Setelah papa pergi ke tempat yang katanya sekolah tadi, aku diajak masuk oleh Bibi Minama. Aku diletakkan di kursi makan bayi, ketika Bibi tinggal untuk memasak atau membersihkan rumahnya, seperti biasanya.
Beliau memberiku sebuah mainan yang terbuat dari entah karet, entah apa ini namanya, aku tidak tahu. Yang jelas benda ini membuatku gemas hingga terus menggigitnya. Lagipula, akhir-akhir ini gigiku terasa gatal, mungkin akibat baru tumbuh.
Ah, aku jadi ingat kejadian beberapa minggu lalu. Aku menggigit jari tangan papa, saat papa mencoba menggodaku. Yang benar saja? Dia memberiku camilan, tapi tak langsung memberikannya. Dia malah memutar-mutarkannya di depan wajahku. Kurang kerjaan sekali bukan pemuda itu?
Ya, aku gigit saja jari papa saat mendekat ke bibirku. Sumpah, kesal sekali rasanya. Aku jadi rindu bermain bersama papa lagi.
Aku memukul wajahku sendiri dengan tangan mungil ini. Oh tidak! Bagaimana bisa aku sempat berpikir merindukan pemuda ceroboh itu tadi? Sial! Apa perlahan ingatanku semakin mengabur, ya? Aku semakin nyaman menjalani hari-hariku sebagai bayi yang penuh perjuangan ini.
Benar, ternyata menjadi bayi itu tidak semudah yang kalian bayangkan. Aku butuh perjuangan penuh menjalani kehidupan ini. Contohnya saja, tiga bulan yang lalu saat aku mencoba tengkurap, dan tidak dapat kembali. Rasanya itu, ada yang menindih punggung.
Waktu itu, aku sempat berpikir jika mungkin saja para inu, siluman anjing, mengetahui keberadaanku dan menginjak punggung kecil ini. Nyatanya, saat aku menoleh ke belakang, tak ada siapa pun di punggungku. Heran saja, kenapa susah sekali kembali telentang setelah tengkurap.
Dan yang anehnya lagi, pemuda yang mengaku sebagai papaku itu malah tertawa dengan kejam. Jika aku masih menjadi Althair, mungkin aku sudah menusukkan pedang hitamku ke mulut sialan itu. Berani sekali dia menertawakan bangsawan dari Ras Kitsune sepertiku. Kurang ajar sekali, bukan?
Huuft, tapi aku tidak dapat berbuat apa pun. Aku hanya bisa menangis hingga serak, baru papa mau membantuku untuk telentang. Tunggu saja pembalasanku, Pa!
Selain berjuang untuk tengkurap, aku juga harus berjuang untuk merangkak. Nah, kali ini jauh lebih sulit dari hanya tengkurap. Rasanya tubuhku terasa begitu berat, jadi aku sulit untuk menyangganya dengan tangan dan lutut rapuh ini.
Aku berkali-kali jatuh tersungkur saat mencoba bangkit untuk merangkak. Kegiatan merangkak itu, membuat telapak dan lututku menjadi lecet-lecet. Tanya apa yang dilakukan papa saat aku berusaha merangkak? Dia hanya menepuk-nepuk lantai dari jauh sambil berteriak, "Cepat, Kei! Merangkaklah ke arah papa!"
Enak saja dia berucap 'cepat!', belum tahu saja dia perjuanganku untuk hanya melakukan kegiatan merangkak.
"Kei-chan, aku sudah membuatkanku bubur, Sayang. Sekarang, makan dulu ya, Baby?" Bibi Minama berucap sambil membawa mangkuk dan mendekatkannya ke arahku.
Bibi Minama meniupnya beberapa kali, sebelum akhirnya menyodorkan sesendok kecil berisi bubur ke mulut mungilku. Ah iya, aku tahu wujudku yang memiliki bibir mungil ini karena papa sering sekali mengajakku bercermin bersama. Sungguh, wajahku masih sangat tampan meski dalam wujud bayi seperti ini.
Ketika sendok berisi bubur itu berada di depan mulut, aku refleks membuka mulutku. Aku langsung menelannya, karena papa tidak memberiku makan sejak pagi. Dia memang pelit dan tidak memperhatikan pertumbuhanku. Aku jadi kesal.
Ah, rasa dari bubur ini masih saja hambar di mulutku. Padahal, aku ingin sekali makan ayam panggang. Huwaakh! Rasanya aku ingin sekali berteriak. Sampai kapan penderitaanku ini akan berakhir?! Kapan aku cepat dewasanya?!
"Ah, pintar sekali kau, Sayang. Kau makan dengan begitu lahap, Kei-chan. Aku yakin kau akan cepat besar jika makan seperti ini terus." Bibi Minama berucap.
Aku tertawa kegirangan sambil memukul-mukulkan tanganku di kursi makan bayi ini. Benarkah yang bibi ini katakan? Apa aku sungguhan bisa cepat besar jika aku makan dengan banyak? Baiklah, aku akan makan dengan lahap mulai saat ini. Dengan begitu, aku akan tumbuh dengan cepat dan dapat segera membalas dendam pada para siluman anjing itu.
Ya, ini adalah janji Pangeran Althair dari Klan Valfredo golongan ras Kitsune, yang sayangnya saat ini berada dalam tubuh bayi lemah bernama Keisuke.
To be continued ....