webnovel

Infinite dendrogram

Di tahun 2043, Infinite Dendrogram, full-dive VRMMO sukses pertama di dunia dirilis. Selain kemampuannya untuk menyimulasikan kelima indera dengan sempurna, bersama dengan banyak fitur menakjubkan lainnya, game itu berjanji akan memberikan sebuah dunia yang penuh dengan kemungkinan tak terbatas kepada para player. Hampir dua tahun kemudian, calon mahasiswa baru, Reiji Mukudori, akhirnya bisa membeli game itu dan mulai bermain. Dengan sedikit bantuan dari kakaknya yang sudah berpengalaman, Shu, dan rekan Embryo-nya, Reiji memulai petualangan di dunia Infinite Dendrogram. Apa yang akan dia temukan dan hadapi di dunia game yang terkenal akan kerealistisan dan kemungkinan tak terbatasnya itu?

Tang · Games
Not enough ratings
30 Chs

Cerita Sampingan 1

Pimp, Rook Holmes

"Lucius, kau sudah mempelajari pola bahasa Inggris?"

"Ya! Aku juga sudah setengah jalan dalam mempelajari bahasa Jepang dan Jerman!"

"Menakjubkan. Bahkan aku tidak dapat melakukan itu saat masih muda."

"Aku melakukan yang terbaik, Ayah! Bagaimanapun, aku adalah…"

*

"Sudah pagi," gumamku saat aku bangun seperti biasa saat fajar menyingsing, di hari pertama setelah kami sampai di Gideon.

Tidur semalam di sini di dalam Infinite Dendrogram membuatku merasa seolah-olah benar-benar tidur sangat lama, yang membuatku penasaran, karena waktu yang berjalan tiga kali lebih cepat di sini berarti aku hanya tidur sepertiga malam di dunia nyata.

"Selamat pagi, Marilyn," kataku. Dia sudah terbangun di dalam jewel. "Izinkan aku melakukan sesuatu, dan kemudian kita akan sarapan."

Aku memakai pakaianku dan menjalani rutinitas harianku.

Itu adalah latihan membaca mulut. Sesuatu yang sudah kulakukan selama hampir sepuluh tahun, bahkan sejak aku baru berumur lima tahun. Latihan ini terdiri dari memeriksa bentuk mulut saat mengucapkan berbagai suara dari berbagai bahasa.

Namun, di dalam Infinite Dendrogram, hal itu agak berbeda.

"Sekarang sudah jelas bahwa setiap kata yang bermakna, memiliki bentuk yang sama tidak peduli bahasa apa yang kau gunakan… semua itu diterjemahkan kedalam bahasa yang ada di Infinite Dendrogram," kataku. "Aku benar-benar memahaminya saat ini, jadi mungkin akan butuh waktu sampai aku bisa membaca mulut di sini."

Tidak peduli apakah aku menggunakan bahasa Inggris dan mengatakan "hand" atau bahasa Jepang dan mengatakan "te," bentuk mulut saat mengucapkan kedua kata itu selalu sama. Menurutku setiap kata diterjemahkan ke dalam bahasa Infinite Dendrogram tepat saat kata tersebut memiliki makna. Namun, suara tak bermakna—seperti "h," "a," "n," "d,"—memiliki bentuk mulut seperti seharusnya.

Di dunia nyata, aku bisa dengan mudah membaca mulut pada suatu percakapan dalam beberapa bahasa. Namun di sini, aku kembali di kirim ke garis start dan sekarang harus menghabiskan setiap hari untuk meningkatkan perkataan yang dapat kubaca.

"Maaf membuatmu menunggu, Marilyn," kataku setelah berlatih selama satu jam. "Ayo kita makan."

"Pagi, Rook!" kata Baby. "Yay! Makanan!"

"KIEEH…" tambah Audrey. ("Wew, aku lapar…")

Baby dan Audrey juga sudah bangun, jadi kami semua akan mulai sarapan.

Setelah selesai, aku mengembalikan Marilyn dan Audrey ke dalam Jewel dan berjalan menyusuri jalanan Gideon.

Marilyn dan Audrey mulai bertengkar sejak saat mereka bangun.

"MHOO!" ("Dasar ayam merah sialan!")

"KIEE! KOOO!" ("Dasar kura-kura jalang! Fak yu!")

Ini sudah terjadi sejak saat Audrey bergabung dengan kami. Mungkin ini ada hubungannya dengan Marilyn yang tampak seperti gadis rajin dan Audrey yang seperti gadis nakal, tapi aku juga mendengar bahwa naga tanah dan burung pada dasarnya memang tidak terlalu akur.

Kita ini tim, jadi aku benar-benar berharap kalian bisa berteman, pikirku.

"Apa yang akan kita lakukan hari ini?" tanya Baby, membuatku merenung.

Berdasarkan friend list-ku, Ray dan Marie sedang offline. Dari intonasi dan gaya bahasa yang mereka gunakan, aku bisa menduga kalau mereka berdua adalah orang Jepang, dan karena saat ini di sana malam hari, kemungkinan besar mereka sedang tidur.

Karena itu, ada baiknya jika aku mengurusi masalah yang sepenuhnya milikku sendiri.

"Pertama kita akan pergi ke Pimp Guild," kataku. "Ada seseorang yang ingin kutemui di sana. Setelah itu, kita akan melihat-lihat pasar monster peliharaan."

Aku harus menemui orang tertentu di Guild Pimp dan kemudian membeli satu atau dua monster baru, yang sejak awal merupakan alasanku datang ke Gideon. Namun, prioritas untuk membeli monster baru telah turun jauh saat aku mendapatkan Audrey.

"MHOO." ("Tuan, tolong jangan beli burung lagi.")

"KIEE." ("Kura-kura juga jangan, bos. Satu sudah lebih dari cukup di sini.")

Mendengar Marilyn dan Audrey mengatakan hal itu dari dalam Jewel yang ada di tangan kananku, aku memikirkan tentang apa yang benar-benar kuperlukan.

"Yah," kataku. "Kita punya Marilyn untuk darat dan Audrey untuk udara, jadi sekarang kita membutuhkan seseorang untuk air. Kurasa itu bukan seekor burung, tapi ada kemungkinan kalau itu adalah kura-kura."

Setelah memberikan tanggapan yang berbeda terhadap perkataanku, kedua gadis itu tiba-tiba tampak kebingungan. Dari apa yang kulihat, mereka baru menyadari kalau aku bisa memahami apa yang mereka katakan.

"Siapa yang akan kau temui, Rook?" tanya Baby.

"Seseorang yang dipanggil Catherine," jawabku. "Dia banyak membantuku di Ibukota saat aku baru saja menjadi Pimp. Dia adalah orang yang memberitahuku kalai aku harus melakukan beberapa kerja paruh waktu dan mengambil skill identifikasi."

"Apakah kita benar-benar pernah bertemu orang seperti itu?"

"Itu terjadi saat kau sedang tidur."

Setelah katalog yang dipinjamkan Ray kepadaku memberitahu kalau job yang cocok denganku adalah Pimp, Aku kesulitan menemukan Pimp Guild di Ibukota karena itu adalah tempat yang cukup rahasia dan aku juga merupakan seorang newbie yang belum terlalu mengenal wilayah itu. Catherine, seorang Pimp berpengalaman, telah membantuku menemukan tempat itu.

Dia jugalah yang memberitahuku kalau markas Pimp Guild ada di sini, di Gideon. Catherine sering mengunjungi tempat itu, jadi aku tidak punya alasan untuk tidak datang kesana dan mengucapkan hai.

Setelah mengikuti petaku menuju gang belakang di distrik kedelapan Gideon, aku tiba di sebuah bangunan yang tampak seperti campuran antara bar dan penginapan. Papan nama yang ada di dekat pintu masuk bertuliskan "Markas Pimp Guild," jadi aku yakin kalau ini adalah bangunan yang benar. Adventurer Guild juga berfungsi sebagai bar, tapi fakta bahwa bangunan ini juga merupakan sebuah penginapan mungkin berarti seperti yang sebagian besar orang bayangkan.

"Aku akan makan di sana!" kata Baby sebelum pergi ke sebuah meja.

Meskipun dia tidak serakus Nemesis milik Ray, tapi Baby termasuk banyak makan. Tentu saja, jumlah yang dia makan tidak berarti terlalu banyak saat seseorang melihat bahwa dia hanya memakan makanan manis yang dicampur makanan pedas.

Pokoknya, mungkin karena diriku yang jelas terlalu muda untuk menjadi seorang Pimp, aku menarik banyak perhatian.

"Permisi," aku berbicara kepada pria yang tampak berlevel tinggi yang bekerja di belakang meja kasir.

"Selamat datang, nak," jawabnya. "Ok, kau tampak muda! Oh tidak, itu bukan masalah! Kami tidak memiliki batasan umur di sini! Semua orang bebas menikmati waktu mereka kapan saja!"

Meskipun dia berbicara sambil menunjukkan senyum palsu, sepertinya dia tidak memiliki niat jahat terhadapku. Mungkin begitulah caranya untuk berinteraksi dengan pelanggan biasa.

"Oh, aku bukan pelanggan. Aku anggota guild," kataku sambil menunjukkan kartuku.

"Yah, kayaknya kau nggak bohong," katanya sambil melihat kartuku. "Jarang ada Master yang mau jadi Pimp. Kami punya dua atau tiga Master lain, tapi kau pasti adalah yang termuda dari mereka." Senyum palsunya menghilang saat dia mengubah sikapnya terhadapku.

Sama seperti yang dia katakan, Pimp—meskipun merupakan job yang berguna—tidak terlalu populer di antara para Master. Sejauh yang kutahu, job paling populer di sini di Kerajaan adalah yang berasal dari knight grouping, dan meskipun setelah melihat Ray aku mengetahui alasannya, aku masih penasaran kenapa pimp grouping begitu kecil jika dibandingkan dengan knight grouping.

"Jadi, kau nyari orang yang mau kau layani?" tanya pria itu. "Atau apakah kau butuh beberapa pekerja?"

Pertanyaan pertama mengacu pada guild quest, seperti quest pencarian model seperti yang kuambil di Ibukota sebelumnya. Pertanyaan kedua mengacu pada pembelian monster peliharaan dan sejenisnya. Di Gideon, sama seperti tempat ini, mereka bisa dibeli di distrik ke empat.

"Yang terakhir, plis." Kataku. "Tapi, bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

"Apa itu?"

"Apakah di sini ada Master yang bernama 'Catherine'?"

Pada saat aku menyebutkan nama itu, guild itu jatuh dalam kesunyian. Beberapa orang menjatuhkan gelas yang merek pegang, beberapa orang mulai meringkuk ketakutan, sementara yang lainnya segera membayar tagihan mereka dan buru-buru keluar.

Bagaimana aku harus menanggapi reaksi ini? Pikirku.

"Apakah kau mengenalnya?" tanya pria itu.

"Ya," anggukku. "Dia banyak membantuku di guild cabang Ibukota."

"Yah, dia memang pandai dalam menangani pemuda tampan," kata pria itu. "Meskipun kebanyakan dari mereka terkesan menghindarinya… Bagaimanapun, dia seharusnya akan ke sini sebentar lagi."

Aku memilih untuk menunggunya. Aku pergi dan duduk di meja yang sama dengan Baby dan menunggu waktu berlalu sambil meminum teh gratis yang mereka berikan kepadaku.

Selama waktu itu, aku merasa kalau Marilyn dan Audrey—masih berada di dalam Jewel—sedang meributkan sesuatu lagi. Aku mendengar suara yang sepertinya berhubungan dengan seleraku, Catherine, persaingan cinta, antromorfisasi naga, dan cinta antara burung dan manusia.

Apa yang mereka bicarakan? Pikirku.

Setelah menunggu hampir satu jam, pintu guild terbuka, dan aku mendengar suara nyaring yang familiar.

"Heeiii! Selamat pagi kalian semuaaa!"

"Ah, dia di sini," kataku.

Pemilik dari suara itu adalah Catherine yang sedang kutunggu.

Dia masuk ke dalam guild sambil ditemani oleh empat maid, menyadari keberadaanku, dan berjalan ke meja kami.

"Ara! Bukankah itu Rookie!" katanya dengan riang. "Aku dengar kalau blokade PK itu sudah selesai, tapi aku tak menyangka kau sudah sampai di Gideon."

"Seperti yang kau lihat, aku sudah di sini!" jawabku. "Aku datang kemari bersama Baby, anggota party-ku Ray dan Marie, dan gadis-gadis yang ada di sini!" aku mengenalkan Baby dan kedua gadis yang ada di dalam Jewel-ku kepadanya.

"Rook, siapa dia?" tanya Baby.

"Dia adalah orang yang kuceritakan padamu—Catherine Kongou," jawabku. "Dia adalah Pimp berpengalaman dan orang yang sangat bisa diandalkan."

"Oh ayolah, Rookie, pujian seperti itu bisa membuatku malu!" teriak Catherine.

Sesaat kemudian, aku menyadari kalau Marilyn dan Audrey tampak sangat terkejut. Karena suatu alasan, seolah-olah mereka terkejut oleh penampilan Catherine. Sambil memikirkan hal itu, aku kembali mengamati penampilan Catherine.

Rambut pirang panjang yang tampak seperti sutra.

Pupil mata berwarna biru tua yang mirip dengan lautan.

Pakaian custom-made dengan desain mewah, yang jelas terbuat dari bahan berkualitas tinggi.

Kuku yang dicat dengan sangat indah yang mungkin dia lakukan sendiri.

Suara indah dan menawan yang mirip dengan putri duyung.

Tubuh dengan tinggi lebih dari dua meter.

Biseps besar, yang sama tebalnya dengan leher kuda.

Bagian dada sedikit terbuka, yang menunjukkan otot dadanya yang tampak seperti baja.

Bentuk wajah yang mirip dengan Jojo.

Benar, itu adalah Catherine yang sama dengan yang kutemui di Ibukota.

Penampilannya memang agak unik, jadi menurutku wajar kalau dia mengejutkan Marilyn dan Audrey.

Sebenarnya cukup menarik karena bahkan para monster juga bisa terkejut dengan apa yang dipakai manusia, pikirku. Aku sudah memikirkan ini sejak dulu, tapi ini benar-benar tampak seperti pikiran mereka mirip dengan pikiran milik manusia.

✳✳✳

Catherine Kongou adalah seorang Pimp veteran. Namun, bukannya berasal dari Pimp grouping, main job miliknya saat ini adalah Siren—sebuah Superior Job dari harlot grouping yang memiliki persyaratan seperti "Berhasil melakukan Charm pada 100,000 orang atau monster."

Sepertinya, dia juga berada di jajaran atas pada kill ranking kerajaan. Aku tau lebih baik dari sebagian besar orang tentang seberapa efektifnya Charm dalam pertarungan skala besar, jadi aku bisa sepenuhnya memahami kenapa dia bisa masuk ke dalam kill ranking. Tapi, cukup jelas bahwa gaya bertarungnya memiliki hal lain selain skill itu.

Dan juga, avatar milik Catherine adalah seorang pria yang dibuat terlihat seperti seorang wanita, membuat istilah populer 'okama' menjadi julukan yang paling cocok untuknya. Namun, aku tidak tau jenis kelaminnya yang sebenarnya di dunia nyata. Itu biasanya adalah sesuatu yang dapat kuduga setelah berbicara sebentar dengan seseorang, tapi cara Catherine mencampurkan maskulinitas dan feminitas membuatku kesulitan melakukannya.

Namun, karena dirinya yang seperti itu, kau dapat menyimpulkan kalau dia memiliki kehandalan pria dan daya tarik wanita, membuatnya benar-benar layak mendapatkan pujian.

"Apakah kau bertemu dengan teroris PK dalam perjalanan menuju Gideon?" tanyaku kepada Catherine saat kami sedang bercakap-cakap sambil minum teh.

"Aku terbang kemari menggunakan salah satu gadisku," jawabnya. "Sepertinya orang-orang itu tidak bisa melakukan apa-apa kepada mereka yang ada di udara."

Perkataan "gadisku" membuatku melirik ke arah belakangnya, dimana aku melihat empat orang maid yang menemaninya kemari.

"Kau sudah bertemu dengan Rubiella, bukan?" Catherine bertanya setelah menyadari kemana aku melihat.

Benar. Salah satu dari keempatnya, maid berambut merah, memang bersama dengan Catherine saat dia membantuku di ibukota.

"Ya," anggukku. "Dia bersamamu saat kita pertama kali bertemu."

"Nah, kalau begitu aku akan mengenalkan gadis lainnya," katanya. "Maid berambut biru adalah Sappheanne, yang berambut hijau adalah Emerada, sementara yang memakai penutup mata adalah Crystella."

Para maid itu membungkuk kepada kami dengan penuh hormat.

"Senang bertemu dengan kalian," kataku. "Aku adalah Rook, junior Catherine dalam bidang ini."

"Bisakah kau berbaik hati dan menunjukkan gadis-gadismu kepadaku?" tanya Catherine.

"Tentu saja. Oh, tapi mungkin mereka akan membuat lantai tempat ini hancur," kataku. Marilyn adalah Demi-Dragon kelas berat, jadi dia bisa dengan mudah menghancurkan lantai papan yang ada di bawah kami.

"Kalau begitu, ayo pergi ke tempat lain," kata Catherine. "Guildmaster! Kami akan meminjam bagian belakang bangunan!"

"Pergilah," kata pria yang ada di belakang meja kasir. "Juga, ada sebuah quest yang ditujukan khusus untukmu, jadi pastikan untuk kembali dan mengambilnya saat kau sudah selesai."

Aku punya firasat kalau bartender itu berlevel tinggi, dan sekarang aku tau kenapa—dia adalah guildmaster disini, pikirku.

Di belakang guild, aku memanggil monsterku dari dalam Jewel. "Call—Marilyn, Audrey."

"Ara, sungguh pasangan yang manis," komentar Catherine. "Mereka cocok dengan selera monster peliharaan level tinggimu yang biasanya." Kemudian dia menunjukkan senyum ramah.

… Kenapa Marilyn dan Audrey terlihat begitu ketakutan?

"Seekor Demi-Dragon dan Roc Bird tentunya memakan banyak ruang, tapi Jewel milikmu kelihatannya cukup mewah, jadi aku merasa kalau itu masih punya ruang untuk monster lain?" tanyanya.

"Itu benar," kataku. "Aku ingin mendapatkan monster yang bisa bepergian di air. Apakah aku bisa menemukannya di toko guild?"

"Sebuah monster aquatik? Mungkin akan sulit untuk menemukannya di sini." Berdasarkan penjelasannya, sebagian besar air di kota ini berasal dari bawah tanah, dan tidak ada satupun danau atau sungai di dekat sini. Karena itu, tidak banyak pedagang yang menjual monster aquatik. Guild Pimp sebenarnya tidak menjual satupun monster berjenis seperti itu.

"Oh, tapi kau mungkin beruntung dan bisa menemukannya di pasar," tambahnya.

"Begitu! Aku akan pergi kesana sekarang!" kataku.

"Tapi jalanan yang ada di sana sangat rumit, dan tempat itu tidak aman, bahkan untuk kita para Master. Aku sebenarnya ingin menemanimu, tapi aku punya pekerjaan yang harus dilakukan… Aku tau, mari lakukan ini."

Catherine kemudian memalingkan wajahnya ke arah para maid yang ada di belakangnya dan memanggil maid berambut merah, Rubiella.

"Rubiella, jadilah anak baik dan temani Rook pergi ke pasar."

"Sesuai permintaan anda, Milady." Jawab maid itu sambil membungkuk.

"Apakah itu benar-benar tidak masalah?" tanyaku.

"Ya. Jangan khawatir," kata Catherine. "Bilang saja kepanya untuk kembali kepadaku setelah urusanmu selesai."

"Terima kasih banyak, Catherine!"

Catherine menunjukkan senyum lembut dan menepuk kepalaku. Tindakan itu mengingatkanku pada ayahku—atau ibuku, mungkin—dan membuatku merasa sedikit senang.

Meskipun, aku masih tidak paham kenapa Marilyn dan Audrey menjadi sangat ketakutan setiap kali Catherine tersenyum, pikirku.

Setelah berpisah dengan Catherine, Rubiella mengantarku berkeliling pasar yang terletak di distrik ke-empat.

"Di pasar ini, ada bazaar yang buka di jalanan dan toko yang buka di bangunan," jelasnya. "Anda mungkin bisa menemukan barang murah di bazaar, tapi jika anda tidak memiliki skill identifikasi yang cukup tinggi, anda bisa saja malah membeli barang tiruan atau barang yang jelek, jadi saya tidak bisa merekomendasikan nya. Ada beberapa toko yang jauh lebih dapat dipercaya dalam hal kualitas dan keaslian, tapi itu membuat harga mereka menjadi sedikit lebih mahal."

"Jadi, seorang pembeli pemula sepertiku lebih baik pergi ke toko, kan?" tanyaku.

"Benar sekali," angguknya. "Dan juga, anda bisa membuka kios anda sendiri di bazaar. Tempat yang dapat anda gunakan di kelola oleh manager distrik ke-empat. Dengan membayar sewa harian, anda bisa menjual barang dagangan anda di sana bahkan jika anda bukan seorang pedagang."

Saat dia memberitahuku banyak hal, kami memasuki sebuah gang yang kecil dan tersembunyi.

"Karena anda ingin membeli monster aquatik, saya akan mengenalkan anda dengan sebuah toko yang cukup akrab dengan Milady. Jika anda tidak menemukan apa yang anda butuhkan di sana, kita akan mencarinya di sekitar bazaar."

"Itu kedengaran bagus," kataku.

Saat dia mengantar kami, Rubiella berkali-kali melakukan gerakan lambaian tangan yang aneh. Aku penasaran dengan hal itu, tapi sebelum aku dapat bertanya apa tujuan dari hal itu, kami tiba di sebuah toko yang terletak di ujung gang.

Bangunan rahasia itu memiliki papan nama yang bertuliskan "Monster King's Shop, Cabang Benua Tengah."

Namanya aneh. Bagaimanapun, Infinite Dendrogram hanya memiliki satu benua, jadi "Cabang Benua Tengah" itu tidak benar-benar masuk akal, karena itu menyiratkan bahwa toko utama mereka terletak di tempat lain. Satu-satunya tempat yang terpikir olehku adalah negara kepulauan Tenchi yang ada jauh di sebelah timur atau negara maritim, Granvaloa.

Atau mungkin… Tidak, Aku masih tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk berteori tentang hal ini, pikirku.

"Selamat datang!" orang yang ada di belakang meja kasir menyambut saat kami masuk. "Oh? Nah, bukankah itu Rubiella."

Orang itu memiliki sosok yang kecil—sekitar satu kepala lebih rendah dariku. Dia tampak mencolok dengan jubah hitam yang dia pakai dan kerudung yang menutupi wajahnya.

"Lama tak jumpa," kata Rubiella. "Apakah anda yang bertugas menjaga toko hari ini, manager?"

"Ya, aku melakukan ini sekali setiap bulan biru," jawab orang itu. "Mana Catherine?"

"Hari ini Milady tidak ikut. Dia memintaku untuk membantu tuan muda Rook."

"Senang bertemu denganmu," kataku. "Aku adalah Rook, junior Catherine dalam bidangnya."

"Nah, itu hal yang langka," kata penjaga toko itu. "Kalau begitu, aku menduga bahwa kau ingin membeli monster? Apa yang kau inginkan?"

"Aku mencari seekor monster aquatik."

"Aquatik, eh? Hanya ada sedikit permintaan pada monster itu di sini, jadi kami tidak memiliki satupun yang terlalu langka. Kami memiliki pojok untuk monster jenis itu, sih." Dia meninggalkan meja kasir dan mulai mengantar kami ke tempat yang dia maksud.

Toko ini sepertinya hanya menjual moster yang sudah dijinakkan. Ada banyak Jewel yang terletak pada rak-rak yang ada di sini, dan aku bisa melihat monster apa yang ada di dalamnya hanya dengan melihat bagian dalam Jewel itu.

Oh, bahkan di sini ada Jewel dengan Tri-Horn Demi-Dragon seperti Marilyn di dalamnya. Agak sulit untuk mengatakan apakah ini adalah toko binatang atau toko permata, pikirku saat mendekati stan yang diterangi oleh cahaya kebiruan.

"Ini adalah pojok monster aquatik," kata pejaga toko. "Silahkan lihat-lihat dulu,"

"… Wow," gumamku. Meskipun penjaga itu tadi mengatakan mereka tidak memiliki satupun yang benar-benar langka, aku bisa melihat beberapa Jewel berisi aquatik Demi-Dragon. Sudah jelas bahwa pilihan yang ada cukup bagus.

"Variasi pilihan kami pada naga darat dan naga udara juga mencakup sampai Pure-Dragon." Kata penjaga toko. "Tidak untuk naga laut, sih."

Namun, barang dagangan yang ada di Monster King's Shop ini jauh lebih baik dari pada yang dijual di pasar yang kami lewati. Mereka bahkan memiliki Pure-Dragon yang sudah dijinakkan, yang dianggap sebagai barang langka. Meski begitu, harga yang ditawarkan di sini tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan yang ada di bazaar. Seseorang pasti akan menduga kalau barang-barang ini sudah terjual habis saat ini.

Itu mengingatkanku kalau Rubiella telah melakukan gerakan aneh sebelum memasuki toko ini, jadi mungkin ini adalah sejenis bangunan yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu. Aku tidak terlalu yakin dengan hal itu, sih.

Bagaimanapun, sangat jelas bahwa, di toko ini, aku tidak akan kesulitan menemukan rekan yang cocok dengan Marilyn dan Audrey.

"Karena kau adalah teman Catherine, aku akan mengizinkanmu membayar dengan cara cicilan," kata penjaga toko itu.

"Sungguh nostalgia," komentar Rubiella. "Saat Milady dan saya bertemu, dia juga membayar cara cicilan."

"Oh, itu sudah lebih dari empat tahun yang lalu, bukan?" kata penjaga toko. "Waktu benar-benar cepat berlalu…"

Saat mereka berdua sedang bercakap-cakap, aku mengamati monster aquatik yang ada di rak, tapi…

"Aku tidak tau," gumamku.

"Ada apa, Rook?" tanya Baby.

"Demi-Dragon tidak cukup bagus?" tanya penjaga toko.

"Tidak, maksudku bukan begitu. Hanya saja…"

Aku sama sekali tidak anti dengan monster Demi-Dragon. Faktanya, saat mempertimbangkan kerja sama dengan Marilyn dan Audrey, mereka sebenarnya lebih baik dari pada Pure-Dragon. Namun…

"Mereka hanya… tidak 'ngeh,'" kataku. "Saat aku bertemu dengan Marilyn dan Audrey, monster yang saat ini bersamaku, Aku merasakan perasaan aneh yang membuatku tertarik dengan mereka. Namun, di sini, aku sama sekali tidak merasakan hal itu."

Saat aku memilih Marilyn sebagai hadiahku dari Grantzian dan saat aku menghadapi Audrey dalam pertarungan itu, aku memiliki perasaan yang menarikku kepada mereka. Aku tidak merasakannya saat melihat setiap monster yang ada di toko ini, dan itu termasuk Pure-Dragon yang dijual di sini, yang seharusnya lebih kuat dari Marilyn dan Audrey. Itu adalah perasaan sangat samar yang sulit untuk kudeskripsikan.

"Oh, begitu." Penjaga toko itu mengangguk seolah-olah benar-benar memahamiku, dan Rubiella sepertinya juga memiliki pendapat yang sama.

"'Rook,' bukan?" kata penjaga toko. "Aku bisa melihat kalau Pimp adalah Job milikmu, tapi sepertinya kau juga memiliki bakat menjadi seorang Tamer. Tidak ada banyak orang yang memiliki intuisi sepertimu."

"Benarkah?" Aku mengangkat alisku.

"Ya. Dan karena itu, kurasa kau tidak harus membatasi keinginanmu pada monster aquatik. Lihatlah setiap Jewel yang ada di tokoku dan cari monster yang sesuai seleramu."

"Baiklah. Aku akan melakukannya," kataku sebelum menjauh dari pojok monster aquatik dan melihat-lihat Jewel lain yang ada di toko ini.

"Skill indra ke-enam alami, Beast Judgement, eh?" kata penjaga toko saat aku melangkah pergi. "Dengan Catherine dan satu orang lainnya, sekarang totalnya ada tiga orang." Perkataan itu entah kenapa tertanam di dalam pikiranku.

Setelah itu, aku menghabiskan waktu sekitar dua jam untuk melihat-lihat Jewel yang ada di sini, tapi hasilnya tidak bagus. Tidak peduli berapa ribu Jewel yang kuperiksa, aku tidak menemukan satupun monster yang "ngeh."

"Yah, sayang sekali," kata penjaga toko.

"Maaf telah membuang-buang waktumu," aku meminta maaf.

"Itu tidak perlu. Bisnis tidak akan berjalan jika kami tidak mengizinkan pelanggan kami untuk melihat-lihat barang dagangan kami selama yang mereka mau. Meskipun, sekarang kau harus mencari apa yang kau inginkan di bazaar…"

"Benar," setuju Rubiella. "Namun, menggunakan Beast Judgement di bazaar itu agak…"

"Oh, benar. Bahkan seorang Master akan berada dalam kesulitan jika mereka menyadarinya."

Mereka membicarakan sesuatu, tapi aku tidak tau apa itu "Beast Judgement" yang mereka bicarakan, jadi aku tidak benar-benar bisa mengikuti percakapan itu.

"… Huh?" tanyaku.

Tiba-tiba, aku menyadari sesuatu.

Di salah satu pojok toko, terdapat sebuah pot logam, yang cukup besar untuk dimasuki oleh seorang anak kecil. Tutup pot itu terbuka dan tergeletak di dekatnya. Karena suatu alasan, pot itu dikelilingi oleh rantai yang memiliki tanda peringatan, seolah-olah mengatakan bahwa pot itu tidak boleh didekati.

Itu sangat mencolok, jadi kenapa sebelumnya aku tidak menyadarinya? Tanyaku kepada diriku sendiri sebelum rasa penasaran mengalahkanku. Aku mendekati pot itu dan mengarahkan tangan kiriku ke pot itu.

"Penjaga toko, pot ini…"

"Pot? Ah…?! MENJAUH DARINYA!"

Teriakannya membuatku terkejut dan segera menarik tanganku kembali. Sesaat kemudian, sesuatu berwarna perak terlihat melewati tempat dimana jari telunjukku berada sebelumnya. Aku melihat pot itu dan menyadari bahwa rantai peringatan itu telah terpotong. Potongan itu sangat rapi dan rata sampai seolah-olah rantai itu bisa diperbaiki hanya dengan menyatukan kedua ujungnya. Jariku juga sedikit terluka, tapi sedikit usapan sudah cukup untuk membuat luka itu menutup dan hanya meninggalkan sebuah bekas kecil. Sepertinya aku telah dilukai oleh sebuah pedang sangat tajam yang bergerak dengan kecepatan luar biasa.

Namun, itu sangat jauh dari kenyataan.

Yang melukaiku bukanlah sebuah pedang, melainkan sebuah cairan. Aku melihat sebagian cairan itu menggantung di pinggiran pot sebelum kemabli masuk ke dalamnya. Cairan itu berwarna perak dan memiliki kilau misterius. Itu adalah pemandangan yang aneh, dan aku tidak bisa memalingkan pandanganku dari monster itu.

"Maaf atas hal itu," kata penjaga toko. "Yang satu ini berbahaya, jadi aku memasang penghalang di sekitarnya. Sepertinya penghalang itu sudah rusak."

"Aku baik-baik saja," jawabku. "Memangnya apa itu?"

"Itu adalah seekor Mithril Arms Slime," jawab pemilik toko sambil melantunkan sejenis sihir dan memperbaiki rantai yang terpotong. "Monster langka di antara metal slime yang memang sudah langka. Mereka memiliki tubuh yang terbuat dari mithril cair dan menyerang dengan cara mengubah diri mereka sendiri menjadi senjata."

Mithril Arms Slime, aku mengulangi nama monster itu di dalam pikiranku.

"Aku mendapatkannya dalam sebuah pelelangan, tapi kau lihat, dia masih belum dijinakkan," lanjutnya. "Aku berencana meminta seorang Tamer kenalanku untuk menjinakkannya, tapi sebelum aku dapat melakukan hal itu, aku tidak sengaja melepaskannya, dan sekarang dia berada dalam keadaan seperti."

"Yang kau maksud 'keadaan ini'…?" tanyaku.

"Selalu waspada dan siap untuk bertarung. Dia saat ini benar-benar labil, memotong setiap makhluk hidup yang datang mendekat, saat ini dia juga semakin sulit untuk dijinakkan, dan memindahkannya dari sana akan menjadi hal yang benar-benar rumit, jadi aku tidak bisa melakukan banyak hal selain membuat penghalang di sekitarnya. Slime bahkan tidak merasakan lelah, jadi menunggunya kehabisan tenaga juga bukanlah sebuah pilihan. Tentu saja, membunuhnya akan menyelesaikan semua masalah ini, tapi aku tidak mau melihat uang yang kuhabiskan hilang begitu saja."

"Berapa banyak yang kau habiskan untuk mendapatkannya?" tanyaku.

"10,250,000 lir. Slime ini memang bukan yang terkuat, tapi kelangkaan mereka membuat harganya menjadi sangat mahal."

Aku membeku sesaat setelah mendengar harga itu. Namun…

"Penjaga toko," kataku.

"Ya?"

Aku mengumpulkan tekadku dan mengatakan apa yang kuinginkan kepadanya. "Aku akan menjinakkan slime ini, jadi bisakah kau menjualnya kepadaku?"

Perkataanku membuat penjaga toko, Rubiella, dan kedua monster yang ada di dalam Jewelku terdiam karena terkejut. Hanya Baby yang menunjukkan senyum seperti biasa di wajahnya.

"Meskipun aku ingin membayarnya dengan cara cicilan, jika kau tidak keberatan," tambahku.

"Aku sudah bilang kalau aku mengizinkannya," kata penjaga toko. "Tapi, apakah kau yakin?"

"Ya, maksudku… slime itu terasa 'ngeh' denganku," jawabku sambil tersenyum, menciptakan keyakinan tak tergoyahkan di dalam diriku. "Aku akan menjinakkannya."

Hanya karena aku menginginkannya, aku memutuskan untuk menjinakkan Mithril Arms Slime—seekor makhluk yang belum bisa dijinakkan oleh siapapun.

✳✳✳

Mithril Arms Slime.

Menurut pemilik toko, mereka tergolong langka bahkan di antara metal slime yang memang sudah langka.

Bukan karnivora, herbivora, maupun omnivora, makanan mereka terdiri dari air dan logam, khususnya mithril.

Semua slime miliki tubuh cair dan yang satu ini bukanlah pengecualian. Namun, Mithril Arms Slime memiliki kemampuan spesial untuk dalam sekejap mengeraskan dan mengubah bagian tubuh mereka menjadi senjata. Ketika diserang, mereka akan mengubah tubuh mereka menjadi perisai mithril atau menggunakan bentuk cair mereka untuk bermanuver melarikan diri dari ancaman itu.

Jumlah slime ini yang telah di temukan umat manusia baru mencapai angka dua digit, sementara jumlah yang dibunuh bahkan tidak mencapai angka dua puluh. Dan sejauh ini, tidak satupun dari mereka yang berhasil dijinakkan.

Sekali lagi—Mithril Arms Slime, sebagai sebuah spesies, sampai saat ini belum pernah berhasil dijinakkan.

Aku diberitahu bahwa beberapa Tamer telah membuat mereka berada dalam keadaan bisa dijinakkan, tapi mendapati tangan mereka terpotong saat mereka mencoba melakukan kontak.

Biasanya, ketika monster berada dalam keadaan bisa dijinakkan, apa yang harus dilakukan seseorang hanyalah menyentuh mereka dan membuat sebuah kontrak untuk menyelesaikan penjinakan. Aku sudah mengalami hal itu dengan Audrey, dan dia sama sekali tidak melawan.

Namun, Mithril Arms Slime berbeda dalam hal itu. Selama mereka berada dalam keadaan siaga, mereka tidak akan ragu untuk menyerang para Tamer bahkan setelah mereka berada dalam keadaan bisa dijinakkan.

Karena itu, mereka dianggap lebih sulit dijinakkan dari pada Pure-Dragon.

"Kami telah mendapat beberapa pelanggan yang ingin mencoba dan menjinakkannya, tapi mereka semua gagal," kata penjaga toko. "Bahkan ada orang yang telah memaksimalkan high-rank job dari tamer grouping, tapi mereka tetap tidak berhasil."

Pada dasarnya, itu adalah hal yang mustahil bahkan untuk para Tamer terbaik.

Beberapa orang mungkin tertawa mendengar seorang newbie sepertiku mencoba tantangan sebesar itu, tapi itu bukan berarti aku tidak bisa mencobanya.

Aku kenal dengan orang-orang yang tidak akan pernah menyerah tidak peduli seberapa besar tantangan yang dia hadapi, jadi aku ingin mengikuti contoh mereka.

Dan sekarang… aku sudah melakukannya lebih dari empat jam.

Berhadapan dengan pot tempat Mithril Arms Slime itu berada, aku diam-diam mengulurkan benda yang ada di tangan kananku. Itu adalah sebuah tali tipis dengan panjang kurang dari satu meter—sebuah kawat mithril. Mithril adalah makanan pokok mereka, dan aku merasa kalau tidak ada salahnya untuk mencoba memberi makan mereka.

Aku mendapatkan kawat ini dengan meminta Rubiella untuk pergi ke bazaar dan membelinya.

Saat ini, dia sedang berada di meja kasir, membicarakan sesuatu dengan pemilik toko.

"Saya telah mendengar kalau cucu dari presiden Perusahaan Luor telah diculik oleh Gouz-Maise Gang," aku dengan Rubiella mengatakan hal itu.

"Para bajingan itu masih melakukannya?" jawab penjaga toko. "Sampai sekarang, sudah berapa kali hal ini terjadi? Itu sudah lebih dari seratus kali, kan?"

Aku telah beberapa kali mendengar nama "Gouz-Maise Gang" di kota ini. Dari apa yang kudengar, mereka adalah kelompok penjahat yang menyusahkan Gideon dan sekitarnya dengan cara menculik anak-anak.

Orang macam apa yang mau menculik anak-anak? Pikirku, dengan rasa jijik memenuhi diriku.

"Ah…"

Sesaat kemudian, ujung dari kawat yang ku-ulurkan terpotong dan jatuh ke lantai. Aku segera menyimpulkan bahwa slime itu menyerangnya menanggapi kejijikan atau niat untuk memberinya makan. Meskipun kawat dan slime itu sama-sama terbuat dari mithril, potongan itu tampak sangat rapi, membuat ujung kawat itu menjadi datar dan tajam seperti cermin.

Aku secara perlahan mendekatkan kawat yang tersisa ke arahnya, membuatnya berulang kali memotongnya lagi dan lagi. Cara kawat itu menjadi semakin dan semakin kecil mengingatkanku pada sebuah manisan batangan tertentu. Tidak butuh waktu laman bagi kawat itu untuk berubah menjadi potongan-potongan mithril yang bertebaran di lantai.

"Benda ini berharga 2000 lir," Aku menghela nafas sebelum melempar ujung kawat yang kupegang ke arah slime itu. Ujung itu juga terpotong menjadi dua pada saat memasuki "wilayah pribadi", atau apapun namanya, milik slime itu.

"Sepertinya kau sedang kesulitan," kata pemilik toko.

"Aku tidak bisa menyangkalnya," jawabku. "Sama seperti yang kau katakan, semuanya akan menjadi sangat sulit setelah kau membuatnya berada dalam keadaan bisa dijinakkan."

"Hm? Kau sudah sampai di sana?"

"Bagaimanapun, semua slime itu betina. Male Temptation bekerja dengan baik pada mereka, jadi aku tidak memiliki banyak kesulitan untuk membuatnya berada dalam keadaan bisa dijinakkan."

Memang benar, tidak ada masalah dalam hal itu. Namun…

"Tapi saat aku mendekatkan tanganku untuk membuat kontrak… dia mengirisku." Aku melihat ke arah mithril yang bertebaran di lantai dan bekas irisan di tanganku yang tak terhitung jumlahnya.

"Di antara para Tamer yang mencoba menjinakkannya, ada satu orang yang mencobanya sambil memakai sarung tangan mithril," kata penjaga toko. "Dan dia masih mendapati tangannya terpotong."

Jadi, bahkan armor yang terbuat dari mithril tidak bisa menahan serangan itu, huh? Pikirku.

"Armor yang terbuat dari logam Mythical… hihi'irokane… mungkin bisa menahan serangan itu, sih." Tambah penjaga toko. "Haruskah kita mencarinya?"

"Tidak, terima kasih," aku menggelengkan kepalaku. "Aku ragu apakah level-ku cukup tinggi untuk memakai benda seperti itu. Selain itu, kurasa itu bukanlah jawaban yang benar di sini." Bergantung pada kekerasan dan stats rasanya tidak sesuai di sini. Jika memang begitu, para Tamer yang datang sebelum diriku pasti sudah melakukannya karena mereka memiliki stats dan equipment yang lebih baik. Cara yang benar untuk menjinakkan Mithril Arms Slime tidak ada hubungannya dengan hal semacam itu.

"Tapi sepertinya kau menemui jalan buntu," kata penjaga toko.

"Sejauh ini, aku menyadari dua hal," jawabku sambil menunjuk ke arah pot. "Pertama, kewaspadaannya. Dari pada menyerang secara otomatis, dia mempertimbangkan dengan hati-hati setiap dan semua benda yang dia potong. Setelah lebih dari empat jam melakukan hal ini, aku menyadari kalau jarak antara dia mulai menyerang memiliki perbedaan beberapa centimeter, yang artinya dia tidak melakukannya dengan presisi yang mirip mesin."

Aku menunjuk ke arah potongan mithril yang ada di atas lantai. Meskipun mereka dipotong oleh slime yang sama, panjang mereka tidaklah sama, yang merupakan bukti dari apa yang barusan kukatakan.

"Begitu. Lalu, apa hal yang kedua?" tanya penjaga toko.

"Dia ingin dijinakkan." Jawabku.

"Kenapa kau berpikir begitu?"

Aku menunjukkan telapak tanganku, yang dipenuhi banyak luka irisan kecil, kepadanya. "Semua luka ini dangkal."

"Yah, aku juga bisa melihatnya."

"Kawat dan jariku sama-sama memasuki zona waspada-nya. Namun, meskipun kawat itu terpotong, jari-jariku masih terpasang di tempatnya."

"Oh!"

Dia dengan mudah memotong kawat mithril, akan tetapi tanganku—yang jauh lebih lemah—hampir tidak berada dalam bahaya.

"Luka-luka ini tidak lebih dari goresan, dan luka yang paling parah adalah apa yang kudapat setelah menunjuk ke arahnya dengan ceroboh ketika aku pertama kali melihat pot itu," kataku. "Dengan kata lain, luka yang kudapat sebelum dia berada dalam keadaan bisa dijinakkan."

Aku mengangkat jari telunjuk tangan kiriku, dan benar saja, goresan yang ada di sana adalah yang terdalam, meskipun cuma beda beberapa milimeter. Itulah sebabnya aku dapat menyimpulkan bahwa…

"Dia menahan diri pada manusia. Dan dia sangat berhati-hati pada mereka yang berhasil membuatnya berada dalam keadaan bisa dijinakkan, dan melemahkan serangannya hanya sekedar untuk peringatan. Sudah jelas bahwa dia memperlakukan kita berbeda dengan benda anorganik."

"Tapi para Tamer yang datang sebelum dirimu…"

"Ya, mereka mendapat tangannya terpotong sepenuhnya. Kupikir hal itu juga akan terjadi padaku jika aku mengulurkan tanganku sedikit lebih jauh lagi," kataku sambil mengulurkan tanganku ke arah zona waspada milik slime itu.

Meskipun serangannya menyebabkan lebih banyak goresan kecil di jariku, aku tidak menarik tanganku. Tentu saja, dia terus menyerang. Setelah memastikan kalau semua luka itu dangkal, aku menarik tanganku keluar dari zona waspadanya.

"Lihat?" kataku. "Jika kau memperhitungkan tentang perbedaan perlakuannya kepada kawat mithril dan tanganku, sudah jelas ada hal lain selain jarak dalam hal ini. Dia mungkin bertindak berdasarkan semacam aturan."

"Jadi menurutmu kau bisa menjinakkannya saat kau berhasil menebak hal itu, eh?" tanya pemilik toko.

"Ya, tapi menebaknya akan menjadi hal yang merepotkan. Aku butuh petunjuk, dan…" Aku berhenti berbicara sebelum dapat menyelesaikan perkataanku.

Penjaga toko melihatku dengan ekspresi kebingungan, tapi aku tidak bisa memperdulikan hal itu. Bagaimanapun, sesuatu yang kuharap merupakan sebuah kebohongan masuk ke sudut pandanganku. Di sebelah pot, ada sebuah binatang kecil—seekor tikus.

"Oh, seekor tikus," kata penjaga toko. "Kurasa penghalang yang menghalau mereka telah rusak."

Pada saat aku melihatnya, pikiran yang mengendalikan tubuhku langsung membeku.

Tikus adalah makhluk yang sangat lemah sampai-sampai mereka tidak dihitung sebagai monster. Terdapat sebuah lubang di salah satu dinding, yang mungkin merupakan tempat dia masuk.

Tikus itu menyadari keberadaan kami dan melarikan diri melewati pot.

Semua itu memasuki pandanganku, dan aku memprosesnya dengan benar. Namun, di saat bersamaan, tubuhku berteriak secara refleks. "Tikus tikus tikus tikus tikus TIKUS!"

Aku masuk dalam keadaan super panik. Saat otakku berusaha memahami situasinya, pikiranku sedang dibanjiri oleh kenangan dari sebuah kejadian tertentu. Latihan, sebuah rumah tua, lantai yang rusak, jatuh ke sebuah ruangan yang dipenuhi tiku—

"TIIIIKUUUUUUUSSSS!" Kehilangan kendali pada tubuhku sendiri, aku menjadi semakin panik.

"Tidak apa-apa. Jangan takut."

… Aku dipeluk oleh Baby.

"Cup cup, Rook. Tidak ada yang perlu ditakutkan," katanya, menenangkanku dan menepuk punggungku.

Dan anehnya, itu sudah cukup untuk membuatku secara perlahan menenangkan pikiran dan tubuhku yang panik. Itu sama seperti yang dilakukan ibuku kepadaku.

Setelah sekitar lima menit, aku sudah benar-benar tenang, dan rasa panik itu sudah hilang seolah-olah tidak pernah ada sebelumnya.

"Maaf telah membuat kalian melihatnya," aku minta maaf kepada penjaga toko dan Rubiella.

Aku tau kalau perilaku ku tidak pantas. Tapi meskipun aku panik, pikiran masih bisa berfungsi dengan baik. Namun, aku hampir bisa merasakan sebuah gelombang pikiran lain membanjiriku.

Sekarang saat aku masih linglung, aku menyimpulkan bahwa inilah yang bisa disebut "trauma."

"Tidak perlu minta maaf," kata Rubiella.

"Bagaimanapun, semua orang memiliki hal yang tidak dapat mereka tangani," tambah penjaga toko. "Tapi kenapa tikus membuatmu begitu… Oh, aku tidak akan bertanya."

Dia pasti menyadari reaksiku tepat saat dia menyebut nama makhluk itu dan–karena rasa maklum—tidak jadi menanyakan alasannya.

Baguslah karena dia melakukannya, karena aku tidak terlalu yakin bagaimana harus menjawab hal itu. Aku sudah berusaha menghilangkan phobia tikus ku sejak kecil, tapi itu masih belum menunjukkan tanda-tanda berhasil.

Baiklah, cukup dengan tikus, pikirku.

Ada sesuatu yang jauh lebih penting.

"Aku menemukan aturan slime itu, jadi aku akan menjinakkannya sekarang," kataku. Hal yang kulihat saat sedang panik telah memberikan petunjuk terakhir yang kubutuhkan. Yang tersisa tinggal menguji teoriku.

"Benarkah? Apa itu, kenapa begitu tiba-tiba?" tanya penjaga toko.

"Kejadian ini tidak semuanya buruk," kataku. "Berkatnya, aku menyadari kenapa aku tidak bisa menjinakkannya."

"… Jadi kau bisa melakukannya dalam kondisi seperti itu?"

Yah, aku sudah memutuskan unruk mengamati sekelilingku tidak peduli seberapa bingungnya diriku, pikirku.

Bagaimanapun, akan butuh beberapa persiapan untuk menguji teoriku.

"Maaf, penjaga toko, tapi bisakah aku meminjam sebuah Jewel kosong?" tanyaku.

"Tidak masalah," katanya sambil mengambil sebuah Jewel dari meja kasir. Itu memiliki jenis yang sama dengan milikku, hanya saja itu masih kosong.

Selama pemiliknya mengizinkannya, kita bisa memindahkan monster dari satu Jewel ke Jewel lainnya hanya dengan cara menyentuhkan keduanya.

"Baiklah, kalau begitu…" Mengambil Jewel kosong menggunakan tangan kiriku, aku mendekatkannya ke Jewel yang ada di tangan kananku. Dan setelah itu, aku memindahkan Marilyn dan Audrey ke Jewel kosong tadi.

"KIEEE?!" ("BOSS?! APAKAH KAU MAU MENJUAL KAMI?! WAT DE FAK!")

"MHOOO!" ("T-T-T-T-Tenang! A-Aku yakin dia sedang memikirkan sesuatu!")

Oh… sepertinya mereka benar-benar terkejut, pikirku. Sekarang aku merasa agak bersalah. Aku seharusnya memberitahu mereka…

"Tri-Horn Demi-Dragon itu 2,400,000 lir, sementara Crimson Roc Bird itu 3,200,000 lir," kata penjaga toko.

"KIEEE!" ("Makan tuh, njing! Aku lebih mahal!")

"MHOO!" ("Sekarang bukan saatnya untuk senang, dasar otak burung! Dan juga, alasan kenapa kau lebih mahal adalah karena sudah ada spesiesku yang dijual di sini!")

Apakah perbedaan harga benar-benar sebegitu berartinya buat mereka? Tunggu, sekarang bukan itu masalahnya, pikirku.

"Tidak, aku tidak menjual mereka. Aku hanya harus memindahkan mereka untuk sementara. Baby, tolong pegang ini sebentar," kataku dan memberikan Jewel yang berisi Marylin dan Audrey kepada Baby.

"Baiiik."

"Baiklah, kalau begitu," aku bergumam dan mulai melepas pakaianku.

Aku melepas semua yang dihitung sebagai equipment.

"Hmm, seharusnya ini sudah cukup," kataku, hanya tinggal memakai tank top dan celana dalam, pakaian dalam yang tidak memberikan bonus stats atau sejenisnya. "Kurasa sekarang aku sudah siap."

"Rook, apa yang kau lakukan?" tanya penjaga toko, dan aku hanya menanggapinya dengan senyuman, menunda jawabannya setelah aku membuktikan teoriku.

Sambil menjauhkan tangan kiriku—yang memiliki tato Embryo di atasnya—dari slime itu, aku mengulurkan tangan kananku—yang memiliki Jewel di atasnya—ke arahnya.

Tidak seperti sebelumnya, caraku mengulurkan tanganku sama sekali tidak memiliki keraguan. Sesaat kemudian, tangan kananku melewati sisi zona bahaya tanpa terkena satupun serangan peringatan.

Aku terus mengulurkan tanganku semakin jauh, melewati area yang telah menyebabkan tangan banyak Tamer terpotong. Namun, tanganku memasukinya tanpa menerima satupun goresan, dan aku mencapai tepi pot.

Saat aku mendengar orang yang ada dibelakangku terkesiap, Mithril Arms Slime itu merayap keluar dan menyentuh telapak tanganku.

Sulit untuk mengatakan butuh waktu berapa lama, tapi pada akhirnya, sihir mulai mengalir di antara kami dan proses penjinakkan pun selesai.

"Namamu adalah Liz… Liz si Mithril Arms Slime," Aku tersenyum sambil mengusap tubuh perak berkilaunya. "Mari berteman, Liz."

Menanggapi hal itu, Mithril Arms Slime, Liz, bergoyang dengan bahagia.

Dengan demikian, teoriku terbukti benar.

Aku berbalik dan menghadap penjaga toko.

"Aku menjinakkannya," kataku.

"… Bagaimana kau melakukannya?"

"Sama seperti yang kau lihat. Aku memindahkan Marilyn dan Audrey ke Jewel lain untuk sementara dan melepaskan equipment-ku."

"Apa hubungannya hal itu dengan bisa menjinakkan slime itu?" tanyanya.

Mungkin penjelasanku masih kurang jelas, tapi sebenarnya itu benar-benar sederhana.

"Liz… atau, tepatnya, Mithril Arms Slime secara umum… sebenarnya sangat pengecut," kataku sambil mengusap Liz, yang merayap ke seluruh tubuhku. "Bahkan jika kau berhasil membuat mereka masuk dalam keadaan bisa dijinakkan, dengan kata lain mereka telah mengakui kelayakanmu, tapi mereka masih takut dengan hal-hal lainnya."

"Contohnya?"

"Monster lain di tangan kanan yang diulurkan kepada mereka."

"Ah!"

Setiap orang yang menjinakkan dan menggunakan monster memasukkan mereka ke dalam Jewel di tangan kanannya sepanjang waktu, bahkan saat menjinakkan monster baru. Dan juga, tidak ada seorang Tamer pun yang mengenakan Jewel yang tidak memiliki monster di dalamnya. Itulah alasan kenapa para Tamer yang datang sebelum diriku tidak bisa menjinakkan Liz.

"Dan juga, pertama dia menyerang tangan kiriku," lanjutku. "Itu mungkin terjadi karena dia takut dengan tato ini—hal yang menyalurkan kekuatan Embryo. Dan fakta bahwa dia menyerang sarung tangan dan kawat mithril membuatnya bisa disimpulkan bahwa equipment juga membuatnya takut. Itulah sebabnya aku menjinakkannya setelah melepaskan semua hal yang membuatnya ketakutan."

Itulah alasan sederhana kenapa aku harus melepaskan equipment-ku dan menjauhkan tangan kiriku darinya.

"Bukankah itu hanyalah bukti tidak langsung?" tanya penjaga toko.

"Ya. Namun, aku menjadi benar-benar yakin pada hal itu saat aku melihat ti-tikus tadi," jawabku. Hanya mengatakan namanya sudah membuatku merasa tidak enak, tapi aku masih melanjutkan penjelasanku. "Tikus itu hanyalah seekor tikus—yang bahkan tidak dihitung sebagai monster. Dan dia tidak diserang bahkan saat dia berada tepat di samping pot dan melewatinya saat aku sedang panik."

Meskipun aku sedang panik, aku dengan jelas melihat bagaimana tikus itu bertindak. Meskipun berada sangat dekat dengan Liz, dia tidak sekalipun diserang. Itu karena tikus tidak dihitung sebagai monster.

"Jadi terpikir olehku kalau mungkin aku akan berhasil jika aku tidak mengenakan apapun dan tidak menakutinya. Bagaimanapun, luka yang dia berikan kepadaku tidak dalam, membuatnya tampak seperti dia tidak serius menyerangku."

Serangannya hanyalah semacam tembakan peringatan. Tapi serangan itu tidak ditujukan kepadaku; mereka ditujukan kepada monster yang ada di dalam Jewel di tangan kananku dan tato Embryo yang ada di tangan kiriku.

"Apakah kau mempertimbangkan apa yang akan terjadi tebakanmu salah?" tanya penjaga toko. "Tanganmu mungkin sudah terpotong, kau tau?"

"Aku punya rasa percaya diri," kataku sebelum berhenti sejenak. Aku menambahkan secara jujur, "Dan juga… jika aku salah, tidak masalah jika aku mati."

Ayahku sering mengatakan kalimat yang dia dengar dari ayahnya sendiri: "Saat membuat deduksi yang mungkin bisa mengubah hidup orang lain, selalu pikul tanggung jawab dari apa yang kau katakan. Pertaruhkan hidupmu padanya dan lakukan terbaik untuk tidak pernah salah."

Saat orang lain terlibat dengan deduksi-mu, kau harus yakin bahwa kau sudah siap untuk menanggung beban yang ada.

Tiba-tiba, aku menyadari kalau penjaga toko sedang menatapku dengan tatapan terkejut.

Kurasa itu wajar, mengingat apa yang baru saja kukatakan, pikirku.

"Oh, tapi aku adalah seorang Master, jadi aku tidak bisa benar-benar mati disini," kataku dengan bercanda saat menyelesaikan penjelasanku.

"…" ("Apakah kamu baik-baik saja?") Pada saat itu, Liz—yang sedang merayap di seluruh tubuhku—bertanya kepadaku dengan khawatir sambil melihat luka yang ada di tanganku.

"Ya, aku baik-baik saja, Liz," jawabku. "Lukanya tidak dalam, dan irisanmu begitu rapi sampai-sampai tidak terasa sakit. Aku tidak marah sama sekali."

Secara default, Infinite Dendrogram tidak memiliki rasa sakit, tapi aku yakin kalau itu tetap tidak akan sakit biarpun ada rasa sakit di sini.

"Rook," panggil penjaga toko. "Kau bisa berbicara dengan slime?"

"Aku bisa memahaminya dengan melihatnya," anggukku. "Bagaimanapun, komunikasi binatang itu lebih dari sekedar perkataan." Faktanya, aku merasa kalau binatang itu lebih mudah dipahami dari pada manusia.

"Apakah itu sebuah skill?" tanya penjaga toko.

"Tidak," aku menggelengkan kepalaku dan terdiam untuk sesaat. "Itu adalah teknik yang diajarkan orang tua ku kepadaku."

Setelah mengatakan hal itu, aku menghabiskan beberapa saat untuk mengingat kenangan itu.

*

Setelah itu, aku membeli Liz dengan harga 5,130,000 lir, dibayar dengan cara cicilan.

Menurut pemilik toko, metode penjinakan Mithril Arms Slime yang kutemukan memiliki nilai lebih dari 10,000,000 lir. Karena hal itu, dia ingin memberikan Liz secara gratis, tapi aku tidak enak dengan hal itu, jadi aku memilih untuk membayar setidaknya separuh dari harga aslinya.

Ibuku selalu mengatakan kepadaku bahwa "Terlalu banyak menerima hal-hal gratis itu sama saja dengan mencuri," dan itu bukan berarti aku mau mencuri dari penjaga toko, jadi aku puas dengan hal ini.

Dan juga, bukannya bergabung dengan monster lain di dalam Jewel, aku membuat Liz menggunakan skill Camouflage—skill umum milik slime—untuk berubah menjadi pakaian yang bisa kupakai. Penampilan pakaian itu masih terkesan metalik, tapi di dunia ini sudah ada equipment yang disebut "Mithril Coat," jadi aku tidak akan terlalu mencolok. Dan juga, saat orang dengan skill Identification yang rendah melihat ke arahnya, mereka hanya akan melihat "Mithril Coat (Custom-Made)."

Satu-satunya masalah yang kumiliki dengan jaket ini adalah fakta bahwa Liz takut dengan tato menyebabkan lengan baju sebelah kiri menjadi lebih pendek dari sebelah kanan, tapi itu bukan masalah besar. Dia sesekali juga melakukan gerakan tidak alami, tapi sebagian besar orang hanya akan menduga kalau itu karena angin.

Bagaimanapun, sekarang kami sedang berkumpul di luar gerbang utara Gideon untuk mengantar Rubiella.

Sepertinya, saat aku sedang sibuk menjinakkan Liz, Catherine telah kembali ke Ibukota, dan Rubiella hendak menyusulnya.

"Terima kasih atas bantuanmu, Rubiella," kataku.

"Saya merasa terhormat menerima rasa terima kasih dari anda, Tuan Rook. Saya, juga, berterima kasih karena anda telah memberikan sesuatu yang menarik untuk diceritakan kepada Milady."

"Bicara soal Catherine, aku benar-benar ingin berterima kasih kepadanya sebelum dia pergi." Bagaimanapun, berkat bantuannya lah aku bisa bertemu dengan Liz.

Dia benar-benar banyak membantuku, pikirku.

"Saya pasti akan menyampaikan rasa terima kasih anda," kata Rubiella.

"Terima kasih."

"Baiklah, kalau begitu, Tuan Rook, Babylon, Marilyn, Audrey, dan Liz." Katanya. "Saya harap kita bisa bertemu lagi."

"Bagaimana caramu kembali ke Ibukota? Kereta Naga?" tanya Baby, membuat Rubiella tertawa kecil.

"Tubuh saya sudah lebih dari cukup," katanya, dan sesaat kemudian, dua buah sayap besar muncul dari punggungnya.

Sesaat setelah aku menyadari bahwa itu mirip saya naga, dia mengepakkan mereka dan terbang ke atas awan, dimana penampilannya tiba-tiba berubah. Sekarang dia adalah seekor naga besar yang mengeluarkan cahaya crimson yang dapat dengan mudah kulihat dari darat.

Rubiella, seekor naga crimson yang bisa menggunakan Anthromorphization, mengucapkan sampai jumpa kepada kami dengan cara berputar di udara dan kemudian terbang menuju Ibukota, dia terlihat sangat agung saat melakukan hal itu.

"KIEEE!" ("Hei, kura-kura, aku juga akan mencoba dan mendapatkan Anthromorphization.")

"VAHMOO!" ("Kebetulan sekali. Aku juga memikirkan hal yang sama.")

Audrey dan Marilyn sepertinya sangat takjub dengan apa yang Rubiella tunjukkan kepada kami.

"Nah, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanyaku. "Pertemuan dengan Marie masih besok lusa, Ray sepertinya juga sedang offline, dan aku tidak memiliki satupun rencana."

Satu-satunya urusan pribadiku hari ini adalah mengatakan halo kepada Catherine dan mendapatkan monster baru. Tak perlu dikatakan, aku sudah melakukan keduanya, membuatku tidak memiliki hal lain yang harus dilakukan.

"Kalau begitu kenapa kita tidak pergi leveling?" tanya Baby, yang kemudian kujawab dengan sebuah anggukan.

Saat ini kami belum pernah bertarung bersama Audrey dan Liz, jadi itu adalah ide yang benar-benar bagus.

Dan juga, aku merasa kalau party kami akan melawan musuh yang sangat tangguh di masa depan, jadi aku ingin agar kami bisa berguna saat waktunya tiba.

"Ide bagus," kataku. "Aku ingin menjadi lebih kuat, jadi ayo kita pergi leveling."

Audrey berteriak, "KIEE" ("Boss! Aku tau dimana kita bisa menemukan musuh di wilayah ini!")

Audrey awalnya adalah mount milik Gardranda, makhluk yang hidup di sekitar Nex Plain, jadi sudah wajar kalau dia akrab dengan wilayah sekitar sini.

"Kalau begitu, bisakah kau menunjukkannya kepada kami, Audrey?" tanyaku.

"KIEEEE!" ("Tentu saja, Boss! Naiklah!")

"Jadi, Marilyn, untuk sekarang kau harus masuk ke dalam Jewel," kataku. "Kita akan berburu setelah sampai di sana."

"MHOOO." ("Baiklah.")

"Maukah kau melindungiku, Liz?" tanyaku.

"…" ("Tentu saja. Jangan khawatir.")

"Baby, apakah kau siap?" tanyaku.

"Selalu!"

Dan, tentu saja, aku juga sudah benar-benar siap.

"Kalau begitu, ayo berangkat."

"Baik, Master!" mereka semua menjawab serentak saat kami mulai terbang.