webnovel

Mengenal

Jika tidak salah ingat, beberapa minggu telah berlalu semenjak aku memasuki hari pertamaku.

Sekarang hari jumat, hari dengan kejadian yang sedikit berbeda dari hari hari biasanya.

Jujur saja beberapa hari sebelumnya aku hanya melakukan aktivitas seperti biasa di sekolah, tidak ada yang menarik yang bisa kuceritakan. Mungkin yang bisa kukatakan padamu adalah aku semakin dekat dengan teman-teman ku, apalagi dengan randy.

Seperti biasanya, aku berniat pulang dengan randy. Langit sedang mendung saat itu, matahari tertutupi awan seakan hujan akan turun beberapa menit lagi. Saat itu sekolah sudah sepi, karna aku dan randy biasa berkumpul di warung bersama teman teman saat pelajaran sekolah telah usai.

Langkahku terhenti melihat perempuan yang memiliki paras indah duduk di bangku halaman sekolah sendirian.

"Tunggu di parkiran dy" kataku pada randy. Aku berniat menyapa perempuan berparas cantik itu, ya, mungkin hanya menyapa.

"Mau ngapain?"

"Ada. Nanti bakal tau"

"Yaudah aku ke parkiran duluan"

Aku pun berbegas mendekati perempuan cantik yang sedang bermain ponsel itu. Saat sudah dekat kuhentikan langkahku.

"Mau hujan. Kok masih di sini?" Tanyaku pada gadis itu

"Lagi nunggu dijemput" jawabnya sembari melihat ponselnya itu

"Mau kuantar? Sisa kamu sendirian di sekolah ini kalo aku pulang"

Dia pun diam sejenak dan menyimpan ponselnya seraya menatap wajahku

"Emang tau rumahku?" Tanya dia

"Akan"

"Maksudnya?"

"Aku akan tau jika telah mengantarmu"

"Kutau kau pasti akan takut pada ayahku"

"Dia menerkam?"

"Jika padamu, mungkin iya"

"Yaudah aku ke sana bawa pawang harimau. Boleh?"

Mendengar candaan itu dia pun terkekeh kecil dan mulai berdiri.

"Keliatannya emang mau hujan"

"Yasudah aku ambil motor dulu"

Dia pun mengikuti ku sedikit di belakang. Tapi aku ingat bahwa randy masih menunggu diantar pulang di parkiran.

"Kamu tunggu di sini" ucapku "nanti cape kalo jalan ke sana"

Dia pun berhenti melangkah dan kembali duduk tanpa mengatakan apapun

Aku pun berjalan ke parkiran dan menemui randy. Saat sampai di sana ku keluarkan lah uang dua ribu di saku celana ku, lalu kuberikan pada randy.

"Nih" ucapku sembari memberikan uang itu

"Buat apa?"

"Pulanglah naik angkot" jawabku. Mendengar itu randy sedikit mengerutkan keningnya karena kebingungan. "Akan ada perempuan cantik mengisi jok belakang ku hari ini"

"Okelah" randy pun mengambil uang itu dan berjalan keluar dari parkiran, sedangkan aku mulai menyalakan motor dan mendatangi perempuan itu.

"Mau naik?" Tanyaku padanya

"Aku ga pernah dibonceng cowo"

"Harus aku izin pada ayahmu?" Saat kuucapkan itu setetes air turun dari langit "lihat, hujan mau turun"

"Yaudah, aku naik ya"

"Silahkan"

•••

Singkatnya kami sudah sampai di depan rumahnya. Perbincangan kami di motor tak lain hanya dia mengarahkan ku jalan pada rumahnya. Memang sedikit membosankan, tapi aku buru buru karna hujan benar benar turun saat aku sampai di sana.

"Makasih ya" ucapnya setelah turun dari motorku

"Kau tau aku belum tau namamu?"

"Aku Shylvia"

"Tunggu" ucapku sembari mengeluarkan ponsel. "Aku pelupa. Bisa catat di sini?" Kuarahkan layar hp-ku padanya yang menunjukkan 'Add new contact'

Melihat itu dia pun sedikit tersenyum seraya mengambil ponsel ku dan menyimpan nomornya di whatsapp milikku.

"Udah" katanya sembari memberikan ponselku lagi. "Liatnya nanti, waktu di rumah"

Mendengar itu aku pun sedikit bingung. Sebenarnya aku masih ingin mengobrol, tapi langit tak mendukung. Hujan mulai turun dengan deras, membuatku terburu buru menyalakan motorku kembali.

"Akan kulihat nanti. Aku pulang dulu, hujan sudah turun" balasku padanya

"Iya" dia berdiri diam melihat ku pergi.

Aku yang melihatnya di kaca spion kecil itu merasa bahagia karna telah membuat seorang perempuan cantik berkenan dibonceng olehku.

Mungkin itu memang karna akan turun hujan, tapi tak apalah.

•••

Aku telah sampai di rumah dan membersihkan diri berniat untuk langsung istirahat dan tidur. Tapi aku ingat bahwa aku baru saja menyimpan nomor perempuan itu. Aku pun mengambil ponselku dan membuka whatsapp mencari nama "Shylvia" dalam kontak ku, tapi tak kutemukan.

"Dia bohong ya?" Ucapku pelan sembari sedikit tersenyum "tengil juga"

Saat aku akan menutup whatsapp karna merasa dijahili olehnya, kutemukan nama asing yang tak kuingat kapan aku menyimpannya.

'Anak sang penerkam' tulisnya. Melihat itu aku tersenyum kecil dan tahu siapa orang dengan nama seperti ini. Kutekan nama itu dan masuklah aku di room chatnya.

°Berikan nomor ayahmu. Aku akan meminta izin untuk mengantar anaknya ke sekolah tiap hari

Setelah mengirim pesan itu aku menyimpan ponselku dan keluar kamar berniat memakan makanan yang sudah dimasak oleh ibuku.

Setelah makan aku pun kembali ke kamar dan berniat langsung tidur. Memang benar itu tidak baik, tapi aku lelah dan kenyang, itu kombinasi terbaik untuk langsung tertidur.

Biasanya aku memutar lagu saat akan tidur, itulah yang akan kulakukan sekarang. Tapi kulihat ada notifikasi whatsapp dari 'anak sang penerkam'. Kubuka lah pesan itu yang terkirim 3 menit yang lalu.

+nanti kamu bener bener diterkam. aku ga bercanda

Kukira ayahnya yang galak itu hanya candaan. Sepertinya dia benar benar serius tentang itu.

°Bagus jika aku diterkam

Setelah ku kirim pesan itu dia pun langsung online dan pesanku telah dibacanya. Aku tetap membuka room chatnya menunggu dia membalas pesanku.

+kok bagus?

°Biar kamu sedih

°Dan aku akan menenangkanmu

+caranya?

°Nanti kuberitahu. Sekarang aku mengantuk, mau tidur dulu

+aku juga

Berakhirlah obrolan kami itu. Aku benar-benar lelah, ingin tidur.

•••

Sekarang sudah esok hari. Aku dan dia tidak melanjutkan obrolan kami kemarin sore, karna aku memang tidak berniat melanjutkan obrolan itu.

Biar kuberi tau kalian bahwa perempuan tidak suka diganggu tiap waktu, lebih baik kurangi obrolan dengannya agar dia yang menunggu kita menghubunginya.

Singkatnya aku telah sampai di sekolah, saat di jalan pergi aku selalu mampir ke rumah randy dan menjemputnya, itu sudah seperti rutinitas bagiku sekarang.

Saat sedang di koridor sekolah aku melihat lihat sekitar mencari dimana perempuan itu berada, tapi tak kutemukan.

"Tau cewe namanya shylvia ga, dy?" Tanyaku pada randy sembari berjalan menuju kelas

"Ga pernah denger"

"Cari"

"Itu cewe yang kamu antar kemarin?"

"Ya"

"Nanti kutanya pada adi"

Kau tau adi? Tentu saja tidak, tapi dia tau hampir semua orang. Koneksinya sangat luas, jika kau ingin tau tentang seseorang, tanya lah pada adi, dia pasti akan tahu.

Aku penasaran tentang perempuan itu, saat di kelas pun aku bertanya tanya hampir pada semua orang tentang dia, tapi tak ada yang tahu. Karna itulah saat ini aku berniat bertanya pada adi.

Sekarang adalah jam istirahat. Aku dan teman-teman biasa berkumpul di satu warung dekat sekolah, di sana tidak hanya ada teman sekelas ku, tapi hampir semua kelas ada di sana. Itulah kenapa aku bisa mendapatkan banyak kenalan di hari pertama, karna kita semua langsung berkenalan di warung itu.

Jika kau penasaran tentang warung itu, maka akan kuberitahukan padamu. Warung sedikit luas dengan tembok berwarna biru, di luarnya ada kursi dan meja tempat orang orang berkumpul, tapi aku dan teman teman biasa masuk ke dalam dan nongkrong di sana.

Pemilik warungnya mengizinkan kami untuk masuk dan berkumpul di dalam rumahnya, tapi tidak di ruang tamu, kita sering berkumpul di lantai paling atas, karna itu cukup luas untuk menampung hampir semua siswa laki laki kelas 10 di sekolah itu.

Saat sedang berkumpul itu aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan bertanya tentang shylvia.

"Ada yg kenal shylvia?" Tanyaku pada semua orang

"Shylvia mana? Ada dua cewe yang namanya shylvia soalnya"

"Itu yang pake kacamata, rambutnya panjang kaya artis iklan shampo" jawabku

"Tah eta tukang warung meren (nah itu penjaga warung kali)" sahut seseorang, semua orang tertawa mendengar candaan itu. Memang benar rambut penjaga warung di sini panjang, dan dia laki laki.

Yang ku tahu tentangnya adalah dia berasal dari jawa, kau pasti memiliki gambaran tentangnya.

"Dedengean mah da emang artis rejoice (ada info dia emang artis rejoice)" lagi lagi candaan tentang penjaga warung.

Tapi yang benar benar ingin kutahu adalah perempuan bernama shylvia itu.

"Bener dah ada yg kenal ga? Shylvia shylvia tuh?" Tanyaku

"Adi maneh apal teu? (Adi kamu tau ga?)" Tanya temanku

"Kalo ga salah dia kelas F deh" jawab adi

Mendengar itu pun aku sedikit senang karna sudah tahu dimana dia berasal. Aku ingin menemuinya. Sekarang.

Aku pun mulai berjalan ke dalam untuk turun dan pergi dari sana.

"Kemana do?!" Teriak seseorang

"Mau daftar jadi artis rejoice" jawabku sembari berjalan menuruni tangga. Kudengar tawa ria orang-orang saat itu. Aku sebenarnya ingin berkumpul di sana, tapi shylvia lebih penting bagiku sekarang.

Aku berniat datang ke kelasnya langsung, tapi akan malu jika aku datang dan dia pura pura tidak mengenalku. Jadi aku kembali ke kelasku dengan membawa buku, berniat membuat alasan untuk datang ke kelasnya dan memberikan buku pada ketua kelasnya. Kebetulan aku kenal dengannya, dan ketua kelas F sering diam di kelas dan belajar.

"Assalamu'alaikum" teriak ku saat memasuki kelasnya. Aku berdiri diam mencari shylvia, dan ternyata memang ada.

"Ada apa do?" Teriak satu perempuan di kelas itu

"Nyari primadona kelas ini. Kalo ga salah huruf awalnya S" jawabku keras sembari memandang pada shylvia.

Tampaknya dia juga menatapku dan menundukkan wajahnya setelah mendengar apa yang kukatakan tadi.

"Siapa emangnya?" Tanya seseorang

"Oh! Itu dia!" Teriakku sembari berjalan mendekati seseorang. "Hai" sapa ku. Semua orang tertawa melihatnya. Karna yang kusapa adalah Salman, ketua kelas F yang adalah seorang laki laki. Dia memang terkenal sering bertingkah seperti perempuan, karena itu banyak yang menggunakan dia sebagai candaan.

"Nu bener we atuh si salman jadi primadona kelas (yang bener aja salman jadi primadona kelas)" ucap seorang wanita yang tak bisa berhenti tertawa dengan candaan tadi.

"Lah, bukan ternyata?" Jawabku. Semua orang semakin tertawa, sedangkan salman terlihat sangat kesal.

*BRAKK

Salman memukul meja dan berdiri.

"Waduh" ucapku sedikit panik.

Salman itu orangnya gampang emosi, tapi dia penakut, tidak pernah melawan. Sebenarnya aku kasihan padanya, tapi itu lucu.

"Hayoloh do, salman marah tuh!"

"Ges ah, dek belajar we urang mah (udah ah, mau belajar aja aku mah)" ucapku sembari berjalan menuju kursi kosong di sebelah shylvia.

"Boleh aku duduk di sini?" Tanyaku pada shylvia.

Sebenarnya dia akan menganggukkan kepalanya saat itu, tapi aku langsung memotongnya "apa aku harus izin dulu?" Lanjutku

"Man! Boleh ga aku duduk di sini?" Teriakku pada salman. Salman tidak menjawab dan hanya fokus pada pelajarannya.

"Kenapa izin ke salman?" Tanya shylvia pelan

"Terus harus ke siapa aku izinnya?"

"Gausah izin ke siapa siapa" jawabnya. Mendengar itu pun aku langsung duduk, tapi tak lama aku langsung berdiri lagi.

"Kenapa?" Tanya shylvia

"Aku mau izin pada ayahmu!" Ucapku tegas tapi pelan, karena takut orang lain mendengar.

Dia sedikit tersenyum mendengar itu. "Izinlah" ucapnya

Tapi aku langsung duduk lagi tanpa menjawab perkataannya.

"Gajadi izin?" Tanya shylvia penasaran

"Aku belum beli daging" jawabku dengan muka serius

"Beli sana" dia mengobrol denganku sembari membaca buku tanpa melihat kearah-ku

"Ingat pernyataan ku kemarin?"

"Yang mana?"

"Aku berkata bahwa aku bisa menenangkanmu" mendengar itu dia menutup bukunya dan melihat kearahku

"Ingat" jawabnya

"Aku akan memberitahumu" ucapku "tapi tidak sekarang"

"Kenapa?"

"Takut gagal. Nanti aja kucoba kalo kamu emang lagi sedih" mendengar itu dia tersenyum

"Cobalah" katanya

Aku ingin menjawab lagi, tapi tiba tiba ada perempuan berdiri di sebelahku

"Aku mau duduk" ucap perempuan itu. Ternyata itu teman sebangku nya shylvia

"Yaudah, aku mau pergi dulu" ucapku pada shylvia.

Setelah itu aku pun pergi dari ruang kelas dan menuju ke kantin. Aku ingin ke warung jawa lagi tapi sepertinya sebentar lagi bel masuk akan menyala.

Dan benar, saat aku baru saja membeli minuman bel masuk pun berbunyi.

•••

Jam sekolah telah selesai. Biasanya aku akan langsung pergi ke warung jawa, tapi sekarang tidak, aku ingin duduk di depan sekolah dan menunggu shylvia. Siapa tau dia membutuhkan boncenganku lagi hari ini.

Setelah kutunggu sebentar akhirnya aku melihat shylvia. Tapi dia berjalan kearah seorang perempuan sedikit dewasa yang sudah menunggunya di depan gerbang.

Dijemput ternyata

"Ah, sayang sekali aku tak bisa mengantarnya" ucapku sembari berdiri dari kursi itu dan segera berjalan ke warung jawa, karna randy juga ada di sana.

Tadinya kuberikan dia dua ribu untuk ongkos pulang, tapi ternyata itu tidak dibutuhkan.

Setelah aku datang ke warung itu aku segera mengajak randy pulang, mood ku sedang buruk saat itu hingga tidak memiliki niat sedikitpun untuk berkumpul sebentar.

Aku bingung apakah hari ini indah atau buruk. Karena jika indah, itu pasti disebabkan aku mengobrol dengannya di kelas tadi, tapi jika hari ini buruk, itu disebabkan karna aku tak bisa mengantarnya pulang.

Ah, sepertinya ini sudah larut malam. Akan kulanjut kisahku ini besok hari, aku sudah sedikit mengantuk, takutnya ada hal yang kulewatkan jika terus menulis. Selamat malam, para pembaca.