webnovel

Impossible wish

WARNING!! Adult konten. banyak adegan dewasa dan kekerasan

NvigirlFanaticzz · LGBT+
Not enough ratings
60 Chs

The birth of the baby

.

.

.

Jungkook tampak gelisah. Tangan bertaut dan saling meremas seolah membuktikan bagaimana perasaannya saat ini. Sejak ia datang, jungkook tak henti-hentinya mondar mandir di depan sebuah pintu yang bertuliskan UGD. Ia terus menggumam kan doa agar seseorang yang saat ini berjuang antara hidup dan mati di dalam sana.

"Jungkook.. Tenanglah nak, jimin akan baik-baik saja." Ucap ayahnya Jeon Namjoon mencoba menenangkan putranya saat ini yang sedang gelisah untuk menunggu istrinya yang sedang melahirkan buah hatinya.

"Aku sangat khawatir Appa sebelum tahu keadaan jimin baik-baik saja."

"Appa tahu karena apa pernah merasakannya."

"Aku juga merasakannya Appa. Tapi, tetap saja aku takut terjadi sesuatu pada jimin dan putriku." NamJoon menatap putranya sendu. Ia tahu itu, ia tahu saat jungmin lahir ke dunia jungkook ada disaat jimin melahirkan namun dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Karena perbuatan putranya lah jungmin terlahir sebelum waktunya dan sebagai ayahnya, Namjoon tahu jika saat itu Jungkook sangat menyesal akan perbuatannya hingga hampir saja membuat jimin dan jungmin hampir tak tertolong.

NamJoon pun mengusap bahu jungkook dengan lembut. " Tetap saja kau harus yakin nak jika jimin dan putrimu akan baik-baik saja.

Jungkook pun menghela nafas. "Nde Appa, ah.. Appa bagaimana dengan Jungmin?"

"Tadi ibu mu membawanya pulang karena jungmin tertidur setelah lelah menangis. Jungmin sangat takut saat melihat ibunya kesakitan berakhir ia menangis sepanjang perjalanan ke rumah sakit."

"Jungmin memang tak pernah melihat jimin seperti itu. Jimin tak pernah menunjukkan tangisnya di depan jungmin saat mood swing nya datang." NamJoon menepuk bahu putranya.

"Sekarang berdo'a lah semoga jimin baik-baik saja."

"Nde Appa."

𝘿𝙧𝙖𝙥

𝘿𝙧𝙖𝙥

𝘿𝙧𝙖𝙥

"Jungkook!"

Jungkook yang sedang berbicara dengan NamJoon segera menoleh ke belakang nya. Seung gi tampak berlari dengan Seo joon kekasihnya yang mengikutinya di belakang menuju ke arahnya dengan tatapan khawatir.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Seung gi.

"Belum tahu hyung, sudah satu jam Jimin belum keluar dari ruangan itu. Dokter juga belum keluar."

"Hah.. Semoga jimin dan bayinya baik-baik saja." Ucap Seung gi tampak khawatir. Seo joon yang melihat Seung gi hampir menangis dengan segera menariknya kedalam pelukan dan mengusap punggungnya yang bergetar.

"Tenang sayang, jimin pasti baik-baik saja." Ucap Seo joon menenangkannya.

Setelah satu jam berikutnya, suara tangisan bayi terdengar menggema di dalam sana. Jungkook yang tadinya menunduk dengan tangan yang berada di belakang kepala kini beranjak dari duduknya dengan senyum lebarnya. Tak beda dengan Seung gi, pria itu pun berdiri dengan Seo joon yang masih setia berada di sampingnya. Tak berapa lama pintu ruangan di depan mereka pun terbuka. Dengan perasaan yang senang juga khawatir, jungkook pun segera menghampiri dokter yang baru saja keluar.

"Dokter, bagaimana? Apa mereka baik-baik saja?" Tanya jungkook tak sabaran.

Dokter itu pun tersenyum, "Selamat tuan, putri anda sudah lahir dan mereka berdua baik-baik saja."

"Hah.. Syukurlah!! Apa saya sudah bisa melihatnya?"

"Maaf kami masih akan memeriksa kondisi mereka terlebih dahulu dan setelah mereka di pindah ke ruangan rawat, anda baru bisa melihatnya. " Jungkook tampak kecewa namun, ia akan mencoba bersabar untuk bertemu dua orang tersayang nya.

***

Dengan mata berkaca-kaca, jungkook berjalan ke arah ranjang pesakitan dimana jimin tengah terbaring lemah dengan mata yang masih tertutup. Masih dalam pengaruh obat bius pasca operasi sesar. Jungkook menggenggam tangan mungil itu dengan air mata yang kini telah menetes di pipinya, dalam hati ia berkali-kali berucap syukur karena Tuhan telah melindungi jimin nya dan buah hatinya. Mengecup jemari mungil itu kemudian menunduk dan mengarahkan tangan istrinya ke keningnya sambil terisak. Sungguh rasa bahagia dan bersalah kini menyelimuti hatinya. Bahagia akan kondisi istri dan bayinya baik-baik saja dan merasa bersalah saat teringat masa lalu saat menyakiti sosok mungil yang kini menjadi istrinya 10 bulan yang lalu, saat melahirkan putra pertamanya dengan penuh perjuangan. Jungkook masih teringat saat jimin hampir tak tertolong karena kehabisan darah dan sebab dirinya yang telah melakukan hal gila hingga membuat jimin seperti itu.

"Unghh"

Terdengar lenguhan dari bibir jimin, membuat jungkook dengan cepat mendongakkan kepalanya untuk menatap jimin yang menggerakkan kepalanya perlahan.

Jungkook pun menghapus air matanya dengan cepat seraya ia beranjak berdiri untuk memperhatikan istrinya yang kini perlahan mengerjabkan matanya hingga terbuka. Masih dengan menggenggam tangan mungil jimin, jungkook tersenyum dan mengecup kening jimin sedikit lama.

𝘾𝙪𝙥

"Sayang?" Ucap jungkook yang kini memanggil jimin dengan lembut dengan satu tangannya yang bebas terulur untuk mengusap kepala jimin berkali-kali dengan lembut.

"K-kookie..." Lirih jimin terdengar serak.

"Ne sayang aku di sini." Ucap jungkook dan kembali mengecup punggung tangan jimin.

"B-baby? D-dimana baby?" Tanya jimin yang sudah terlihat berkaca-kaca dan terlihat khawatir.

"Ssstt.. Tenang sayang, kata dokter baby baik-baik saja dan sehat. Jadi kau tenang saja ne." Jungkook pun mengusap kepala jimin untuk menenangkannya. Namun jimin di buat mengerutkan kening mendengar jawaban dari suaminya.

"Kenapa dari dokter, apa Kookie belum melihatnya?"

Jungkook menggelengkan kepala dengan  tersenyum, "Belum sayang, aku ingin melihat baby bersamamu." Ucap jungkook sambil mengusap pipi jimin yang terasa lembut di tangannya dan jimin tampak memejamkan matanya menikmati usapan lembut itu dari suaminya.

"Terima kasih sayang, telah memberikan ku kembali malaikat kecil di tengah-tengah keluarga kecil kita. Aku begitu bahagia dan sedih karena membuatmu kembali berjuang antara hidup dan mati untuk kehadiran malaikat kecil kita." Ucap jungkook yang kini kembali menitikkan air matanya.

Jimin tersenyum bahagia saat melihat binar tulus pada netra sang suami. Kemudian tangannya yang masih terasa lemas perlahan terangkat untuk membelai rahang tegas suami tampannya.

"Kookie, itu semua sudah menjadi kodrat dari seorang ibu. Ia pasti rela berjuang demi anaknya meski harus menukar dengan nyawanya sekali pun. Karena anak adalah impian setiap pasangan yang membina rumah tangga. Tanpa adanya sosok anak, sebuah keluarga tak akan bisa lengkap dan aku sungguh beruntung Tuhan memberikan kelebihan ini padaku." Ucap jimin dengan senyum yang terukir cantik di bibirnya. Jungkook pun mengangguk dan kembali melayangkan kecupan di kening dan punggung tangan istrinya itu.

"Sekali lagi Terima kasih sayang dan maaf pernah menyia-nyiakan mu dan menyakitimu."

"Sst.. Tidak perlu mengungkitnya lagi Kookie. Lupakan masa lalu yang kelam dan kita hadapi dan nikmati masa ini. Masa dimana kebahagiaan yang akan selalu menemani perjalanan hidup kita dan dua malaikat kecil kita, hum.." Jungkook pun mengangguk dan tersenyum lebar.

"Ne, aku akan melupakannya dan akan menjalani hari-hari indah bersama kalian dengan penuh kebahagiaan. Aku juga berjanji akan menjadi suami serta ayah yang baik untuk kalian."

"Ne, Terima kasih Kookie."

"Hum. Saranghae, Jeon Jimin."

"Nado Saranghae, Jeon Jungkook."

𝙏𝘽𝘾