webnovel

Yayasan Abizar Muhari

Aku melihat dari dalam mobil begitu dia berhenti tepat di depan sebuah gerbang besar berwarna putih, disamping gerbang itu berdiri tiang palang yang bertuliskan YAYASAN PELITA ABIZAR MUHARI yang dari nama belakangnya saja sudah jelas menggambarkan kalau yayasan itu adalah milik ayahnya.

Apa maksud papah mengirimnya kesini ?

Sandrina diam beberapa saat, Dia hanya terus menatap gerbang itu dengan lekat sampai Ngadim menegur yang membuat dia kembali tersadar.

"Non Sandrina gak mau turun ?" tegur Asep setelah melihat Sandrina hanya diam memandang keluar jendela.

"Pak Asep nungguin saya kan sampai selesai ?"

"Iya Non, Bapak suruh saya nungguin non sandrina sampai selesai"

Tok… Tok…

Kami berdua sontak melihat kearah jendela mobil yang tiba-tiba di ketuk oleh orang tak di kenal yang memakai seragam satpam, wajahnya tersenyum yang membuat Sandrina berkerut bingung.

Asep menurunkan kaca jendela mobil. "Selamat pagi Pak Asep" ucap orang yang mengenakan seragam satpam.

Sandrina lagi-lagi hanya bisa diam mematung dengan raut penuh tanya apalagi saat Asep membalas sapaan dari satpam itu, keduanya tampak sudah akrab. Satpam itu memperhatikan kedalam mobil, melihat Sandrina penuh tanda tanya juga. "Pak Abizar nya tidak datang ?" tanyanya sambil melirik kearah Sandrina.

"Kebetulan Pak Abizar berhalangan hadir, hari ini di wakilkan oleh anaknya" jawab Asep dengan senyum canggung.

"Oh begitu, yasudah Pak Asep langsung masuk saja, sudah di tunggu sedaritadi"

"Baik, terimakasih"

Satpam itu berlalu untuk membukakan gerbang besar yang sedaritadi ditutup, mempersilahkan mobil kami masuk kearea parkir cukup luas, anehnya di tempat parkir itu tidak ada mobil selain mobil miliknya hanya ada motor yang terparkir rapih.

"Loh ini gimana sih ini. Katanya ada acara, tapi kok sepi banget ?" keluh Sandrina.

"Non Sandrina masuk saja dulu ya, mungkin acaranya ada di dalam" jawab Asep yang kini tengah sibuk memarkirkan mobil.

Beberapa orang tampak berjalan kearah mobil mereka yang membuat Sandrina semakin bingung. "Itu mereka ngapain jalan kesini ?!"

Asep mengabaikan pertanyaan Sandrina, dia langsung menekan salah satu tombol yang membuat pintu mobil itu terbuka secara otomatis. Sandrina semakin panik, jantungnya tiba-tiba berdegub kencang.

Ini sebenarnya gua mau diapain sih ?!

Gadis itu bergerak gelisah dalam duduknya, sesekali dia membenarkan surai panjang yang tergerai bergelombang, orang-orang asing itu semakin mendekat kearah mobil mereka.

"Selamat pagi ibu Sandrina, Saya Rahmi salah satu orang yang di percaya bapak Abizar untuk menjadi Kepala Yayasan Pelita Abizar Muhari dan ini beberapa staf dan guru-guru yang bekerja di yayasan ini"

Sandrina membalas uluran tangan wanita bernama Rahmi. "Saya Sandrina, putri Bapak Abizar"

"Mari Bu Sandrina, acara sudah di mulai"

Beberapa orang itu menyambut kedatangan Sandrina, mereka memberikan senyum ramah dan menyuruh gadis itu untuk segera turun dan bergabung dengan mereka, karena acara sudah dimulai dari setengah jam yang lalu.

Bagai sapi bolot yang di cucuk hidungnya, aku hanya bisa mengikuti langkah mereka yang entah membawaku kemana, sepanjang jalan aku baru menyadari kalau Yayasan ini adalah sebuah sekolah dan saat ini aku tengah berjalan di tengah lorong yang disamping kanan dan kiriku adalah ruang kelas.

Ini maksud Papah gua di suruh jadi guru ?

Aku baru tahu kalau ayahnya punya sisi yang mulia juga, bisa terpikir untuk membangun sebuah Yayasan pendidikan ini, apalagi sekolah ini sangat besar karena Ibu Rahmi menjelaskan kalau di sini terdapat SD, SMP, sampai SMA.

Tapi Gue kan jurusan Arsitektur, ngapain Papah nyuruh gue kerja di tempat yang gak ada nyambung-nyambungnya sama background pendidikan gue ? Ya kali gue di suruh ngajarin anak buat gambar bangun rumah atau gedung-gedung mewah, yang ada gue dikira guru kesinian lagi.

Wow!

Aku cuma bisa takjub melihat barisan manusia yang mengenakan seragam serba putih bagaikan hamparan awan di tengah aspal lapangan basket yang lebar dan luas, semua mata tiba-tiba melihat kearah kami.

Jujue sejujur-jujurnya ini adalah perdana dia disambut dengan orang sebanyak ini, rasanya seperti menjadi putri inggris untuk sesaat, meski jantungku semakin berdegub kencang tak beraturan.

"Mari kita sambut Ibu Sandrina sebagai wakil Bapak Abizar yang hari ini kebetulan berhalangan hadir, kepada Ibu Sandrina di persilahkan"

Hah ?! Mampus gue!

Jantung semakin berdebar, bulir-bulir keringat mulai membasahi sebagian wajahnya, suara riuh tepuk tangan membuat Dia semakin tidak percaya diri dan malu setengah mati. Tanpa aba-aba, tanpa dikasih tau apa yang harus di lakukan, tiba-tiba Dia di suruh maju kedepan. Apa-apaan ini!

Kalau maju kedepan pasti di suruh bicara atau paling buruknya pasti di suruh pidato, iya kan ?! Tapi masalahnya saat ini gue gak ada bahan pembicraan, bahkan sekarang saja gue gak tau ini ada acara apa. Geblek!

Terus sekarang gue harus apa ?!

Rasa ingin melarikan diri itu begitu besar, tapi Dia masih waras dan tau posisi ayahnya yang sangat penting, gak mungkin kalau dia melarikan diri ditengah lapangan lautan manusia, bisa-bisa saat dia pulang nanti dia di keluarkan dari kartu keluarga.

"Silahkan Ibu Sandrina"

Seorang wanita langsung menyodorkan sebuah Mic begitu Sandrina berdiri diatas panggung kecil yang ada di tengah lapangan, para guru termasuk Bu Rahmi berdiri dibelakangnya.

Aduh mati gue! mau ngomong apa ? Tenang Sandrina Tenang, semua pasti ada jalan keluarnya. Lo pasti bisa San, pasti bisa.

"Selamat Siang adik-adik saya Sandrina, pada Pagi ini kita telah berkumpul bersama-sama, menyaksikan calon-calon yang akan mungkin menjadi orang yang sukses suatu saat nanti, saya senang bisa bertemu adik-adik sekalian juga ibu dan bapak guru yang menjadi, sebagaimana dulu kalau kita tengok perjuangan orang-orang di jaman penjajahan dulu yang sulit untuk mendapatkan keadilan dan hak mereka yang mana salah satunya adalah hak belajar dan memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya…"

"Lah perasaan ini acara maulid nabi tapi kok pidatonya tentang penjajahan ya ?" ucap salah satu guru wanita yang berbisik disebelah rekannya sambil menahan tawa, bahkan saat melirik ke guru-guru yang berdiri juga sudah menunduk kepala menahan tawa medengar Sandrina yang saat ini masih berpidato.

"Mana pake bajunya udah kayak mau pergi ke kantor bukan pakai baju muslim haha"

Sandrina terus bicara di depan hampir setengah jam, beruntung sang MC acara kembali mengambil alih sebelum gadis itu bicara panjang lebar yang memakan waktu banyak untuk mendengarkan pidato yang sebenarnya Kurang cocok dengan tema acara hari ini.

Aku turun dari panggung itu dengan tepuk tangan yang mengiringi langkahku, bersamaan dengan itu akhirnya aku bisa bernafas lega karena sudah berhasil bicara tanpa kendala. Ternyata ilmu yang sering berorasi di depan umum saat unjuk rasa mahasiswa ada gunanya juga, untung saja.

Hampir satu jam mereka di suruh berdiri, cuaca semakin panas sampai akhirnya Rahmi selaku ketua sekaligus kepala sekolah memperbolehkan untuk anak-anak bubar ke kelas masing-masing karena acara selanjutnya akan di lanjutkan setelah sholat dzuhur. Sandrina dan guru-guru lainnya pun berjalan menuju ruang guru, Sandrina tampak sangat mencolok dengan dandanan dan juga pakaiannnya yang seratus delapan puluh drajat berbeda.

"Silahkan duduk Ibu Sandrina"

Gadis itu tersenyum sejenak dan duduk disebuah bangku dengan meja bundar yang mana membuat dia seperti sedang di kelilingi oleh seluruh guru-guru disekolah ini.

"Ya baik bapak dan ibu guru, karena sudah berkumpul maka langsung saja saya akan umumkan pesan dari bapak Abizar, tapi sebelumnya saya ingin perkenalkan secara resmi yang mana Ini adalah ibu Sandrina, beliau anak dari Bapak Abizar"

Sandrina pun kembali memperkenalkan diri di hadapan para guru dan satu persatu para guru juga ikut memperkenalkan diri mereka agar Sandrina bisa lebih mudah mengenal mereka semua.

"Selanjutnya saya ingin memberitahukan pesan yang Pak Abizar kalau Ibu Sandrina ini akan menggantikan Pak Abizar sebagai Ketua Yayasan Abizar Muhari yang baru"

WHAT ?!

Sebenarnya dari awal sudah punya feeling aneh, tapi gue gak nyangka kalau akan seabsrud ini, bisa-bisanya bokap gue dapat ilham buat jadiin gue sebagai pengganti ketua Yayasan.

Yaampu Papah Nyebelin Banget Sih!