Aku menatap hujan dari balik kaca jendela, samar samar bayanganku muncul menyatu dengan percikan hujan di balik kaca. Bulirnya tak pernah berhenti, menetes bergantian seperti ujung mataku. Hujan di balik jendela, hujan tak kunjung reda mirip saatku berkedip lama dengan hela nafas yang panjang. Terasa sangat sesak, kalaupun berteriak tiada guna, sebab suara hujan tak mungkin lirih. Siapa yang sudi mengerti perasaan perempuan? Seperti rasanya madu yang katanya manis, namun pahit bagi perempuan. sebab tak ada seorang perempuanpun yang ingin di madu.
Platform penulisan WEBNOVEL-INKSTONE dapat mewujudkan impian kreatif Anda dan menghubungkan Anda dengan pembaca di seluruh dunia dengan kata-kata. Anda juga dapat mengakses https://inkstone.webnovel.com dan buat di PC.
coming soon