6 -5- Employee

Furqan pun tiba di kantornya yang berada di gedung pusat perkantoran Besiktas dimana jarak tempuhnya setengah jam dari Hotel Palace Bosphorus.

Ia langsung menghadapi wanita yang tengah berteriak- teriak di lobi gedung Halloturk. "Leyla..."

"Furqan..." Wanita dengan berpakaian dress lengan panjang ketat bunga- bunga hijau yang panjangnya tak sampai selutut dan dengan potongan belahan dada yang rendah tersebut memelototi Furqan. "Askim (cintaku)!"

"Kau mau apa ke kantorku?! Kau berani- beraninya membuatku malu!" Furqan pun langsung menarik wanita tersebut dan membawanya ke lantai atas yaitu ke ruangannya.

Sementara pada karyawan kantor pun hanya memandangi Furqan dan wanita tersebut sembari menggunjingkan keduanya.

Di antara para karyawan, ada Thalita yang merupakan karyawan baru di Halloturk yang matanya tak luput melihat keramaian tersebut.

Thalita bersama teman kantornya, Pelin Dogulu yang kebetulan sedang ada di lobi gedung, Pelin pun menggunjingkannya. "Thalita, itu yang namanya Tuan Furqan Atagul! Tampan bukan?!"

Thalita tak bia terlalu jelas melihat CEO Perusahaannya tersebut karena Pria tersebut terlalu cepat berlalu tanpa sempat Thalita lihat lebih jelas.

Thalita geleng- geleng. "Pelin, aku tak bisa lihat jelas bagaimana Furqan Bay?! Kupikir tampangnya sama dengan pria- pria Turki pada umumnya!"

Pelin geram. "Kau ini harus membedakan mana yang sangat tampan, mana yang tampannya biasa saja! Fuqan Bay jelas sangat tampan di atas rata- rata! Tingginya lihat? Lebih dari 190 cm, dengan proporsional tubuhnya yang seperti roti sobek, belum lagi wajahnya seperti patung mahakarya sempurna dan memiliki iris mata hijau! Ya ampun kau itu masak tak bisa lihat sih?!" keluhnya.

Thalita hanya bungkam saja. "Apanya yang super tampan? Patung mahakarya?" Ia pun bergidik.

"Kau ini kalau berhadapan dengan orangnya langsung, kujamin bisa terglepar karena melihat ketampanannya!"

"Evet... Hentikan! Lagipula, buat apa tampan tapi..." Thalita menghentikan kata- katanya.

"Apa?"

"pk!" jawab Thalita singkat.

"Apa itu pk?!"

Thalita menggunakan Bahasa Indonesia untuk menyebut istilah PK yang berarti Penjahat Kelamin. "Dia sudah membuat orang hamil dengan mudahnya?!"

"Sudahlah! Itu urusan dia dengan wanita itu! Lagipula namanya pasangan kekasih, tentu ada resikonya jika berhubungan, ya kalau benar hamil ya sudah biasa! Toh wanita itu juga beneran pernah dipacarai oleh Tuan Furqan?!"

"Kau fasih sekali semua gosip tentang Tuan Furqan?!" Thalita keheranan.

Pelin memandangi Thalita. Ia menyampirkan rambut blondenya yang terurai ke depan menjadi ke belakang. "Tentu aku tahu semua gosip yang beredar tentang Tuan Furqan dan juga wanita yang bernama Leyla itu?! Dia itu hanyalah mantannya Tuan Furqan yang terobsesi dengan Tuan Furqan!"

"Seram juga!"

"Tuan Furqan sudah putus dengan Leyla lama! Aku tak percaya dengan mulut sampah wanita itu! Dia pasti hanya ingin mencari sensasi saja ribut- ribut di kantor ini!" Pelin hanya geleng- geleng.

Thalita dalam hati. Mau seganteng apa juga yang namanya Tuan Furqan Atagul tetap bukan selera gue! Gue kalo bisa dapet Orang Indonesia asli, ga mau sama yang turunan Arab juga kaya yang Babeh pesenin! Au ah pusing gue mikirin cowok!

**

Sementara di ruangan Furqan, Ia berbicara empat mata dengan Leyla. Wanita berambut coklat kemerahan tersebut duduk di sofa bulu di ruangan Furqan sementara Furqan berdiri dengan menopang badannya ke meja kerjanya dengan menekan mejanya dengan kedua tangannya.

"Furqan... kau akhirnya mau bicara denganku?!" ujar Leyla.

Furqan mengerutkan dahinya. "Leyla... apa maumu? Aku tak mengerti mengapa kau masih saja belum bisa menerima dengan putusnya hubungan kita?!"

"Furqan askim... kita tak pernah putus! Kau bohong kan? Aku tak ingin kita putus?!" Leyla pun berdiri dari sofanya dan menghampiri Furqan sembari melingkarkan tangannya ke leher Furqan.

Furkan bergidik. "Lepaskan Leyla..."

"Tidak mau! Aku ingin kita balik seperti semula... hubungan kita!" paksa Leyla.

"Leyla... kau tahu kan jika aku tak mencintaimu lagi?! Buat apa memaksakan hubungan sepihak?! Kau berhak bahagia menemukan pria lain yang benar- benar akan mencintaimu!"

"Kau... Pria itu adalah Kau Furqan... Aku tak bisa hidup tanpamu!"

"Aku tak bisa memberikanmu kebahagiaan itu Leyla!" ujar Furqan menatap sendu mata Leyla.

"Bisa Furqan, kau pasti bisa! Hanya kau satu- satunya di dunia ini!"

"Leyla...." Furqan melepaskan tangan Leyla. "Annem... Dia tidak mungkin merestui hubungan kita!" ujarnya sembari menatap tajam Leyla. "Annem mungkin membebaskankuuntuk memilih wanita manapun yang aku mau yang akan kujadikan istri namun tetap saja bila Annem tak merestui, aku tak akan bisa bersama dengan wanita itu!" tegasnya.

Leyla mengecap dan memasang wajah kesal. "Aku janji akan berubah dan belajar attitude juga belajar menjadi seorang yang berpendidikan! Ijinkan aku dan berikan aku kesempatan sekali lagi!" Ia memohon.

Furqan menggeleng. "Leyla... yang jelas kini aku sudah tak punya rasa lagi kepadamu! Kumohon kau untuk melupakanku!" tegasnya. "Aku tak ingin kau membuang- buang waktumu untuk memikirkanku!"

PLAK!

Leyla menampar wajah Furqan. "Aku benci sekali kepadamu!"

Furkan tak berkutik dan diam saja tak membalas apapun.

Leyla pun menangis dan keluar dari ruangan Furqan begitu saja.

Begitu Leyla, keluar, Furkan pun buru- buru menelpon satpam. "HALO Security! Besok- besok jangan biarkan wanita itu dibolehkan masuk ke dalam kantor, mengerti?!"

Furqan pun menutup teleponnya dengan emosi.

**

Thalita pun ada di ruangan kerjanya, Ia berdampingan dengan Pelin di sebelah kirinya yang merupakan administrator dan ada Mustafa Erkin yang duduk di sebelah kanannya.

Tiba- tiba Mustafa mencoleknya. "Thalita!"

"Iya ada apa Mustafa Abi (Kakak)?"

"Aku rasa kau perlu ikut meeting dengan para client besok lusa!" ujarnya.

"Apa? Aku menghadapi customer?" Thalita pun terkejut. "Aku... masih dalam masa training bagaimana aku bertemu dengan client?"

"Tapi client kita ini Orang Korea dan dia pasti akan lebih nyaman berbicara dengan Bahasa Korea, kau yang menerjemahkan!" ujar Mustafa meyakinkan Thalita. "Tidak masalah kau baru disini!"

"Mustafa Abi.. aku tidak yakin..." ujar Thalita. Batinnya. Disini Gue dibayar sebagai IT Quality assurance bukan penerjemah, perusahaan sebesar ini masak nggak sanggup nyari penerjemah Korea buat klien?!

"Justru ini adalah kesempatan untuk kamu belajara Thalita! Kamu bisa lebih mengasah skill dan kemampuan kamu!" rayu Mustafa.

Mustafa pun menepuk bahu Thalita.

"Au..." Ia pun berteriak kesakitan. "Itu bahu kamu, kamu psang apa sih?!"

Thalita ikut terkejut. "Maaf ya Mustafa Abi... Ini saya pasang jarum pentul..." Ia pun melihat ke arah jarum pentul yang ia sematkan antara hijab dan outernya. Thalita pun hanya menyengir. "Itu ranjau Mustafa Abi!"

"Ah, pakai hijab yag benar lain kali Thalita! Lagian ngapain sih pakai hijab- hijab segala?! Cantikan juga dilepas!" ujar Mustafa.

Thalita pun mencoba menahan emosinya. Batinnya. Sabar, gue harus sabar... lo udah tahu kan konsekuensinya tinggal di negara kekuler kayak Turki itu bakal gimana? Udah Lu ga bisa nyalahin soal hijab, emang mereka pada ga ngerti soal hijab.

Pelin ikut menimpali. "Thalita, kalau aku jadi kamu ya ditawarin jadi translator begitu, aku mau aja! Sayangnya aku ga bisa Bahasa Korea, jadi apa boleh buat!"

Thalita pun menimbang- nimbang kembali.

"Thalita, ini kamu mendapatkan kesempatan emas loh!" ujar Mustafa.

Thalita mengangguk. "Baiklah... sebagai anak baru aku nurut saja!"

**

avataravatar
Next chapter