku bahkan masih mengingatnya sampai sekarang.