5 -4- Sisters

Istanbul, Juni 2018

"Saya terima nikah dan kawinnya Villea Asyakilla Adrian binti Edwin Adrian dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"

"Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah..."

Thalita pun keluar dari video teaser cuplikan pernikahan Rayhan dan Villea yang bersliweran di feed explorer instagramnya. Masih saja banyak postingan video tersebut walau Thalita tak lagi memfollow IG Rayhan.

Thalita hanya meringkuk di atas sofa sembari menscroll ke bawah terus menerus pada feed explorer instagramnya tanpa Ia lihat- lihat. Ia ingin menangis namun hanya bisa menahannya. Di Istanbul, waktu baru menunjukal pukul 6 pagi lewat 10 dimana matahari baru terbit sekitar setengah jam yang lalu sedangkan kini waktu Jakarta menunjukan pukul 10 lewat 10. Thalita selepas sholat Subuh jam setengah 4 lewat pun tak kembali mapan tidur walaupun menunggu terbitnya matahari masih lama. Ia lanjut dengan mandi dan sarapan. Sarapannya hanya sereal gandum dengan buah berry saja. Thalita sendiri sudah terbiasa dengan banyak hidangan Turki karena Sang Ibu selalu membuat makanan Turki sejak Ia kecil sehingga makanan Turki sama sekali tidak asing di lidahnya namun ia lebih memilih sereal saja jika untuk sarapan ketimbang roti tawar dengan sup tomat yang menjadi hidangan umum di keluarga- keluarga Turki.

Tak lama, ada pesan masuk berupa pesan Whatssup. Thalita pun membuka pesan tersebut ternyata yang mengirimnya adalah Acha.

"Tata" tulis Acha yang mana Ia yang mengirimkan pesan terhadap Thalita.

"Iya Cha?"

"Tha, gue dapet amanah dari Rayhan kalo dia ngirimin lo email ke email lo yang thata_vip_gd@gmail.com."

Batin Thalita. Ray apa- apaan sih masih inget email alay gue yang alamatnya itu kenapa nggak yang thalita.aassegaf@gmail.com aja sik!

"Loh, kenapa bisa nyasar ke email gue yang itu emailnya Ray?" tanya Thalita kaget.

"Nggak tahu, Tha... yang jelas gue Cuma nyampein aja dari Ray!"

"OK!"

"Lo udah tahu kan Ray dah sah sama Ville?"

"Udah kok! Feed IG gue isinya Cuma nikahan Ray sama Ville aja sepanjang mata memandang!"

"Alhamdulillah kalo gitu... lo pasti udah move on kan?!"

"Iye... udahlah!"

"Sip! Kalo belum, lo wajib curhat sama gue ya Ta!"

Thalita hanya geleng- geleng aja melihat pesan dari Acha.

Tiba- tiba dari depan rumah terdengar suara gaduh ramai.

"Anne... Anne..."

Ternyata dua wanita bertinggi di atas 170 cm masuk ke dalam rumah, yang satu memiliki rambut blonde panjang sepunggung dan juga memakai dress pendek tanpa lengan yang berpotongan dada rendah berwarna putih, lalu waita yang satu lagi berambut coklat hazel panjang sedikit berombak yang digerai dan beberapa cm lebih tinggi, mengenakan rip jeans panjang namun dengan banyak robekan di bagian paha serta atasan tanktop hijau.

Nyonya Cansu, Ibu dari Thalita pun keluar kamar dan menyambut dua wanita yang baru datang tersebut. "Putri Anne akhirnya kembali lagi ke Istanbul!" ujar Cansu sembari memeluk kedua wanita tersebut.

Thalita ikut menghampiri kedua wanita yang baru datang tersebut.

Kedua wanita tersebut melihat ke arah Thalita dengan tatapan seakan- akan curiga. "Ini..." Salah seorang wanita menyipitkan matanya kepada Cansu.

"Evet (iya)... Ini putri Anne dari Indonesia yang Anne bilang akan datang kesini..." ujar Cansu sembari tersenyum kepada Thalita.

"Benim adim Thalita!" ujar Thalita memperkenalkan dirinya sembari mengulurkan tangannya ke arah dua wanita di depannya sembariq memasang tersenyum lebar.

"MasyaAllah... Cantik sekali ternyata yang bernama Thalita!" ujar seorang wanita yang berambut pirang tersembut sembari menyambar tangan Thalita. "Benim Adim Zeynep!"

"Zeynep Abla (Kaka) salam kenal...." Thalita tersenyum.

Wanita di sebelah Zeynep tak begitu ramah dan hanya memasang wajah curiga.

Zeynep menyenggol wanita tersebut dengan sikunya memperingati. "Dilan..."

Akhirnya wanita itu pun memperkenalkan dirinya. "Benim adim Dilan!" ujarnya memperkenalkan diri juga.

Thalita tersenyum. "Halo Dilan.... senang bisa berkenalan denganmu!" ujarnya sembari mengulurkan tangannya.

Dilan pun meraih tangan Thalita. "Semoga kau betah, Thalita Abla!"

Thalita mengeluarkan senyumannya. "Aku disini tak akan lama kok! Aku akan segera mencari apartemen untuk disewa setelahnya!" ujar Thalita.

"Allah.... Allah... Kau bicara apa sih? Anne sduah bilang kau bisa selama apapun tinggal disini?!" ujar Cansu.

"Benar, Thalita... kau anggap saja disini adalah rumahmu! Kudengar kau bekerja di Halloturk ya?" tanya Zeynep.

"Evet, Abla!" jawab Thalita.

"Wallah bagaimana caranya Abla bisa keterima bekera disana?! Susah sekali kerja disana! Warga negara Turki saja belum tentu bisa keterima!" ujar Dilan.

"Alhamdulillah mungkin sudah rejekinya saya bisa keterima kerja disana?!" ujar Thalita.

"Berapa gajinya?" tanya Zeynep.

"Kira- kira di atas empat ribu lira!" jawab Thalita tak ingin menjawab spesifik.

"Waw besar sekali.... sudah pasti kau akan hidup mewah! Apalagi kau bisa menyewa apartemen di sebelah Gedung Osezen!" ujar Zeynep.

"Bisa saja... tapi gajiku langsung habis dan tak bisa kutabung jika aku harus menyewa apartemen di daerah sana!" Thalita meringis.

"Abla, kau bisa lancar berbahasa Turki? Belajar darimana?" tanya Dilan penasaran.

"Anne... aku biasa dua bahasa sejak kecil, aku bahkan lahir di Konya! Sempat sampai usia tiga tahun di Konya bersama Anne dan Baba!"

"Lalu biasa menggunakan Bahasa Turki selalu?" tanya Dilan lagi.

"Evet! Aku sering berbasa Turki jika berkomunikasi dengan Anne sejak aku kecil! Tapi Babam (Ayahku) tidak terlalu fasih bahasa Turki, Babam lebih lancar Bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab saja! Anne kebetulan bisa 4 bahasa kan jadinya Indonesia, Turki, Rusia, dan Arab?!"

"Evet! Bagaimana bisa Anne lancar berbahasa sebanyak itu?!" Zeynep geleng- geleng.

"Oh iya aku bawa banyak merchandise dari Italia!" ujar Dilan.

"Senang sekali jalan- jalan ke Italia!" ujar Thalita.

"Abla, kau pasti bisa keliling Eropa begitu kau menginjakan kaki disini!" ujar Dilan angkuh.

"Mungkin..." ujar Thalita.

"Zeynep... kau cocok sekali dengan rambut pirang seperti itu!" puji Cansu.

"Tesekkur ederim (Terima kasih) Annem... Aku sudah seperti gadis- gadis Ukraina atau Rusia, kan?" tanya Zeynep.

"Sudah... kau tak kalah cantik dengan gadis- gadis Rusia itu kizim (anak perempuanku)!" ujar Cansu.

"Aku ada jadwal suntik putih juga besok!" ujar Zeynep. "Dilan akan menemaniku pergi ke klinik kecantikan besok!"

"Baguslah... Dilan, kau juga mau?" tanya Cansu.

"Tidak! Aku masih senang berkulit eksotis!" ujar Dilan yang pada kenyataannya memiliki kulit putih agak sedikit coklat. "Mungkin Thalita Abla mau ikut?" tanya menawari.

"Hayir (tidak)!" tolak Thalita sembari tersenyum tipis.

Thalita hanya geleng- geleng. Batinnya. Terobsesi sekali ingin terlihat blonde putih seperti gadis- gadis Rusia?!

**

Pemandangan tepi selat Bosphorus langsung terlihat dari Hotel Palace Bosphorus. Seorang Pria membuka jendela dari kamar hotelnya di lantai tujuh dan pemandangan indah lautan dan juga tak lupa jembatan Bosphorusnya yang menjadi penghubung antara Benua Eropa dan Asia dari Turki. Dari sekian luas daerah Turki hanya Provinsi Istanbul sajalah yang letaknya di Benua Eropa namun itu juga hanya sebagian Istanbul sedangkan sebagian Istanbul yang lain sudah masuk ke Benua Asia, lalu Provinsi lainnya berada di Benua Asia.

Pria tersebut mengancingkan kemejanya dan hanya memanangi pemandangan cantik selat Bosphorus.

Tiba- tiba gedgetnya berdering.

Pria tersebut pun meraih gadgetnya. Ia pun mengangkatnya. "Halo!"

"Furkan Bay (Tuan), Anda dimana? Gawat Tuan, ada masalah di kantor! Kau harus segera tiba di kantor!"

"Masalah apa maksudmu?"

"Seorang wanita mengaku- ngaku kekasih Anda dan mengatakan jika dia hamil anak anda berteriak- teriak di lobi dan memaksa untuk bertemu dengan Anda Tuan!" ujar Pria yang menelpon Furqan.

"Baiklah... aku kesana!" ujar Furkan sembari menutup teleponnya.

**

avataravatar
Next chapter