webnovel

Meeting up

Aku dalam perjalanan menuju tempat ku kembali memikirkan kejadian barusan, perihal gadis itu. Apakah benar ia adalah sosok asli dari Grimoire yang ku bawa ini? Bila benar apakah yang ia katakan itu nyata bila diriku sudah bisa menggunakan sihir destruktif? Terlalu banyak hal yang kupikirkan sampai diriku merasa enggan memutuskan apa yang akan kulakukan kedepannya.

"Albert?" suara familiar terdengar di telinga ku, saat menoleh diriku menangkap sosok Miria berjalan mendekati ku.

"Miria, tumben sekali kita bertemu. Apakah kau ada waktu luang?" aku mengatakan hal itu dengan asal, apa yang kulakukan?! Miria terlihat diam sejenak sebelum kemudian mengangguk.

"Boleh saja, kebetulan ada yang ingin kubahas dengan mu. Tidak apa apa?" Aku terkejut dengan apa yang dikatakan Miria, apakah ini berhubungan dengan Grimoire ini?

Beberapa menit kemudian, aku dan Miria sampai di sebuah Café. Kami duduk ditempat yang tersedia dan memesan Mocaccino serta Blue Mountain.

"Jadi Miria, apa yang ingin kau katakan?" Aku dari tadi masih penasaran apa yang ingin Miria sampai kan...

"Kau bisa sihir?"

Kenapa ia bisa tahu? Apakah karena Grimoire yang mencolok ini?

"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa menebaknya, itu karena aku bisa merasakan aliran sihir; anak muda sekarang yang terlalu banyak membaca novel ringan genre dunia lain menyebutnya 'Mana'. Dan menurut tebakan ku kau baru saja mempelajari sihir destruktif, apakah aku benar?" Apa yang ia katakan adalah benar, siapa sebenarnya Miria ini?

"Bagaimana kau bisa menduga semua ini?" Miria yang mendengar rasa terkejut ku pun tersenyum tipis.

"Buku itu Grimoire, aku awalnya ingin menghancurkan nya. Namun saat kau menyelamatkan ku dengan kekuatan yang diberikan Grimoire itu lewat dirimu sebagai perantara aku memutuskan untuk menyingkirkan Buku itu dari 'daftar pribadi' ku. Aku dulu pernah bertekat untuk membasmi seluruh Grimoire di muka bumi ini, namun perlahan tujuan ku teralihkan menuju sesuatu yang buruk. Saat ini aku menjadi guru suatu sekolah yang menampung Esper dan mendidik mereka agar meraih mimpi serta..." Ia terdiam sejenak, meminum kopi sejenak sebelum kemudian menyelesaikan apa yang ia akan katakan.

"...tidak menyimpang seperti diriku." Jujur, aku bingung kenapa ia menceritakan apa yang dialaminya di masa lalu setelah bisa menebak keahlian sihir ku. Tapi aku rasa Miria bukanlah orang jahat seperti yang ia ceritakan barusan, aku berpikir ia memiliki niat mulia namun tujuan nya teralihkan di tengah jalan.

"Miria, kau tak perlu merendahkan dirimu sendiri. Menurutku tujuan untuk melawan monster yang mengancam kemanusiaan sudah cukup mulia bagiku." Miria tertegun sejenak, lalu menatapku.

"Albert, menurutku apakah diriku masih bisa melanjutkan tujuan awal ku untuk melawan Grimoire?"

"Tentu saja, dilihat dari cara mu bisa mengetahui aliran sihir seseorang. Aku tahu bahwa kau memiliki kekuatan untuk melindungi apa yang kau lindungi. Pertanyaannya adalah, apakah kau memiliki seseorang yang ingin kau lindungi tak peduli apa yang kau korbankan?" Aku sedikit kebingungan apa yang kukatakan ini, namun aku ingin sedikit menekan sisi personal nya. Ia tak mungkin memiliki kekuatan bila tak memiliki motif tertentu.

"Aku hanya ingin melindungi agar orang yang kulindungi tidak memiliki nasib sama seperti ku. Seluruh orang yang ku sayang direbut oleh Grimoire sialan itu!" Miria menggertak gigi nya, lalu menatap ku dengan tatapan yang pernah aku lihat sebelumnya. Itu saat Mikoto Aisa menjelaskan alasannya untuk memburu Grimoire hingga tak tersisa akibat Insiden Kyoto beberapa tahun yang lalu, mungkin hampir satu dekade.

"Miria, maaf bila aku membuatmu mengingat hal yang menyakitkan. Aku sungguh tidak bermaks-" ucapan ku terhenti setelah Miria menempelkan telunjuknya ke bibir ku, lalu ia kembali tersenyum seraya mengatakan

"Tak apa, teringat sesuatu yang buruk karna seseorang bukanlah hal yang buruk daripada menutupi rasa pedih yang perlahan mengikis kewarasan."

-_-

Setelah menikmati Coffee Break, Miria mengajak ku menuju suatu tempat yaitu sebuah gudang terbengkalai. Ia lalu memunculkan pasak es yang melayang diatas telapak tangan nya.

"Ini kekuatan sihir yang ku punya, seseorang memberi tahu ku bahwa kemampuan ini disebut Icicle Gear. Selain pasak aku pun bisa membentuk hampir seluruh benda yang kubayangkan dalam bentuk es, contoh nya seperti ini..." Miria pun memunculkan Gada Es dan Perisai Es dalam genggaman nya, aku pun takjub melihatnya.

"Bisa seperti itu, apakah kau juga bisa membuat Baju Zirah?"

"Itu pun bisa, namun proteksi yang berlebihan membuat pergerakan ku menjadi lambat. Jadi aku jarang membayangkan Baju Zirah seperti itu, bisakah kau menyerang ku dengan kekuatan sihir yang kau miliki?" Sebentar, ia tak salah bicara kan?

"Itu sangat berbahaya, aku tak mau melakukan!"

"Tak apa, Perisai ini lebih kuat dari yang kau duga. Atau jangan-jangan kau itu penakut?" Ia meledekku, baiklah akan ku coba kekuatan ini.

"Kalau kau terluka jangan salahkan aku!" Perlahan aku membayangkan percikan listrik menggumpal di telapak tangan, lalu menghempaskan energi tersebut menuju arah Miria.

Sebuah bola listrik pun meluncur dan menghantam perisai Miria, menghasilkan ledakan kecil listrik seperti EMP.

"Sihir ini entah kenapa seperti kekuatan dari Mikoto Aisa. Biasanya terjadi bila kau mengetahui karakteristik seseorang dari atas ke bawah. Tapi kau memiliki potensi ini menurutku wajar karena Aisa sendiri mulai terkenal dan banyak video dirinya beraksi melawan Grimoire." Miria menjelaskan karakteristik sihir ku yang bisa mengonversi logika kekuatan esper dalam bentuk sihir, kalau begitu apakah aku bisa merapalkan sihir berdasarkan 'ide cerita' itu?

"Bisa seperti itu, jadi menurut mu aku bisa merapal sihir dengan elemen yang bisa kubayangkan?"

"Tentu saja. Kecuali satu yaitu sihir es... Kalaupun bisa itu hanya cukup untuk memperlambat mikroorganisme didalam daging agar tidak membusuk, bisa dibilang kulkas berjalan." Setelah mendengarkan Miria, aku merasa dada ku seperti tertusuk panah imajiner. Sakit sekali!

Entah kenapa tiba-tiba aku merasakan hal yang tidak enak, tak lama aku pun secara reflek menembakkan listrik ke arah Miria.

"Apa ya-" Dan mengenai sebuah boneka yang kukenali, dan kurasa ia pun juga mengenali musuh yang akan kita hadapi.

"Marionette..." sosok tersebut muncul dengan boneka-boneka di sekitar nya, raut wajahnya terlihat meledek.

"Kalian berdua ada disini, berarti rencana kami berjalan dengan lancar hahaha!" Rencana, apa yang ia maksud? Miria pun sama bingung nya, melenyapkan perisai & gada lalu mengeluarkan pistol dari balik saku nya.

"Aku tak tahu apa mau mu tapi kau melangkah di lantai yang salah, checkmate!"

"Checkmate? Seharusnya aku yang mengatakan hal itu. Kau sebagai guru seharusnya menjaga kedua murid kesayangan mu itu." Miria yang mendengarkan itu langsung menembakkan pistol kearah Marionette, namun dilindungi boneka boneka.

"Apa yang kau rencana kan kepada mereka?!" Terlihat ekspresi Miria yang marah, takut, serta kesal menyatu. Aku tak tahu siapa mereka yang ia maksud, tapi kurasa aku harus membantu.

"Ohh, Guru Dingin serta Penulis yang baru mempelajari sihir. Hibur lah aku sampai puas!!!" Para boneka berputar diantara aku dan Miria, bersiap menyerang.

To be continued...

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Firukocreators' thoughts