webnovel

Diriku Dilecehkan

Sekarang terhitung enam bulan setelah kejadian itu. Kejadian penyerangan oleh siluman-siluman anjing sialan itu. Aku melarikan diri bersama ayahanda dan Panglima Verrold di malam yang begitu gelap. Bahkan saat itu aku tidak dapat membedakan yang mana langit dan yang mana daratan.

Saat kami terdesak, Panglima Verrold menyuruhku memasuki pusaran angin yang berada di sebuah gua. Aku memasuki pusaran angin itu dan merasa tubuhku tertelan ke dalamnya. Begitu lama aku berputar-putar di udara dan ada lorong Hitam yang menelan tubuhku.

Ketika aku membuka mata, aku tiba-tiba sudah berada di Alam Fana. Aku berubah menjadi manusia hina. Manusia yang hanya diam saat seorang lelaki mesum menjamah tubuhku. Manusia bodoh yang tak berdaya hanya untuk melawan perlakuan-perlakuan tak senonoh setiap hari.

"Semakin hari kau semakin tampan saja, Sayang." Lelaki mesum ini mulai menggodaku, seperti pagi-pagi sebelumnya.

Tangan kekarnya mulai liar menjelajah tubuhku. Pertama, ia mengelus lembut pipiku, lalu semakin turun ke area yang tak seharusnya. Detik berikutnya ia menggelitiku tanpa tahu malu. Aku meronta, namun kekuatanku tak mampu melawannya.

Kuarahkan tanganku ke rambutnya yang cukup panjang. Dengan susah payah aku menarik rambut itu.

"Aw, sudah mulai nakal ya kamu sekarang, Kei-chan?" Lelaki ini kembali berucap sambil menyeringai. Dia benar-benar bajingan. Aku muak diperlakukan seperti ini. Aku rasanya ingin kabur, tapi tak kuasa.

"Aku mencium bau-bau menyengat di sini," gumamnya sambil menatap tajam ke arahku, "hohoho! Aku lupa belum melakukan rutinitas kita, Sayang."

Ia kembali tersenyum. Senyum yang sulit kuartikan. Tangan kekarnya kembali berada di atas tubuhku. Kali ini bukan sentuhan yang menggelikan, namun lebih parah dari itu. Ia mulai menanggalkan seluruh pakaianku. Satu per satu hingga tak ada sehelai benang pun menutupi tubuhku ini. Benar-benar kejam!

Kupalingkan wajah dari tatapannya. Aku muak jika melihat wajah yang mesum itu tersenyum seraya mengangkat tubuhku. Aku masih membeku. Tak dapat berucap maupun melawan. Aku terlalu lemah.

Kini aku hanya bisa pasrah saat tangannya mulai menggerayang seluruh tubuhku dengan lembut. Suaraku seolah tercekat di tenggorokan. Bibirku keluh. Aku memang manusia hina. Ini bukan salah takdir. Semua ini tak akan terjadi jika para siluman anjing itu tak menyerang istana kami.

Setelah kami melakukan kegiatan menjijikkan yang lelaki ini sebut rutinitas, ia kembali membaringkanku ke ranjang. Benar, rutinitas itu adalah memandikan tubuhku yang halus ini.

Kini, ia tepat di atas tubuhku. Kedua tangan dan lutut ia gunakan menopang tubuhnya. Detik berikutnya.

Chu~!

Kecupan menjijikkan kembali mendarat di pipiku. Bukan hanya pipi tapi juga kening, bibir, hidung. Tubuhku bergetar. Sepertinya aku tarik ucapan yang bilang tak akan menangis. Karena sesungguhnya saat ini aku---

"Oeeekkk!! Ta-ta eum. Oeeekkk!!" tangisku pecah pada akhirnya.

"Uthuthuthu~ gemesin banget sih," ucap lelaki mesum ini seraya kembali menciumi wajahku.

Aku meronta dalam dekapannya. Tangan dan kaki kuhentak-hentakkan. Namun, ia sama sekali tak peduli. Ingin sekali kuteriakkan kalimat, 'PAPA MESUM!!' Namun, yang bisa kuucapkan hanya, "Ooeeekkk! Ta-ta eum. Ta-ta eum!"

Ini kosakata yang bisa kuucapkan selain 'na-na, ma-am, thu-thu'. Semua bukan karena aku bisu atau memiliki kelainan authis. Memang apa yang kalian harapkan dari ucapan bayi berumur enam bulan, eum? Dan sialnya lagi, aku menjadi anak dari lelaki mesum dan bodoh ini.

Aku berada dalam tubuh bayi yang baru lahir. Jadi, selama enam bulan ini jiwaku terjebak dalam tubuh mungil tak berdaya ini.

Ini bukan karena aku meminum racun APTX 4869 seperti Shinichi. Semua ini karena penyihir kejam. Penyihir yang bernama Prissa, kekasihku. Sang kenangan yang coba untuk kulupakan. Seberapa kejam pun dia, entah kenapa aku sulit untuk membencinya.

Setelah Eva Tatsuya bekerja sama dengan para siluman anjing mengambil mutiara Hoshi no Tama yang tertanam dalam tubuhku, tubuhku menjadi lemah setelahnya. Panglima Verrold yang menyelamatkan dan menyembunyikanku dari serangan para inu, siluman anjing.

Mutiara itu adalah mutiara para Kitsune-- siluman rubah ekor sembilan. Ya, nama asliku adalah Althair Valfredo.

Eva Tatsuya merupakan penyihir tipe Alchemist-- penyihir yang jago membuat ramuan ajaib, obat maupun racun. Aku tidak tahu sejak kapan Eva Tatsuya bersama para Inu merencanakan penyerangan itu. Yang jelas, setelah Eva mencuri Hoshi no Tama milikku, kastilku tiba-tiba diserang oleh para inu, siluman anjing.

Pasukan itu dipimpin oleh Kentaro, si anjing suci. Aku yakin pasti Eva dan Kentaro sudah merencanakan ini dari awal.

Saat ini, Papa semakin gencar mencium dan menggelitikiku. Tidak tahukah dia kalau adegan ini sungguh menjijikkan?

"Oeekkk o oaaaa!! Na nan ti um au ai, Tata. Oeekkk," tangisku semakin menjadi.

Jika tak seperti ini, Papa akan terus melakukan hal konyol ini. Aku akan terus bertahan sampai aku dewasa. Sampai aku menjadi kuat, sehingga aku mampu mengambil mutiaraku kembali. Lalu, berubah kembali menjadi siluman rubah laki-laki dan menuntut balas pada mereka yang telah menghancurkan istanaku.

Bersambung ....

Next chapter