webnovel

Ikut Pulang

Namun papanya tidak menanggapi Titha dan tetap berjalan menuju ruang makan untuk makan malam.

Titha kembali menonton tv di ruang tengah bersama Atta di sampingnya, sesekali Titha berbicara dengan Atta namun beruntungnya mama dan papanya tidak terlalu memperhatikan ketika Titha sedang berbicara.

Hari demi hari Titha selalu bermain dengan Atta dirumahnya maupun di luar rumah, kemanapun Titha pergi pasti Atta mengikutinya. Namun Titha masih tetap belum menyadari siapa sosok Atta yang sebenarnya. Titha masih menganggap Atta manusia sama dengannya dan Titha juga menganggap kalau Atta itu adalah kakaknya.

***

Di suatu malam papa dan mamanya Titha sedang berdiskusi tentang kepulangannya ke desa asalnya, karena Titha akan mulai masuk taman kanak-kanak.

"Aku sekolah ma? Aku sudah besar dong?" Tanya Titha.

"Iya sudah besar, nanti belajar yang rajin ya." Kata papa.

"Sudah boleh naik sepeda dong pah?" Tanya Titha sambil senyum-senyum.

"Sepeda roda empat ya? Kakinya kamu aja belum sampai nanti nunggu kalau sudah SD aja ya." Kata papa menjelaskan.

"Laa pelitt." Jawab Titha dengan muka kesal.

Di saat itu tiba tiba Atta datang.

"Hallo Ipang, main yuk." Ajak Atta.

Titha langsung mengangguk dan pergi ke kamarnya bersama Atta, mereka berdua bermain lari-larian di dalam kamar.

Disaat sedang asik bermain bersama, pintu kamar sedikit terbuka. Atta berlari dari atas kasur yang lumayan tinggi ke arah pintu dan menembusnya, Titha dengan polosnya mengikuti Atta langsung berlari dari atas kasurnya.

"Gubrakk!"

Titha terjatuh dari atas kasur dengan keras, dan langsung menangis dengan keras, Atta lalu menghilang entah kemana. Mamanya yang terkejut langsung masuk ke dalam kamar dan mendapati Titha yang terjatuh di lantai.

"Kamu lagi ngapain si? Lari-larian sendiri jatuh kan sakit." Kata mama sambil mengangkat Titha

Titha hanya bisa menangis sambil memegangi dagunya, mamanya mencoba memijat dagunya supaya tidak bengkak namun hal itu membuat Titha menangis semakin keras.

Disaat sudah mendingan Titha di gendong oleh mamanya menuju depan rumah dengan masih sedikit menangis, disaat itu Atta muncul kembali dengan rasa tidak bersalahnya.

"Kamu tidak apa Ipang?" Tanya Atta.

Titha hanya menggelengkan kepalanya.

***

Hari minggu di pagi itu kondisi rumah sedikit berantakan karena mama Titha sedang membereskan barang untuk kembali ke desa asalnya. Titha sendiri terlihat sedang duduk di depan tv.

Tiba-tiba Atta datang menghampiri Titha.

"Halo Ipang, mau kemana berantakan sekali?"

"Aku mau pulang ke kampung kak, mau sekolah. Nanti aku mau di belikan sepeda, aku mau yang roda dua bukan roda empat apa lagi roda tiga. Cape tau aku sudah besar lutut aku kena setang mulu sakit tau." Kata Titha menjelaskan.

"Panjang sekali yah bicaranya, aku pusing."

"Bodoh ya, oya kamu ikut saja denganku ya."

"Ah tidak, aku tidak bisa pergi jauh Ipang kasian tante."

"Ya sudah sampai ketemu tahun depan ya kalau aku libur sekolah, nanti aku belikan kamu permen."

Hari itu menjadi perpisahan antara Titha dan Atta, Titha kembali ke desa asalnya karena sudah mulai masuk sekolah. Namun Titha berjanji kalau dia akan mendatangi Atta kembali waktu libur sekolah.

Titha kembali ke desa asalnya bersama papa dan mamanya, namun papa hanya beberapa hari saja dan kembali ke kota tempat papanya bekerja.

Tidak terasa waktu berlalu, Titha sudah memasuki sekolah taman kanak-kanak. Titha menjumpai banyak sosok namun dia masih belum mengetahui kalau sosok itu adalah hantu, dia masih tetap mengira kalau sosok yang dia temui sama dengan dirinya.

***

Waktu libur panjang telah tiba, Titha baru saja menyelesaikan sekolah taman kanak-kanaknya. Titha dan mamanya kembali ke rumah di mana papanya bekerja.

Titha dan mama di jemput oleh papa untuk tinggal kembali di sana selama satu minggu saat libur sekolah sebelum Titha masuk sekolah dasar.

Sesampainya dirumah itu, Atta sudah menunggunya di dalam rumah. Dia langsung melambaikan tangannya kepada Titha.

"Kakaakk, ah tidak Attaaa." Ucap Titha kegirangan setelah hampir satu tahun tidak bertemu.

Mama hanya terheran melihat tingkah Titha, namun dibiarkan saja oleh mamanya.

"Sudah lama ya." Kata Atta.

"Iya aku sekarang sudah besar." Jawab Titha dengan bangga.

"Iya kamu semakin tinggi."

"Kenapa kamu tidak tumbuh?"

"Tidak bisa, aku sudah tidak bisa tumbuh lebih tinggi lagi."

"Kenapa?"

"Tidak apa. Main saja yuk."

"Ayo."

Dengan polosnya Titha hanya mengikuti ajakan Atta untuk kembali bermain. Mereka berdua bermain boneka di dalam kamar, dengan pembicaraan yang tidak jelas layaknya anak kecil pada umumnya.

"Maaa, buatkan susu dua gelas ya." Teriak Titha.

"Kok dua gelas? Untuk siapa?" Tanya mama terheran kembali.

"Untuk kaka maa, kasian kaka tidak minum susu jadi tidak tumbuh." Ucap Titha.

Mama hanya menggelengkan kepalanya, karena ketika di desa Titha tidak pernah meminta di buatkan dua gelas susu. Hanya ketika di sini Titha selalu meminta di buatkan dua gelas susu.

Mama masuk ke kemar membawa dua gelas susu di tangannya.

"Di habiskan ya." Kata mama.

"Iya mah."

Mama kembali keluar dari kamar meninggalkan Titha yang sedang bermain boneka, tanpa menyadari kalau ada sosok Atta yang di panggil kakak oleh Titha.

"Cepat minum biar kamu juga tumbuh." Kata Titha.

"Ah sudah aku bilang, aku tidak bisa tumbuh."

"Kenapa?"

"Pusing, tidak bisa di jelaskan."

"Ya sudah cepat minum."

Titha meminum susu di depannya, dia tidak memperhatikan Atta ketika sedang minum. Atta tidak bisa memegang gelas karena sudah pasti menembusnya, kalau semisal ingin memegang benda Atta harus menggunakan energi yang besar dan itu melelahkan.

Tanpa di sadari oleh Titha segelas susu milik Atta sudah habis, benar-benar kosong.

Pada umumnya hantu atau sejenisnya ketika meminum atau memakan sesuatu hanya akan menghisap inti sarinya saja dan tidak benar-benar menghabiskan seperti itu.

Namun Atta benar-benar bisa menghabiskan satu gelas susu tanpa tersisa, susu memang menjadi minuman favorit Atta, mungkin itu bawaan sejak Atta masih hidup hingga sekarang pun dia masih menyukai susu.

Satu minggu sudah berlalu.

Titha terlihat sudah bersiap kembali untuk pulang ke desa asalnya. Barang-barangnya sudah di kemas dengan rapi oleh mama dan papanya. Titha akan masuk sekolah dasar, sesuai keputusan dari papa kalau Titha akan tetap bersekolah di desa asalnya.

Namun papa akan tetap tinggal di kota itu karena memang di situ tempat papanya bekerja. Jadi Titha akan tinggal berdua bersama mamanya di desa.

"Aku mau pulang, mau sekolah lagi." Kata Titha.

"Aku tidak mau di sini, aku mau ikut saja boleh?" Tanya Atta.

"Boleh kamu ikut saja, nanti temani aku naik sepeda ya." Jawab Titha dengan polosnya.

Akhirnya Titha dan mama kembali ke desa di antar oleh papa, Atta ikut di dalam mobil bersama Titha.

Sepanjang perjalanan pulang Titha lebih banyak tidur, entah apa yang di lakukan oleh Atta, Titha tidak mengetahuinya.

Sesampainya di desa Atta seperti mempunyai rumah baru untuk pulang, dia selalu mengikuti kemanapun Titha pergi.

Dan masih hal yang sama, sampai saat itu Titha masih belum mengetahui kalau Atta itu hantu. Titha memiliki kemampuan melihat hal seperti itu dari lahir tanpa dia sadari, Titha masih tetap menganggap apa yang di lihatnya itu juga manusia sama seperti dirinya. Wajar saja umur Titha masih 5 tahun belum mengetahui apa-apa.