Journalist, Marie Adler
"Ini dia tiket tempat duduk VIP-mu untuk event besok," kata calo kepadaku. "100,000 lir untuk masing-masing tiket, jadi totalnya adalah 300,000 lir. Bayar tunai."
"Okey dokey," jawabku sambil memberikan uang kepadanya. Aku sudah memastikan keaslian tiket itu menggunakan skill Truth Discernment dan Identification milikku.
Aku membayarnya menggunakan uang hadiah yang sudah kami bagi-bagi kemarin.
"Senang berbisnis denganmu," kata calo. "Kau beruntung, nona. Itu adalah tiket VIP terakhir yang kumiliki."
"Event yang sangat populer, bukan?" komentarku.
Tidak semua pertunjukkan bisa membuat para calo kehabisan tiket yang mereka jual tiga kali lipat dari harga aslinya, pikirku.
"Yah, tentu saja," angguknya. "Bagaimanapun, hal yang akan berlangsung besok di arena pusat belum pernah terjadi sebelumnya."
"Benar," kataku. "Bisa dipastikan kalau pertarungan antar Superior akan mendapatkan perhatian sebesar ini."
Tiket yang ada di tanganku memiliki tulisan "The Clash of the Superiors" di atasnya. Itu adalah nama event utama yang akan berlangsung besok di arena pusat.
Pesertanya adalah dua Superior.
Yang satu adalah Superior dari Kerajaan Altar dan petarung tak tertandingi di arena pusat: Over Gladiator, Figaro.
Sementara yang satunya adalah seorang Superior yang berasal dari Kekaisaran pertapa Huang He, yang dipanggil kemari untuk berpartisipasi dalam event ini: Master Jiangshi, Xunyu.
Kesempatan untuk melihat pertarungan antara dua individu yang benar-benar berbeda itu membuat para player dan tian menjadi bersemangat.
Meskipun Dendro memiliki ratusan ribu player aktif, jumlah total dari para Superior tidak lebih dari angka seratus. Karena itu, kesempatan untuk melihat pertarungan dua orang Superior adalah hal yang sangat langka. Karena tidak ada satupun Superior Altar yang pernah berpartisipasi dalam pertarungan seperti itu, bahkan dalam perang melawan Dryfe. Meskipun pertarungan Figaro adalah pemandangan biasa di arena Gideon, para lawannya sejauh ini hanyalah para tian dan Master yang bukan seorang Superior.
Sejauh yang kutahu, pertarungan Superior yang melibatkan Master Kerajaan tidak pernah melebihi rumor bahwa bola bulu itu (AKA King of Destruction) telah bertarung melawan "Magically Strongest" (The Earth) dari Caldina, dan salah satu Great Seven Embryo dari Granvaloa. Pertarungan itu dikabarkan terjadi di wilayah pegunungan terpencil dan di tengah lautan, yang artinya hanya sedikit orang yang menyaksikannya. Karena hal itu, event kali ini adalah kesempatan emas bagi orang-orang untuk menyaksikan dan mengetahui seberapa intens-nya pertarungan antar Superior itu. Sudah wajar jika tiketnya langsung terjual habis. Faktanya, saat mereka mulai menjualnya secara resmi dua minggu yang lalu, tiket-tiket itu langsung ludes dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
Aku menatap salah satu tiket yang ada di tanganku dan mencoba membayangkan apa yang akan terjadi jika salah satu partisipan memboikot event ini. Count Gideon, orang yang mengelola arena, pasti akan ngamuk. Tentu saja, mengingat aku telah menghabiskan sebagian besar hadiah itu pada tiket ini, situasiku juga tidak akan terlalu bagus.
Aku benar-benar berharap event itu berlangsung tanpa terlalu banyak masalah dan Ray serta Rook bisa menikmatinya.
"Kalau begitu, sampai jumpa!" kataku.
"Sampai jumpa," jawab calo. "Temui aku kalau kau membutuhkan tiket atau sejenisnya."
Dalam diam berdoa agar event itu berjalan sesuai rencana, aku meninggalkan calo itu.
Pekerjaanku sebagai seorang Journalist tidak akan dimulai sampai event besok, sementara pekerjaanku yang lain sama sekali tidak memiliki aktivitas saat ini. Aku memeriksa friend list ku dan menemukan kalau Rook sedang offline, sementara Ray sedang berada di suatu tempat di luar Gideon. Aku tidak memiliki teman lain di Kerajaan.
Bahkan jika aku ingin melakukan beberapa pengamatan dan menghabiskan waktu sambil melakukan quest party biasa, aku tidak bisa mendapatkannya karena mereka biasanya akan langsung menolak seorang Journalist. Bagaimanapun, job ini tidak berguna dalam pertarungan. Aku bahkan penasaran kenapa Ray mau menerimaku.
Tidak punya kerjaan, aku berjalan di sekitar bazaar distrik ke-empat sambil melihat-lihat barang dagangan menggunakan skill Identification. Setiap saat kau bisa menemukan barang murah di sini, tapi tidak ada satupun barang yang menarik perhatianku hari ini.
Setelah berjalan-jalan seperti itu sebentar, aku melihat toko milik Alejandro, pria yang kami temui selama quest kemarin. Aku mempertimbangkan untuk mampir dan mengatakan halo, tapi bangunan itu sepertinya sedang sangat ramai. Dari apa yang kudengar dari orang-orang, mesin gacha yang ada di sana baru saja menjatuhkan sebuah MVP special reward, menyebabkan banyak orang yang merasa memiliki banyak keberuntungan untuk mencobanya.
Karena aku hanya memiliki dua buah special reward, aku bisa memahami apa yang mendorong mereka melakukannya.
Kemarin, Ray menjadi MVP dalam pertarungan UBM saat kami bertemu dengan Gardranda secara kebetulan. Tapi pertarungan UBM jarang terjadi selancar itu.
Bertemu dengan UBM adalah hal yang jarang bahkan jika kau mencari mereka, dan bahkan UBM kelas Epic saja benar-benar kuat. Master dengan High-rank Embryo dan High-rank Job akan membentuk sebuah party hanya agar bisa menandingi mereka, dan sangat tidak masuk akal untuk melawan mereka secara solo tanpa memiliki Superior Embryo. Bahkan jika kau memiliki Superior Embryo, pertarungan melawan UBM kelas Legendary dan Ancient Legendary akan benar-benar sulit.
Memang benar, mendapatkan sebuah special reward bukanlah perkara mudah. Mengalahkan UBM secara Solo saat masih seperti Ray—player yang memiliki sebuah High-rank Job dan Low-rank Embryo—hampir tidak pernah terdengar sebelumnya, dan hal itu sebagian besar terjadi karena keberuntungan dan kompatibilitas.
Kemampuan Nemesis sangat berfokus pada pertarungan, serangan balasan, dan giant-killing, membuatku sangat tertarik untuk melihat bagaimana mereka akan berkembang.
Bagaimanapun, karena toko itu sedang begitu ramai, datang kesana dan hanya mengatakan hai mungkin hanya akan menjadikanku sebuah gangguan, jadi aku memutuskan untuk melakukannya di lain hari.
"AKU MENGHABISKAN SATU JUTA! AAAAAHHH!" Aku mendengar seseorang berteriak saat aku menjauh dari toko itu secara perlahan.
Saat aku berjalan kesana-kemari tanpa tujuan dan mulai berpikir untuk menghabiskan waktu di sebuah toko populer dengan lelaki dan gadis manis, sebuah suara tertentu memasuki telingaku.
Seorang gadis muda sedang meneriakkan sesuatu dari balik tikungan, di sebuah gang terpencil di antara bangunan-bangunan kota. Karena rasa penasaran, aku mendekati asal suara itu, menyembulkan kepalaku untuk melihat apa yang terjadi dan dihadapkan pada salah satu kejadian paling mainstream yang pernah ada.
Empat orang pria yang terlihat jahat sedang mengelilingi seorang gadis yang bahkan kelihatannya belum berumur sepuluh tahun. Meskipun rambut pirang menggulungnya memastikan bahwa dia adalah orang Barat, karena suatu alasan, wajahnya tertutupi oleh sebuah topeng rubah Jepang.
"Ayo bawa bocah ini. Sepertinya dia seorang bangsawan. Menjualnya akan membuat kita mendapatkan banyak emas," kata salah seorang pria sambil meraih tangan gadis itu.
"Lepaskan aku, dasar bajingan tidak tau diri!" teriak gadis itu sambil mencoba melepaskan diri dengan sekuat tenaga, tapi sayangnya dia tidak cukup kuat untuk melakukan perlawanan.
Sungguh mainstream, pikirku. Benar-benar kejadian paling umum yang pernah terjadi.
Bahkan memalukan untuk ikut campur, karena itu akan membuatnya menjadi semakin mainstream. Namun, malah itulah yang kulakukan.
"Hadeh, tunggu dulu, gan," kataku sambil keluar dari balik tikungan. "Apakah kalian benar-benar serius ingin membawa pergi loli tak berdaya itu? Haruskah aku merasa khawatir?"
"Siapa kau, bangsat?!" teriak salah satu dari mereka.
"Hanya seorang Journalist yang kebetulan lewat," jawabku sambil mengamati wajah para pria itu. "Yap, itu adalah ekspresi yang ditunjukkan para penjahat. Maukah kalian para manusia yang tampak seperti bajingan melepaskan loli itu dan pulang ke rumah? Atau, apa kalian mau langsung pergi ke penjara?"
Seperti yang kuduga, provokasiku membuat kening salah satu dari mereka mengedut saat dia menyerbu ke arahku sambil mengangkat tinjunya.
"Seorang Journalist?! Kau pikir dengan siapa kau sedang berbicara?! Kemarilah dan aku akan…!"
"Daaan… ini dia." Aku meraih lengan pria itu dan melakukan lemparan satu tangan kepadanya.
Dia langsung pingsan setelah menghantam jalan yang terbuat dari batu.
Seperti biasa, jurus ini sangat berguna terhadap para tian yang tidak mengetahui judo, pikirku. Mereka tidak pernah bisa mendarat dengan aman.
Tentu saja, itu mungkin tidak akan berarti banyak pada mereka yang mengenal seni bela diri atau memiliki stats yang tinggi. Tapi para bajingan ini tidak jauh lebih baik dari para newbie biasa.
"T-Tapi dia adalah seorang Journalist!" seru salah satu dari mereka. "Bagaimana dia bisa bertarung?!"
"Oh ayolah," kataku. " Journalist atau bukan, semua orang bisa melempar orang lain."
Belum lagi aku adalah… Oh, aku tidak perlu mengatakannya, pikirku. Lalu aku mengulangi hal yang sama kepada tiga orang lainnya.
Sebagai hasilnya, ke-empat bajingan yang hampir saja menculik gadis itu saat ini sedang berceceran di sekitar gang.
"Heh," Aku terkekeh. "Sekali lagi, aku melempar sesuatu yang tak berharga."
"Menakjubkan! Kamu begitu kuat!" kata gadis pirang itu saat menatap ke arahku. Mata biru yang dapat kulihat di balik topengnya tampak berkilauan. Manisnya.
"D-Dasar jalang! Kami masih belum selesai!" Terhuyung-huyung, para bajingan itu berdiri dan hendak menyerbuku, tapi…
"Hei! Ini waktunya dapat bayaran! Berhenti main-main!" panggil bajingan lain dari luar gang.
Mereka punya teman lagi? tanyaku pada diri sendiri. Lima bajingan, huh? Kenapa tidak lima pahlawan saja? Itu akan lebih baik dalam segala hal. Dan juga, "bayaran"? Apakah mereka bawahan dari sebuah mafia atau sejenisnya?
"Bangsat… Kami akan melepaskanmu kali ini! Aku sudah tau wajahmu! Ingat hal ini!" Salah satu dari mereka meneriakkan kalimat basi itu saat mereka semua melarikan diri.
"Apakah mereka menerima semacam debuff yang memaksa mereka untuk terus mengatakan kalimat yang mainstream?" kataku sambil melambaikan tangan kepada mereka dengan santai. Aku benar-benar tidak mau melihat mereka lagi. Bukan hanya mereka adalah karakter yang buruk, tapi mereka juga terlalu biasa untuk bisa berguna bagiku.
"Wow, tato itu adalah tanda dari seorang Master! Sekarang aku tau kenapa kamu begitu kuat!" kata si gadis setelah melihat punggung tangan kiri yang sedang kulambaikan.
Oh, pandangan polosnya terlalu menyilaukan untuk makhluk sepertiku, pikirku.
"Oh tidak," kataku. "Yang tadi hanyalah judo. Siapa saja bisa belajar bagaimana cara melakukannya. Bahkan kamu."
Contohnya, Aku hanya mengikuti beberapa sesi latihan di dunia nyata. Untuk sementara, aku pernah mempelajari banyak seni bela diri demi karyaku. Sekarang aku seorang pengangguran… dan berhenti melakukan olahraga semacam itu memang tidak baik untuk kesehatanku.
"Benarkah? Aku bisa mempelajarinya?! Maukah kamu mengajariku?!" tanya gadis itu.
"Tentu saja. Pertama, kita…" Tiba-tiba, aku menyadari kalau jalanan batu tentu saja bukan tempat yang cocok untuk berlatih judo.
Kami harus menemukan padang rumput atau mencari sebuah kasur yang empuk dan…
"Kami menemukannya!"
"Dia adalah di sana! Ada seorang wanita yang tampak mencurigakan bersamanya!"
Sebelum aku bisa menyelesaikan pikiranku, beberapa penjaga berlari memasuki gang dan menyerukan hal itu.
Jahatnya! Aku tidak tampak mencurigakan! Aku memakai sebuah jas hitam, memiliki dasi yang terikat rapi, menutupi mataku dengan kacamata hitam, dan selalu menunjukkan senyum di wajahku.
Baiklah, ok, aku terlihat mencurigakan.
"Oh tidak! Kita harus melarikan diri!" kata gadis itu sambil menggenggam tanganku dan mulai melarikan diri dari para penjaga itu.
"Dan kenapa aku diseret ke dalam hal ini?" Gumamku saat aku menyadari bahwa semuanya bisa jadi benar-benar kacau jika kami sampai tertangkap. Tapi aku segera memutuskan untuk bermain dengannya.
Aku menggendong gadis itu di tanganku, berbalik ke arah dinding, dan melompat ke atas, dan segera membawa kami ke atap bangunan yang ada di sana. Lalu aku melompat dari satu bangunan ke bangunan lain untuk melarikan diri dari gang itu sebelum kembali turun ke jalanan di tempat dimana tidak ada orang lain yang bisa melihat kami.
"Yang barusan benar-benar menakjubkan!" kata gadis itu, dengan mata berbinar-biar seolah-olah baru saja turun dari roller coaster. "Aku merasa seperti menjadi satu dengan angin!"
"Oh, itu bukan apa-apa, sungguh."
"Apakah kamu bisa melakukannya karena kamu adalah seorang Master atau karena kamu adalah seorang Journalist?"
"Yang terakhir. Journalist itu menakjubkan, Kami bisa terbang, mengangkat bangunan, dan memutar balikkan waktu dengan cara membuat bumi berputar ke arah yang berlawanan."
"Wow!"
Ok, baik, itu hanya bisa dilakukan oleh seorang pria tertentu yang sangat "Super," pikirku. "Ngomong-ngomong, tentang para penjaga tadi…"
Saat aku hendak melanjutkan perkataanku, aku mendengar suara imut keluar dari perut gadis itu.
"Bagaimana kalau kita mencari makan dulu?" tanyaku.
"Tentu!"
Dan dengan begitu, aku memutuskan untuk menolongnya mengisi perutnya yang kosong.
Keluar begitu saja dan membiarkan para penjaga melihat kami bukanlah ide yang bagus, jadi aku harus melakukan beberapa hal. Menggunakan dua buah skill-ku, Disguise, dan Illusion, aku mengubah penampilannya, membuatnya terlihat seperti seorang gadis biasa. Orang-orang yang memiliki skill Truth Discernment, Reveal, atau Mind's Eye mungkin bisa menyadari penyamaran itu, tapi bukan berarti setiap penjaga memiliki salah satu skill itu, jadi itu tidak terlalu masalah.
Sementara bagiku… Menyedihkan memang, tapi aku harus melepaskan kacamata hitamku. Dengan begitu, aku bukan lagi seorang yang tampak seperti "mata-mata berkacamata." Sungguh sayang sekali.
Kami keluar dari gang kosong dan berjalan menuju kedai-kedai yang ada di jalan utama. Itu adalah sebuah tempat yang populer, jadi, tentu saja, di sana juga ada kedai makanan.
"Apakah kamu menginginkan sesuatu?" tanyaku.
"Aku mau sesuatu yang belum pernah kumakan sebelumnya!" jawabnya, dan kemudian menyadari sesuatu. "Itu! Aku mau awan itu!"
Awan…? Oh, permen kapas, pikirku. Sungguh pilihan yang manis.
Aku pergi dan membeli permen kapas, yang terlihat sama persis dengan yang ada di dunia nyata. Satu-satunya perbedaan adalah mereka tidak diselimuti pembungkus yang menampilkan karakter tertentu.
"Nikmatilah," kataku.
"Baiklah! Terima kasih banyak!" katanya saat menerima permen kapas itu, melepaskan topengnya dan mulai memakannya. "Rasa manis dan kelembutan ini!"
"Heh heh. Syukurlah karena kami menyukai… nya…?" aku berhenti.
Wajahnya yang saat ini tidak tertutupi topeng memang sangat manis, sehingga dia pasti akan menjadi seorang wanita cantik suatu saat nanti. Tapi fakta akan kemanisannya tidak berarti terlalu banyak jika dibandingkan fakta selanjutnya bahwa wajahnya terkesan akrab bagiku.
Aku merogoh inventory-ku dan mengeluarkan Information Notebook, sebuah item wajib bagi para Journalist yang membuatmu bisa menyimpan dan mengelola info, dan kemudian aku mencari info pada index tertentu. Khususnya, daftar orang-orang penting yang ada di negara ini dan data tentang tuan putri kedua, Elizabeth S. Altar.
Data itu memiliki semua informasi tentang dirinya yang sudah kukumpulkan sampai saat ini dan juga memiliki fotonya, yang menampilkan seorang nona kecil yang memiliki wajah sama persis dengan gadis yang ada dihadapanku, gadis yang saat ini masih memakan permen kapas.
"Yah, ini benar-benar tercium seperti masalah," gumamku saat akhirnya aku sadar kalau aku telah masuk kedalam sesuatu yang menarik dan juga berbahaya.
"Hm? Tapi ini tercium manis," kata Elizabeth saat dia mencium permen kapasnya, membuatku membuang semua pikiran buruk untuk sesaat dan menikmati penampilan imut milik Yang Mulia.
Seorang journalist dan seorang tuan putri… Mengingatkanku pada sebuah film tertentu, pikirku.
*
Bagaimanapun, kami telah menjauhkan diri dari kerumunan, dan inilah saatnya bagiku untuk mempertimbangkan situasi yang ada.
Aku sedang jalan-jalan tanpa arah.
Seorang gadis hendak diculik, jadi aku menolongnya.
Dia malah jadi nempel padaku.
Aku hampir di tangkap oleh para penjaga.
Aku mengambil gadis itu dan melarikan diri.
Gadis itu sebenarnya adalah tuan putri kedua negara ini.
Dan itulah ringkasan dari hal itu.
Kesimpulannya: Sekarang aku sudah resmi menjadi penculik bukan hanya anak kecil, tapi seseorang yang sangat penting.
Masyaallah.
"Dalam skenario terburuk, aku mungkin bisa dikirim ke gaol," gumamku.
"Gaol?" tuan putri memiringkan kepalanya kesamping.
Gaol adalah wilayah terpisah dimana para player akan dikirim kesana jika mereka melakukan satu atau terlalu banyak kejahatan besar di Dendro. Kejahatan besar di Dendro hanya pada dasarnya hanyalah kejahatan yang dilakukan kepada tian. PK dan sejenisnya tidak dihitung, dan bagiku itu adalah sebuah kabar baik.
Keluar masuk gaol adalah hal yang mustahil, dan sejauh ini, belum ada seorangpun yang meninggalkannya. Menurut apa yang ditulis di forum diskusi oleh mereka yang dikirim kesana, gaol juga memiliki equipment dan dungeon, sama seperti game biasanya, membuat mereka bisa memainkan Dendro seperti biasanya.
Namun, melarikan diri sama sekali bukan sebuah pilihan.
Tidak ada seorangpun yang mengetahui lokasinya, membuat banyak orang berpendapat bahwa tempat itu adalah satu-satuinya server Dendro yang terpisah dari server utama, tapi kebenaran di balik hal itu masih misterius.
Bagaimanapun, butuh lebih dari kejahatan besar untuk mengirim seorang player ke gaol.
Saat penjahat masuk ke dalam daftar pencarian sebuah negara, mereka tidak bisa lagi menggunakan save point di negara tersebut. Save point adalah tempat seperti air mancur di sini di Kerajaan Altar, dan mereka terdapat di seluruh provinsi, kota, dan desa di seluruh negara. Setelah mendapatkan death penalty, player akan respawn di save point yang telah mereka "tandai."
Mendapatkan death penalty tanpa memiliki satupun save point yang bisa digunakan akan membuat player respawn di gaol.
Aku merasa bahwa itu benar-benar masuk akal.
Kami para Master bisa mendapatkan death penalty, tapi selain itu, kami benar-benar abadi. Sistem memerlukan sebuah cara untuk mencegah player mengulangi kejahatan yang mereka buat setiap kali mereka respawn.
Tapi, agar bisa memasukan player ke daftar pencarian, para tian harus mengetahui nama, wajah, dan kejahatan yang dilakukan player tersebut. Dan juga, bahkan jika mereka dimasukkan kedalam daftar pencarian di satu negara dan mati di sana, player bisa selalu respawn di nagara lain, selama mereka menandai save point yang ada di sana. Cara "kabur" seperti itu saat ini sedang digunakan oleh Goblin Street—klan yang bertanggung jawab menyegel sisi barat ibukota, dan satu-satunya kelompok yang masuk ke dalam daftar pencarian karena hal itu.
Dari apa yang kudengar, para Master kuat yang merupakan penjahat di beberapa negara kadang-kadang dianggap sebagai prajurit potensial oleh negara lain jika terjadi peperangan.
Namun, beberapa kejahatan bisa saja terlalu berat sampai-sampai membuat seorang player masuk ke dalam daftar pencarian di seluruh negara sekaligus, membuat mereka tidak bisa menggunakan save point dimanapun. Kasus seperti itu sangat jarang terjadi, dan hanya sedikit orang yang mengkhawatirkan hal itu Namun, menjadi seseorang yang sepertinya menculik keluarga kerajaan, sekarang aku menjadi bagian dari sedikit orang itu.
Oh, apa yang harus kulakukan? Pikirku sambil melihat tuan putri saat dia terus memakan permen kapasnya.
"Hm? Ada apa? Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apakah ada sesuatu di wajahku?" tanyanya.
"Hanya sedikit permen kapas," jawabku sambil mengambil permen yang ada di pipinya dan memakannya. Ini benar-benar manis.
Bagaimanapun, untuk saat ini, dia sedang berada di bawah efek kombo skill Disguise dan Illusion milikku. Tidak akan mudah bagi orang-orang untuk menyadari bahwa dia adalah tuan putri. Aku juga bisa menggunakan skill Presence Manipulation untuk membuatnya tidak mencolok, tapi hal itu mungkin malah akan membawa efek sebaliknya karena orang yang lebih kuat mungkin menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh, jadi aku tidak menggunakannya.
Baiklah, sekarang kenapa tuan putri berkeliaran di tengah kota sendirian? Pikirku.
Dari fakta bahwa para penjaga sedang mencarinya, bisa disimpulkan bahwa dia menyelinap keluar untuk jalan-jalan.
Yah, akan beda ceritanya jika situasi ini mirip dengan yang ada di Roman Holiday… Aku penasaran apakah kota ini memiliki Mulut Kebenaran. Aku harus melakukan seperti yang mereka lakukan di film, meletakkan tanganku di dalam mulut itu dan…
Tidak, aku adalah seorang pembohong besar, jadi pasti aku akan langsung tergigit.
"Kamu tidak mengatakan apa-apa selama beberapa saat ini. Apa yang kamu pikirkan?" tanya Elizabeth.
"Oh, tidak," jawabku. "Hanya sesuatu yang mungkin akan sedikit menghibur penonton."
"Menghibur?"
Baiklah, sekarang kembali ke alasan kenapa tuan putri ada disini, pikirku. Untuk saat ini, sepertinya berbicara dengannya adalah cara terbaik untuk mengetahuinya.
"Oh, kita belum saling memperkenalkan diri," kataku, berusaha sebaik mungkin untuk menyembunyikan fakta bahwa aku sudah mengetahui siapa dirinya. "Aku adalah Marie Adler."
"Begitu! Jadi namamu adalah Marie! Aku adalah Elizabeth, tuan putri kedua negara ini!"
… Dia benar-benar tidak berniat menyembunyikan hal itu.
Kalau begitu, kenapa dia memakai topeng? Apakah dia hanya ingin mengenakannya?
"Umm, kenapa kamu bisa berada di jalanan, tuan putri?"
"Aku diberitahu kalau Gideon adalah tempat yang menarik!" kata tuan putri. "Namun, para pengawalku tidak mengizinkanku pergi keluar, jadi aku melarikan diri untuk bersenang-senang!"
Dan dengan demikian, sudah dipastikan kalau dia hanya ingin jalan-jalan. Bukan hanya itu, tapi dia melakukannya tanpa mencoba menyembunyikan identitasnya, sama seperti anak biasa yang pergi keluar untuk bermain.
Dia sungguh berani.
"Itu pasti merupakan pelarian yang cukup besar," kataku.
"Memang! Timing-nya sangat sulit."
Apakah timing benar-benar cukup baginya—seorang tuan putri—untuk berhasil menyelinap keluar? Haruskah aku khawatir dengan negara ini? Pikirku. Yah, sudah jelas aku harus khawatir, mengingat negara ini telah mengalami penurunan sejak perang…
"Hari ini, aku berniat membentangkan sayapku! Tapi…"
"Ada apa?" tanyaku.
"Saat kamu menemukanku, sebenarnya aku sedang tersesat… Oleh karenanya, aku akan merasa senang jika kamu mau memanduku berkeliling…"
Sekarang masuk akal kenapa dia bisa berada di gang belakang itu.
Sementara untuk permintaannya…
Jika aku tetap bersama tuan putri, mereka mungkin akan berpikir bahwa aku menculiknya dan menahanku. Namun, ide untuk meninggalkan gadis manis dan tidak peka ini sendirian jauh lebih mengkhawatirkanku daripada dipenjara. Aku juga merasa kalau ini lebih rumit dari kelihatannya.
"Ya, tentu saja. Aku akan menemanimu berkeliling," kataku.
"Benarkah?!" tanya tuan putri.
"Benar. Aku tidak pernah berbohong."
Maaf. Kalimat itu sendiri adalah sebuah kebohongan.
Saat kutanya tempat seperti apa yang ingin dia kunjungi, Elizabeth hanya mengatakan, "Tempat mana saja yang menyenangkan!"
Sudah wajar bagi duel city Gideon jika tempat pariwisata paling terkenal adalah arena-arena yang ada di sini, tapi aku cukup khawatir untuk membawa seorang gadis kecil ke tempat yang penuh dengan bau darah.
Yah, itu bukan berarti barrier yang ada di arena akan membiarkan satupun bau mencapai para penonton. Dan juga, tidak peduli seberapa parahpun luka yang diterima para peserta, mereka akan kembali tanpa luka setelah pertarungan selesai.
Barrier itu benar-benar berguna dan memudahkan, pikirku.
Menurut latar cerita, arena-arena yang dilengkapi barrier tidak dibuat oleh tian-tian kerajaan. Ketigabelas nya telah ada di sini sejak zaman kuno, dan kota ini hanya kebetulan dibangun di sekitar mereka.
Sebuah barrier yang dapat membuat sebagian besar luka parah menghilang begitu saja adalah teknologi super dalam hal sihir dan ilmu pengetahuan, dan bisa menirunya akan menyebabkan terlalu banyak orang memanfaatkannya. Tentu saja itulah alasan kenapa developer telah menjadikannya sebagai teknologi yang hilang dan tidak dapat ditiru oleh seorangpun.
Barrier itu juga bukanlah satu-satunya teknologi seperti itu. Ada juga relik-relik dari peradaban kuno dan reruntuhan bawah laut Granvaloa, di antara banyak hal lainnya.
Bagaimanapun, karena arena bukanlah sebuah pilihan, aku memutuskan untuk membawa tuan putri ke alun-alun terdekat.
Sama seperti jalan utama, kedai dibangun di seluruh area ini, tapi tentu saja itu tidak semuanya. Aku juga bisa melihat para seniman jalanan seperti pemusik, pelukis, dan peramal.
"Wow! Apakah ini sebuah festival?!" tuan putri menyuarakan semangatnya.
"Banyak orang dengan kemampuan menakjubkan berkumpul di sini," jawabku.
Di sini ada pertunjukkan seperti juggler dan orang yang menjaga keseimbangan di atas bola, tapi aku juga dapat melihat para Master yang sedang menghibur orang-orang menggunakan Embryo mereka.
Apa yang cukup menarik mataku—atau tepatnya, menarik telingaku—adalah sebuah pertunjukkan musik. Kelompok itu terdiri dari empat orang—tidak, satu orang ditambah tiga makhluk lain. Seorang pria yang mengenakan topi mirip burung sedang mengayunkan tongkat dirijen, seekor centaur sedang memainkan biola, seekor kucing sedang meniup seruling, dan seekor kobold sedang memukul drum. Sebuah kelompok bang yang cukup aneh, memang.
Namun, apa yang lebih aneh adalah fakta bahwa, meskipun hanya ada tiga makhluk pemain musik, suara yang mereka hasilkan sama seperti musik yang berasal dari orchestra besar. Pertunjukkan mereka tidak hanya menarik orang-orang yang berlalu-lalang, tetapi juga beberapa seniman jalanan lainnya. Memang, musik itu benar-benar indah, khususnya jika kau menyadari fakta bahwa itu adalah sebuah aransemen orchestra dari lagu opening sebuah anime robot super.
Aku merasa seperti sedang mendengarkan kontes orchestra tingkat SD sampai SMP atau lagu penyemangat Koshien.
"Sungguh nada yang kuat," kata tuan putri.
"Memang benar," jawabku. Bagaimanapun itu adalah Mazinger Z.
"Apakah mereka semua adalah monster dan horse-man?" tanyanya.
"Tidak, aku yakin kalau itu adalah sebuah Embryo Type Legion," jawabku.
"Legion?" tanyanya lagi.
Legion adalah sebuah tipe Embryo yang merupakan evolusi dari kategori dasar, Guardian. Ciri-ciri utamanya adalah fakta bahwa pada dasarnya merupakan banyak Guardian jadi satu. Jumlah itulah yang membuat tipe ini menarik.
Contohnya, kau bisa memiliki sebuah Embryo yang pada dasarnya memberikan kesan "Kami adalah Empat Elite Sesuatu!", dimana jumlah mereka sedikit, tetapi kuat. Kau juga bisa memiliki Embryo yang merupakan kelompok ratusan makhluk yang lebih lemah. Keduanya dikategorikan sebagai "Legion." Kualitas dan kuantitas adalah hal yang membedakan kategori ini.
Band ini sudah jelas berfokus pada kualitas.
Embryo-ku—Arc-en-Ciel—adalah sebuah tipe Legion, tapi aku tidak begitu yakin berfokus pada apa. Sejujurnya, Embryo-ku bisa dikategorikan pada keduanya, sih.
"Jadi itu adalah sebuah Embryo," kata tuan putri.
"Ya," anggukku.
"Aku selalu berpikir kalau Embryo hanya ditujukan untuk bertarung."
"Embryo didasarkan pada pemikiran Master-nya, jadi mereka tidak selalu dibuat untuk tujuan bertempur," kataku. Sebenarnya ada beberapa Embryo yang sama sekali tidak memiliki skill yang berhubungan dengan pertarungan.
Sebenarnya, itu tidak terlalu mengejutkan. Bagaimanapun, mereka selalu mencerminkan kepribadian dan pengalaman seseorang. Namun, dengan mempertimbangkan hal itu, aku hanya bisa tersenyum mengejek diri sendiri pada fakta bahwa Embryo-ku begitu fokus pada pertarungan dan apa yang dia implikasikan tentang pikiranku.
Band itu selesai melakukan pertunjukkan, jadi setelah kami memberikan tepuk tangan dan uang kepada mereka, kami pergi untuk melakukan kegiatan lain.
Kegiatan itu termasuk memakan es krim dan menyendok monster mirip ikan mas, hal yang merupakan hal yang umum dalam festival Jepang yang sudah akrab denganku dan sepertinya bukanlah hal yang spesial bagi para penduduk disini. Tapi, tuan putri terlihat sangat bersenang-senang, seolah-olah kegiatan tak berarti ini adalah harta karun yang sesungguhnya baginya.
"Selanjutnya ayo kita pergi ke pelukis! Aku ingin dilukis!" serunya.
"Bukankah kamu selalu dilukis secara berkala?" tanyaku menanggapi hal itu.
"Memang! Tapi mereka tampak terlalu serius! Dan juga, lukisan itu tidak tampak sepertiku! Aku tidak semenakutkan itu!"
Sepertinya, tuan putri kecil ini memiliki sedikit trauma pada hal itu.
Kurasa seperti itulah kesan gambar portrait bagi sebagian besar anak-anak, pikirku. Lukisan Beethoven di ruang musik itu adalah contoh yang bagus, tapi mari jangan terbawa pikiran lagi.
"Aku bisa menggambarmu, tuan putri," kataku. Faktanya, hanya akulah yang bisa melakukannya. Dia sedang berada di bawah efek skill Illusion-ku, jadi jika kami membiarkan para pelukis jalanan melukisnya, orang yang ada pada hasilnya bahkan tidak bisa lagi dikatakan dirinya.
"Hm? Kamu bisa menggambar?" tanyanya.
"Ya. Bukan hanya itu, tapi aku sangat percaya diri kalau aku lebih baik dari pada Painter rata-rata." Itu adalah job non-petarung yang memiliki Drawing di antara daftar skill-nya. Efeknya adalah dukungan teknis yang membantu para Painter menggambar garis untuk menciptakan gambar yang mereka inginkan. Namun, orang-orang yang sudah memiliki kemampuan di dunia nyata tidak memerlukan sedikitpun bantuan dari skill semacam itu. Aku adalah salah satu dari mereka.
Skill seperti Drawing dan Cooking, skill yang dapat para player ganti dengan setiap teknik dan bakat yang mereka miliki di dunia nyata, disebut sebagai "sense skill."
Contoh lain dari skill ini adalah skill "Inferring" milik job Detective. Skill itu memungkinkan penggunanya untuk memahami trik, petunjuk, dan bukti yang menyelimuti berbagai kejadian. Tapi orang-orang yang merupakan detective handal di dunia nyata sama sekali tidak memerlukannya.
Bukan berarti aku pernah melihat player seperti itu, tapi tetap saja.
"Bagaimanapun, kamu bisa mempercayai kemampuan menggambarku," kataku dengan percaya diri. "Aku akan membuatmu terlihat sangat manis!"
"Baiklah! Aku akan mempercayaimu!" Tuan putri duduk di sebuah bangku yang ada di alun-alun dan menegakkan punggungnya. Posisi itu membuatnya terlihat benar-benar seperti seorang tuan putri.
"Dan kamu memilih pilihan yang tepat," kataku sambil merogoh inventory-ku untuk mengeluarkan buku gambar dan perlengkapan menggambarku.
Buku gambar itu terbuka di halaman dengan gambar Ray bertelinga anjing yang sedang tidak memakai baju.
… Tuan putri tidak boleh melihat ini, pikirku saat membuka beberapa halaman kosong di belakangnya.
Aku melakukan yang terbaik untuk menggambarnya, jadi butuh waktu sepuluh menit bagiku bahkan tanpa pewarnaan, tapi aku sangat puas dengan hasilnya. Lukisan itu harus memiliki kemiripan dengan dirinya, tapi karena sepertinya dia tidak menyukai portrait, jadi aku tidak membuatnya terlalu realistis dan hanya menggunakan gaya lukisan biasaku.
"Nah, bagaimana menurutmu?" tanyaku saat aku duduk di sampingnya dan menunjukkan lukisan dirinya.
"Wow! Ini begitu manis! Apakah ini benar-benar diriku?" teriaknya.
"Ya."
Karena dirinya yang asli memang sangat manis, membuat lukisannya juga terlihat manis adalah hal yang mudah, dan hasilnya keluar secara alami.
"Marie, kamu menakjubkan! Kamu mengalahkan para preman itu! Berlari melewati dinding! Dan bahkan bisa menggambar!"
"Oh bukan, aku tidak semenakjubkan itu."
"Apakah kamu bisa melakukan ini karena kamu adalah seorang Journalist?"
"Ah, tidak. Kemampuan menggambarku tidak ada hubungannya dengan job-ku."
"Kalau begitu, kenapa kamu bisa menggambar?"
Alasan dibalik kemampuan artistik ku? Yah…
"Aku pernah menjadi mangaka di sisi yang satunya."
***
Nagisa Ichimiya
Aku mulai menggambar manga—atau, lebih tepatnya, ilustrasi sederhana—saat aku berada di kelas enam SD. Itu semua dimulai saat seorang teman mengajakku untuk bergabung ke klub ilustrasi.
Tentu saja, klub itu memiliki buku-buku yang menjelaskan bagaimana cara menggambar ilustrasi manga dengan benar, jadi aku mulai membaca mereka dan menguji pengetahuan yang kuterima. Saat aku mengulangi hal itu, pada akhirnya aku bisa menggambar manga dengan format yang benar.
Awalnya, aku mencoba menggambar sebuah cerita yang terlalu berat untuk newbie sepertiku, dan pada akhirnya aku menyerah setelah menggambar halaman yang setara dengan tiga volume manga. Dua dari tiga volume tersebut pada akhirnya hanya menjelaskan latar cerita yang ada…
Meskipun karya pertamaku begitu buruk, aku tidak menyerah untuk menggambar manga, dan setelah belajar dari kesalahanku, aku mulai menggambar cerita yang langsung selesai hanya dengan satu chapter.
Orang-orang yang membaca manga itu hanyalah teman-teman dari klub ilustrasi, yang kemudian menjadi asosiasi manga saat kami masuk SMP. Namun, saat aku terus menggambar cerita pendek seperti itu, pada akhirnya aku menjadi cukup bagus sampai teman-temanku menyarankan kalau aku harus mengirimkan karya ku ke sebuah lomba.
Membayangkan kalau aku tidak punya alasan untuk menolaknya, aku mengirim salah satu ceritaku, dan meskipun itu tidak berhasil, aku tidak berhenti mengirimkan karyaku.
Hal itu terus berlanjut selama sekitar lima atau enam tahun, sampai pada musim dingin di tahun kedua SMA-ku, ketika sebuah perlombaan tertentu memiliki karya yang kukirimkan.
Itu adalah manga shonen pertama yang kugambar. Semua karya-karya ku sebelumnya adalah manga shoujo yang sangat fokus pada percintaan, dan manga shonen itu hanyalah sesuatu yang kugambar dengan tidak terlalu serius.
Manga itu di masukkan ke dalam sebuah majalah sebagai cerita non-serial, dan, mungkin karena rating-nya yang bagus, departemen editorial mulai mendekatiku dan mengundangku untuk bertanya apakah aku mau menerbitkannya menjadi manga seri. Awalnya, mengingat aku menggambarnya dengan tidak terlalu serius, aku tidak benar-benar berpikir bisa melanjutkannya. Namun, saat aku mencobanya, penggambaran cerita itu berjalan begitu lancar sampai-sampai aku merasa kalau pensilku bergerak dengan sendirinya.
Cerita itu terus berlanjut tanpa gangguan, dan pada saat aku lulus SMA, bukannya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, aku memutuskan untuk menjadi mangaka.
Aku sempat khawatir apakah aku membuat keputusan yang tepat, tapi orang tuaku benar-benar mendukung keputusanku. Mereka mengatakan kepadaku untuk hidup seperti yang kuinginkan dan menawarkan bantuan kapanpun aku membutuhkannya.
Saat-saat itu membuatku sedikit menangis.
Oleh karenanya, aku menjadi seorang mangaka dengan seri yang diterbitkan di majalah mingguan.
Awalnya, ada banyak hal yang tidak biasa kulakukan, dan menyesuaikan diri dengan hal itu adalah sebuah tantangan yang cukup besar. Aku bahkan melakukan penelitian untuk karya-ku dengan cara mengikuti kursus bela diri dan membeli senapan angin. Ketika orang tuaku kebetulan mengunjungiku, mereka berkata kalau aku menjadi sangat tomboi, tapi sekarang itu adalah salah satu ingatan paling berharga yang kumiliki.
Penerbitan karya-ku berjalan dengan lancar selama lebih dari dua tahun. Karya-ku juga cukup populer. Tidak cukup untuk menjadi andalan sebuah majalah, tapi sudah jelas masuk ke dalam lima besar. Aku bahkan memiliki harapan kalau karya-ku akan mendapatkan adaptasi anime setelah satu atau dua tahun.
Dan pada saat itulah penerbit majalah itu jatuh bangkrut.
Penyebabnya adalah kesalahan kerja pada divisi selain yang bertanggung jawab pada manga. Tapi, majalah itu dihentikan, membuat seri pertamaku berhenti hanya pada arc pertama.
Setelah itu, aku tidak melakukan apapun dalam waktu yang cukup lama. Ada saat dimana seluruh jam… hari… hanya kuhabiskan untuk berbaring dan berbisik, "Apa yang harus kulakukan sekarang?" kepada diriku sendiri.
Namun, terdapat sebuah harapan baru, saat aku didekati oleh seorang editor dari majalah yang berbeda, menawarkan kepadaku untuk melanjutkan manga-ku di sana. Dengan bangkrutnya sebuah penerbit, majalah lain mulai berlomba-lomba untuk merekrut seniman nganggur beserta karya-nya, dan manga-ku kebetulan berada di antaranya.
Aku meminta kepada editor itu untuk memberiku sedikit waktu untuk berpikir, tapi sudah jelas bukan untuk memikirkan jawaban dari tawaran itu. Jawaban dari pertanyaan apakah aku mau melanjutkan seri manga-ku adalah, "Ya! Tentu saja!" Tapi aku memiliki masalah lebih besar yang harus kupertimbangkan.
Itu adalah fakta bahwa aku tidak bisa lagi menggambarnya.
Aku hanya tidak bisa lagi melanjutkan seri manga-ku.
Tepat setelah dipaksa berhenti di arc pertama, pandangan terhadap protagonis karya itu, Marie Adler, benar-benar menjadi kaku. Tidak peduli seberapa keras aku mencobanya, menggambarnya hanya terasa tidak sama seperti sebelumnya. Dia seperti menjadi benar-benar kaku. Memaksa diriku untuk menggambarnya membuatku merasa seperti seorang pemain boneka yang menggunakan tali untuk menggerakkan mayat.
Aku sedang melalui masa yang disebut kemerosotan. Seolah-olah aku telah melupakan sesuatu yang biasanya bisa kulakukan semudah bernafas, aku menjadi benar-benar tidak bisa menggambar manga-ku… cerita Marie.
Pada akhirnya, hal ini menyebar ke setiap cerita yang kubuat, bahkan membuatku tidak bisa menyelesaikan sebuah cerita one-shot sederhana.
Aku melakukan segalanya yang bisa aku coba dan mendapatkan sentuhanku. Berpikir kalau hal itu bisa membuatku mendapatkan sudut pandang baru, aku menggunakan uangku untuk bepergian ke seluruh dunia dan bertujuan untuk mendapatkan skill baru, seperti memasak, kerajinan tangan, dan koryu. Namun, semua itu tidak bisa kulakukan, membuatku semakin sadar kalau aku tidak bisa lagi menggambar cerita yang kuinginkan.
"Oh, tuhan. Tolong berilah kemungkinan yang bukan hanya milikku sendiri. Biarkan aku menggambar ceritanya… Bantu aku memahaminya," doaku.
Hampir pada saat aku mulai meminta hal itu, aku menyadari sebuah game.
"Infinite Dendrogram akan memberikan dunia baru untukmu dan kemungkinan unik milikmu sendiri!"
Sebuah VRMMO yang memiliki kalimat promosi seperti itu, dan tidak mengingkarinya. Infinite Dendrogram.
Aku percaya… dan… berharap… bahwa gama yang memberikan kemungkinan dan hidup tak terbatas bisa membantuku menemukan kelanjutan dari cerita-ku yang sepertinya telah benar-benar hilang dariku.
Dengan harapan seperti itu, aku mulai bermain Infinite Dendrogram.
Aku membuat nama avatarku sama dengan namanya—Marie Adler.
Aku memberikan penampilan yang sama kepada avatarku: rambut hitam panjang, tinggi, cantik, dan selalu memakai kacamata hitam.
Aku bahkan sampai berbicara dengan gaya yang sama dengannya—memiliki nada yang unik dan tidak terlalu sopan.
Aku selesai setelah menyesuaikan tingkah-laku ku dengannya, menjadi seorang pemeran Marie Adler yang sebenarnya.
Aku berharap bahwa melakukan hal itu akan bisa membantuku menyadari sesuatu yang bisa meniupkan kehidupan kepadanya lagi.
Satu tahun telah berlalu sejak saat itu, dan aku belum menggambar kelanjutan ceritanya.
Namun, aku bisa merasakan hembusan nafasnya setiap kali aku menghabiskan waktu di Infinite Dendrogram.
Itu saja sudah menjadi alasan yang cukup bagiku untuk terus tinggal di sini.
***
Journalist, Marie Adler
"Nhh…" tuan putri meregangkan badannya. "Sudah lama aku tidak bersenang-senang seperti ini."
"Senang mengetahuinya," kataku.
Setelah aku menggambarnya, dia terus menikmati berbagai kegiatan yang tersedia di alun-alun. Menikmati makanan yang sepertinya tidak dia kenal dan kegiatan yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya, gadis ini pasti benar-benar menikmati waktunya. Sekarang, dia sedang duduk di bangku taman sambil menjilat permen yang berbentuk hewan lucu.
Kenapa kedai-kedai di sini benar-benar mirip dengan yang ada di festival Jepang? Pikirku dengan santai.
"Gideon benar-benar kita yang ramai," kata tuan putri. "Count Brittis mengatakan yang sebenarnya."
"Count Brittis?" tanyaku.
"Ya. Dia sering menceritakan betapa menyenangkannya Gideon kepadaku."
"Oh?" Mencurigakan. "Yah, dia tidak salah," kataku. "Seperti yang kamu tau—atau dengar darinya—Gideon adalah kota yang memiliki banyak hal."
Kota ini adalah tempat populer yang merupakan pusat perdagangan dengan negara tetangga, yaitu Legendaria dan Caldina. Kota pelabuhan sebelah barat hanya berjarak beberapa hari jalan kaki. Arena-arena yang ada di sini juga memberikan daya tarik pariwisata yang kuat, membuatnya menjadi kota persinggahan terkenal bagi para tian dan Master.
Dan juga, jika berbicara dengan kota utama kerajaan, Gideon adalah kota terjauh dari negara utara Dryfe, jadi hanya ada sedikit kekhawatiran bahwa mereka akan membahayakan kota ini.
"Ini mungkin adalah kota paling makmur di kerajaan," kataku.
"Ya," kata tuan putri. "Bahkan wajah orang-orang yang ada di sini jauh lebih ceria dibanding dengan di ibukota."
Apakah dia juga berhasil melarikan diri di Altea? Tanyaku pada diri sendiri.
Kelihatannya mengingat keadaan ibukota saat ini, tuan putri terlihat sedikit sedih.
Orang-orang yang tinggal di sana hidup dengan ketakutan akan peperangan, dan insiden PK baru-baru ini yang telah menyebabkan musnahnya Noz Forest tentu saja sama sekali tidak membantu…
"Hatiku terasa sedikit sakit," gumamku.
"Hm? Ada apa, Marie? Apakah kamu merasa tidak enak badan?" tanyanya.
"Tidak, aku baik-baik saja. Dan juga, sepertinya kamu memikirkan orang-orang yang ada di ibukota, tapi aku yakin tidak ada yang perlu di khawatirkan. Mereka pasti akan kembali ceria cepat atau lambat. Itulah yang saat ini sedang diusahakan oleh orang-orang istana, kan?"
"… Kamu benar! Aku yakin kakak akan menangani semua ini!"
"Tentu saja dia akan melakukannya."
… Bukan berarti aku mempercayainya, pikirku.
Sebuah badan pemerintahan yang baik hanya akan ada jika tidak ada hubungan internasional yang perlu dipertimbangkan. Saat sebuah negara memiliki musuh yang sangat jelas, bahkan penguasa terbaik pun tidak dapat melakukan apapun untuk mengatasi rasa takut para warga.
Aku hanya tidak tega memberitahunya bahwa penduduk ibukota akan terus merasakan ketakutan dalam waktu lama. Oleh karenanya, aku mengatakan kebohongan penyemangat, dan melihat bahwa dia kembali ceria, aku yakin kalau aku sudah melakukan hal yang benar.
"Aku akan melakukan semua yang kubisa untuk membantu pekerjaan kakakku!" kata tuan putri.
"Bagus sekali. Lakukan yang terbaik, tuan putri," kataku.
"Mrrgh."
Oh? Kenapa dia tiba-tiba cemberut? Pikirku. "Apakah ada yang salah tuan putri?"
"Itulah yang salah!"
"Apa yang kamu maksud dengan 'itu'…?"
"Kamu selalu memanggil 'tuan putri' sejak beberapa saat yang lalu! Itu membuatmu terasa… jauh!"
"Jauh," huh? Pikirku. Yah, menghindari namanya dan memanggilnya hanya menggunakan posisinya memang tidak cukup akrab. Dan juga, perkataan "jauh" itu jauh lebih tepat dari pada yang dia pikirkan. Bagaimanapun, aku ini penuh dengan kebohongan.
"Baiklah. Aku akan memanggilmu 'Ellie'."
Dia tidak mengatakan apapun.
Oh? Kenapa dia diam? Apakah aku terlalu memperdekat jarak kami?
"Ellie," gumamnya.
"Tidak menyukainya?" tanyaku.
"Tidak! Aku menyukainya! Mulai sekarang, aku adalah Ellie!"
Jadi dia menyukainya. "Baguslah kalau begitu, Ellie."
"Heh heh."
Wow, sungguh senyum yang manis. Aku ingin membawanya pulang, mengusapkan pipiku padanya, dan tidur bersamanya.
Baiklah, tidak tidak tidak. Bukan hanya itu akan menyebabkan keprihatinan, hal itu juga akan dianggap sebagai penculikkan orang penting.
Mengingat bahwa dia adalah orang penting membuatku penasaran akan sesuatu.
"Ngomong-ngomong, Ellie, kamu bilang kalau kamu melarikan diri dari tempatmu menginap," kataku. "Sejak awal, kenapa kamu bisa ada di Gideon?"
"Tentu saja, untuk menikmatinya!" jawabnya dengan bangga.
"Maaf. Aku mengatakannya dengan tidak jelas. Maksudku adakag pekerjaan resmi." Sebenarnya aku yakin kalau aku sudah mengetahui jawabannya, tapi tidak ada salahnya untuk memastikannya.
"Oh, Aku datang kemari untuk menonton even yang berlangsung besok pagi."
Tentu saja, itu adalah Clash of Superior. Bagaimanapun, event itu baru pertama kali dilaksanakan. Sudah wajar kalau keluarga kerajaan akan datang dan membuatnya menjadi lebih bergengsi.
"Besok, seharusnya kakakku juga akan datang," tambahnya.
"…Eh? Kakak?"
"Benar sekali."
Kakak milik Ellie—tuan putri kedua Kerajaan Altar. Satu-satunya orang yang mungkin adalah tuan putri pertama dan orang yang saat ini berperan sebagai penguasa negara, Altimia A. Altar.
Itu tidak masuk akal. Bagaimanapun, seorang anggota keluarga kerajaan saja sudah lebih dari cukup untuk membuat event itu menjadi lebih bergengsi.
… Apakah ada agenda lainnya? Pikirku.
"Jadi kamu dan kakakmu masuk ke Gideon secara terpisah, huh?" tanyaku.
"Kemarin aku bertindak sebagai perwakilannya. Aku bertemu dengan Count Gideon dan kami melakukan persiapan untuk pesta besok. Itu sangat sulit!"
Aku berharap agar mereka tidak memberikan begitu banyak pekerjaan kepada seorang gadis kecil seperti ini. Namun, itu mungkin adalah bagian menjadi keluarga kerajaan, jadi aku tidak bisa banyak berkomentar.
"Itulah sebabnya aku bersyukur karena bisa mendapat kesempatan untuk bersenang-senang hari ini!"
"Yah, dan aku senang karena kamu bisa bersenang-senang Ellie… Oh, aku punya sesuatu yang harus dikerjakan. Bisakah kita pergi?"
"Tentu saja! Aku sudah cukup bersenang-senang di alun-alun ini."
Aku menggenggam tangan Ellie, membantunya berdiri, membuang stik dari permennya, dan mulai berjalan. Sambil melakukan itu, aku melihat ke arah salah satu lampu jalanan—khususnya, bayangan yang terpantul di permukaan metaliknya.
"Kami sedang diikuti oleh… tiga orang," gumamku.
"Apakah kamu mengatakan sesuatu?" tanya Ellie.
"Tidak, bukan apa-apa, Ellie." Setelah meninggalkan alun-alun, kami memasuki kantor DIN cabang Gideon.
DIN, Dendrogram Information Network, adalah salah satu perusahaan berita di benua ini. Sama seperti para Ksatria yang mendapatkan job mereka dari orde ksatria dan seperti para Ninja dan Onmitsu yang mendapatkannya dari desa shinobi yang terletak di Tenchi, Journalist mendapatkan pekerjaan dengan cara bergabung dengan salah satu dari sekian banyak perusahaan media masa yang ada di seluruh dunia.
Protagonis di manga-ku, Marie Adler, adalah seorang wartawan, jadi aku sudah memutuskan untuk mengambil job ini.
Perusahaan berita yang kupilih adalah DIN. Itu bukan perusahaan berita terbesar, tapi mereka memiliki kantor cabang di setiap kota-kota besar di masing-masing negara. Lalu ada juga fakta bahwa perusahaan ini juga bertindak sebagai penyebar informasi tanpa batasan, yang membuatku menyukainya karena itu sangat mirip dengan yang ada di manga.
Tentu saja, DIN juga memiliki kantor cabang di Gideon. Faktanya, aku mengetahui tentang calo tiket untuk event besok dengan bertanya kepada salah satu rekanku yang ada di sana.
Ngomong-ngomong, setiap Master yang bekerja untuk DIN dianggap sebagai koresponden spesial. Bagaimanapun, kami bisa bepergian ke seluruh tempat.
Aku mulai bermain game di Tenchi, dan aku sudah pergi ke Granvaloa, Huang He, dan Caldina sebelum akhirnya sampai di Altar.
Kami para Master dianggap sebagai koresponden khusus karena kami memiliki dinamisme, kemampuan bertarung dan—yang paling penting—kemampuan untuk bertahan setelah mendapatkan informasi yang diperlukan.
Tentu saja, karena skill "The Pen is Mightier than the Sword" mencegah semua tindakan tempur, Journalist murni memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi.
Namun, sama seperti Paladin's Aegis, itu adalah jenis skill yang hanya bekerja saat kita memiliki main job dari gouping tersebut, sehingga kita tetap bisa bertarung setelah mematikan skill itu dengan cara mengganti job dari grouping yang berbeda.
Itulah sebabnya banyak Master Journalist memilih untuk bepergian setelah berganti ke job lainnya, dan kembali berganti menjadi Journalist saat melakukan pekerjaan dan kembali berganti ke job petarung saat kembali bepergian.
Masalah dari hal itu adalah fakta bahwa pergantian job hanya bisa dilakukan di save point, yang hanya tersedia di kota.
Tentu saja, ada juga pilihan untuk menggunakan Job Crystal, yang memungkinkan penggunanya untuk mengganti main job mereka secara instan tidak peduli dimana mereka berada, tapi item itu memiliki harga yang mahal dan menghilang setelah digunakan.
Ada plus dan minus antara tetap menjadikan Journalist sebagai main job dan terus-menerus mengganti main job. Itulah sebabnya aku tidak memilih keduanya.
Tapi cukup tentang hal itu.
Setelah kami memasuki kantor, Ellie terlihat seperti siswa SD yang sedang melakukan study tour. Yah, bukan berarti setiap orang bisa mengenalinya, mengingat aku telah memintanya untuk memakai topengnya. Banyak rekan Journalist-ku memiliki skill yang membuat mereka bisa mengetahui tipuan visual dari skill Illusion dan stats palsu dari skill Disguise, jadi aku memastikan agar tidak ada seorangpun yang menyadari siapa dirinya yang sebenarnya.
"Aku tidak tau kalau perusahaan berita itu seramai ini," komentarnya.
"Mereka sangat sibuk dengan persiapan untuk event besok," kataku. "Bahkan aku mendapatkan sebuah pekerjaan."
Setelah aku berterima kasih kepada mereka atas info tentang calo tiket itu, mereka memberiku banyak peralatan pendataan. Mereka ingin agar aku memanfaatkan tempat duduk terbaikku untuk mendapatkan rekaman terbaik yang kubisa.
Beberapa orang mungkin berpikir kalau itu tidak perlu, mengingat mereka telah memesan tempat duduk wartawan, tapi aku bisa memahami kalau mereka ingin mendapatkan rekaman dari berbagai sudut yang berbeda. Itu adalah hal yang penting khususnya dalam sebuah pertarungan. Aku menggunakan banyak foto seperti itu sebagai referensi saat menggambar manga-ku.
Kami tidak tinggal di kantor itu untuk waktu lama. Aku hanya mengatakan hai, meminta dua lembar informasi, dan kemudian pergi.
*
Informasi yang kuminta adalah semua hal tentang dua keluarga bangsawan.
Keluarga pertama adalah penguasa Gideon: Keluarga Gideon. Kepala keluarga itu, Count Aschbarray Gideon, memiliki umur lima belas tahun.
Dia mewarisi posisi itu dari ayahnya, yang meninggal karena sakit sekitar dua bulan yang lalu. Namun, upacara kedewasaannya baru dilangsungkan sebulan yang lalu, jadi ada sedikit jeda sampai dia secara resmi mewarisi gelar itu dan menjadi count yang diakui.
Bicara soal kedewasaan, Kerajaan Altar memiliki sebuah adat dimana orang yang dikirim ke medan perang bukanlah kepala keluarga saat itu, tetapi pewarisnya. Banyak orang mungkin merasa kalau itu cara yang terlalu rumit, tapi sepertinya, mereka yakin kalau orang yang hidup melalui rasa sakit seperti itu adalah orang yang benar-benar layak menjadi bangsawan di generasi selanjutnya.
Namun, perang itu terjadi setengah tahun yang lalu, saat Aschbarray masih belum dewasa, jadi pada akhirnya dia terhindar dari kewajiban untuk berpartisipasi dalam perang itu. Petugas militer yang keluarga Gideon kirim untuk menggantikan dirinya telah mati dalam perang itu, jadi bisa dibilang kalau Count saat ini benar-benar beruntung.
Tapi, itu bukanlah hal yang mudah baginya.
Kota Gideon masih di teror oleh penculikan berantai di tangan kelompok yang dikenal sebagai "Gouz-Maise Gang." Penculikan itu telah terjadi sejak masa pemerintahan count sebelumnya, dan bahkan setelah Aschbarray mengambil alih gelar itu, kasus itu sepertinya tetap tidak akan teratasi dalam waktu dekat.
Teror yang berkelanjutan itu membuat orang-orang mempertanyakan kemampuan count muda itu dalam mengelola dan menjaga kedamaian wilayahnya. Sepertinya, beberapa bangsawan yang lebih kritis sedang membicarakan tentang memberikan kekuasaan itu kepada orang lain.
Namun, tuan putri pertama dan para bangsawan yang memiliki hal suara dalam politik nasional mempercayai nama Gideon dan tidak berniat untuk melepaskannya dari tugasnya. Hal itu mungkin akan berubah jika Gouz-Maise Gang terus melanjutkan aktivitasnya dalam waktu lebih dari yang bisa mereka tolerir, tapi asal kalian tau, seseorang bisa saja muncul dari suatu tempat dan mengatasi mereka.
Bagaimanapun, yang satunya adalah keluarga yang memiliki nama "Brittis." Mereka memerintah wilayah di antara Gideon dan kota pelabuhan yang menghadap Laut Barat. Kepala keluarganya adalah Count Alzar Brittis. Meskipun berumur enam puluh tahun, dia masih sangat sehat.
Alzar telah mengatakan kepada Ellie tentang seberapa menyenangkannya Gideon, tapi sebenarnya dia memiliki hubungan yang buruk dengan keluarga Gideon sejak generasi mereka sebelumnya.
Mereka hanya tidak bisa akrab. Ada banyak alasan untuk hal itu, salah satunya adalah fakta bahwa, meskipun memiliki luas wilayah yang sama, Keluarga Gideon jauh lebih berpengaruh hanya karena mereka memiliki duel city.
Itu saja sudah cukup untuk merasa kalau situasi itu mencurigakan.
Terkesan aneh karena Count Brittis—yang seharusnya membenci Gideon—malah memberitahu Ellie tentang seberapa menyenangkannya kota itu. Sebagian besar tidak akan mengatakan hal yang bagus tentang apa yang mereka benci, belum lagi daftar hal-hal buruk tentang Gideon yang cukup panjang. Namun, Count Brittis hanya mengatakan hal-hal bagus kepada Ellie. Itu sudah menjadi alasan yang cukup untuk menduga bahwa dia berniat membuat Ellie tertarik, menyelinap keluar, dan melihatnya sendiri. Aku memiliki dugaanku sendiri, tapi aku tidak yakin tentang kenapa dia melakukan hal itu.
Bahkan ada info yang lebih menarik tentang dirinya.
Setelah satu tahun mendapatkan gelarnya, Count Brittis mendapatkan anak laki-laki pertamanya. Pria itu sangat adalah orang tua yang sangat memanjakan dan menyayangi anaknya. Setelah anaknya dewasa dan secara resmi menjadi pewarisnya, sudah wajar jika dia menjadi bersemangat tentang akan jadi seperti apa anak itu di masa depan.
Tepat, anaknya telah menjalani upacara kedewasaannya. Hal itu terjadi sebelum perang setengah tahun yang lalu.
Mengikuti adat, sang anak pergi ke medan perang untuk mewakili ayahnya.
Sebagai orang tua yang baik, Count Brittis tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk memberi anaknya prajurit yang dia butuhkan untuk bisa kembali dengan selamat. Dia juga melakukan beberapa usaha politik untuk membuat anaknya bertarung bersama prajurit terkuat kerajaan: Knight dari Royak Guard. Semua itu dia lakukan supaya anaknya bisa kembali dengan selamat.
Dan, setelah semua yang dia lakukan demi anaknya, apa yang Count Brittis dapatkan sebagai balasannya adalah tangan kanan dengan lambang keluarga di atasnya.
Hell General, Logan Goddhart.
Seorang Master yang duduk di puncak ranking Kekaisaran Dryfe, terkenal karena memimpin banyak iblis.
Selama perang, dia hanya fokus untuk membunuh komandan Royak Guard.
Tentu saja, pasukan Brittis, yang ditempatkan di dekat Royal Guard, telah kewalahan dengan tiga ribu atau lebih iblis pemakan manusia yang hanya menyisakan mayat yang hampir tidak dapat dikenali. Dengan demikian, Count Brittis telah kehilangan pewaris satu-satunya—putra tercintanya.
Tragedi itu tidak berhenti di sana, karena bukan hanya dia menghabiskan banyak dana untuk mengumpulkan prajurit demi perang itu, dia juga harus membayar uang kompensasi kepada mereka yang kehilangan anggota keluarganya. Untuk melengkapi semua itu, Wilayah Brittis dilanda sebuah wabah, menyebabkan Count harus menggunakan semua sisa kekayaannya untuk mencegah wabah itu menyebar ke seluruh kerajaan.
Meskipun usahanya itu berhasil, semua itu menyebabkan kebangkrutan wilayahnya. Count Brittis telah membungkuk di hadapan keluarga kerajaan dan mengembalikan wilayahnya kepada mereka. Saat pengelolaan sebuah wilayah menjadi sulit, sangat jarang untuk tidak mungkin melanjutkannya, tapi aku tidak bisa menyangkal kalau jalan menuju kebangkitan sudah jelas akan menjadi berat bagi penduduk.
Bagaimanapun, Count Brittis bukan tidak punya pilihan lain selain hal itu. Hal itu dia lakukan karena ingin menyelamatkan penduduknya dengan menempatkan mereka dibawah sayap keluarga kerajaan atau karena—setelah kehilangan pewarisnya—dia hanya tidak lagi memiliki ketertarikan pada wilayahnya.
Dengan demikian, Count Brittis menjadi seorang bangsawan tanpa wilayah, dan saat ini dia bekerja di istana kerajaan sebagai pejabat sipil biasa.
Aku hanya bisa bertanya-tanya apa yang sedang dia pikirkan saat ini.
*
"Aku harus bilang kalau aku terkesan dengan rincian dari info mereka tentang keluarga bangsawan ini," gumamku pada diri sendiri.
Seperti yang diharapkan dari perusahaan berita. Mereka benar-benar tau bagaimana caranya bertindak, pikirku.
Bagaimanapun, semua informasi ini memberikan gambaran yang lebih jelas kepadaku. Tapi, jika semuanya sama seperti yang kuduga, rencana itu benar-benar kekurangan ketelitian, butuh keberuntungan yang sangat besar untuk mencapai hasil yang sepertinya dia inginkan.
"Ellie, orang seperti apa Count Brittis itu?" tanyaku.
"Count Brittis? Dia sangat rajin," jawabnya.
Rajin, huh? Pikirku.
"Namun, kadang-kadang dia terlihat sangat kesepian," tambahnya.
"Kesepian?"
"Aku juga merasa kesepian, jadi aku bisa memahaminya," kata Ellie. Wajahnya memuram, dan dia melihat ke kejauhan… ke arah ibukota.
"Aku memiliki seorang kakak dan adik perempuan," lanjutnya.
"Ya, aku tau."
"Mereka berdua benar-benar kesulitan."
Aku telah mendengar kalau kakak perempuannya—tuan putri pertama Altimia—sedang kewalahan dengan pekerjaannya dalam bertindak sebagai penguasa, sementara adik perempuannya—tuan putri ketiga Theresia—memiliki kondisi kesehatan yang buruk dan hanya bisa hidup di sebuah ruangan steril yang mereka miliki di istana.
"kakak perempuanku jauh lebih tua dariku, sementara Theresia selalu berada di tempat tidur. Kami tidak pernah punya kesempatan bermain sebagai saudara, dan enam bulan belakangan ini… kami bahkan tidak pernah menghabiskan waktu sebagai keluarga." Ellie menghembuskan nafas sunyi sebelum kembali berbicara. "Aku selalu merasa begitu kesepian. Aku tidak yakin lagi apakah aku bahkan masih dicintai."
"Ellie…"
Sebelum bertemu dengannya hari ini, aku yakin bahwa tuan putri kedua adalah gadis kecil yang egois. Elizabeth S. Altar dikatakan sebagai gadis yang aneh, terlalu bersemangat, benar-benar kurang ajar, dan penuh dengan rasa penasaran sampai-sampai terasa benar-benar menyusahkan.
Semua itu tidak sepenuhnya salah. Bagaimanapun, dia telah melarikan diri dari tempatnya menginap hanya untuk jalan-jalan di sekitar Gideon, benar-benar mengabaikan pengawal yang datang bersamanya. Namun, tindakannya itu mungkin didorong oleh rasa kesepian yang disebabkan oleh tidak adanya lagi waktu keluarga bersama kedua saudaranya.
"Namun, hari ini, aku merasa sangat bahagia!" serunya. "Aku sangat bersenang-senang saat bermain bersamamu, Marie! Ini adalah pertama kalinya aku menjalani aktivitas seperti itu!" Ellie menggenggam tanganku menggunakan kedua tangannya dan menunjukkan senyum yang mirip dengan matahari yang mengintip dari balik awan gelap kepadaku.
"Aku senang karena kamu menikmatinya," kataku.
"Aku sangat menikmatinya! Itu adalah waktu indah! Sama seperti yang ada di buku gambar sihirku! Namun…" Dia menurunkan pandangannya dan terdiam untuk sesaat. "Namun… waktu yang ajaib ini akan berakhir."
Ellie melepaskan tanganku dan berbalik membelakangiku.
"Kurasa aku akan kembali sekarang."
"Apakah kamu puas, Ellie?" tanyaku.
"Sangat! Terima kasih sudah membuatku kembali ceria, dengan ini aku bisa melakukan tugasku dengan lebih baik." Masih membelakangiku, Ellie menyatukan kedua tangannya. "Suatu hari, saat aku bisa mengerjakan tugasku dengan benar-benar bagus, aku akan menggantikan kakakku dan memberinya sedikit waktu untuk beristirahat!" Dia mengatakan hal itu sebelum berbalik dan menunjukkan senyum lebar kepadaku. "Kemudian, aku dan dia akan berjalan-jalan di sekitar Gideon, sama seperti yang kita lakukan hari ini!"
Meskipun penuh dengan tekad, perkataan Ellie tampak tidak lebih dari angan-angan seorang anak kecil. Mengingat posisinya dan kakaknya, aku benar-benar meragukan kalau hal itu bisa menjadi kenyataan. Namun…
"Bagus. Aku yakin kamu bisa melakukannya."
Itu bukanlah sebuah kebohongan, tetapi harapanku sendiri.
Dari sudut hatiku yang terdalam, aku berharap agar mimpi gadis polos ini menjadi kenyataan.
Itulah sebabnya aku memutuskan untuk membantunya.
***
???
"Sang target dan orang yang menemaninya sedang bergerak. Sepertinya sedang menuju ke kediaman Count Gideon di distrik pertama… tempat dirinya tinggal saat ini."
"Magic Camera kita berhasil merekamnya. Kita memiliki cukup 'bukti' untuk menuduh Master itu sebagai pelakunya. Waktunya benar-benar tepat."
"Informasikan kepada kelompok yang bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi palsu ke seluruh kota. Setelah kita berkumpul, kita akan membunuh tuan putri kedua Kerajaan Altar—Elizabeth S. Altar."