25 CHAPTER XXV : PUTRI-PUTRI KECIL TAMAN EDEN

Membuka matanya perlahan dan tak lagi gadis bersurai perak itu menemukan pemandangan yang menyayat hati, ia tak pernah mengetahui bahwa sebuah tempat yang seharusnya suci dan menyilaukan terlilit dalam gelapnya kekejaman dunia. Namun ternyata sekalipun ditempat yang tampak bercahaya dan dipenuhi tawa, setitik kegelapan selalu ada tersembunyi dibalik binarnya.

Eve dan lucas baru saja kembali dari panti yang seharusnya menjadi 'eden' bagi gadis kecil yang bahkan tak jauh lebih beruntung dari mereka yang dianugerahi berada didunia dalam pelukan hangat malaikat dunia menyandang gelar ' orang tua'. Tak terkadang keberadaan mereka tidak diharapkan, beberapa diantaranya berusaha dilemparkan ke dalam jurang kematian. Namun Tuhan sangat menyayangi makhluk seperti manusia, keberuntungan menyelamatkan dan beberapa mengantarkannya pada kematian.

" Kenapa tadi kau hanya berdiam diri saja Lucas?" tanya Evelyna setengah berbisik setelah air matanya mengering masih menyisakan jejak basah dipipi pucatnya. Sosok mengerikan yang masih mendekapnya itu mengusap perlahan anak rambut perak gadisnya yang menghalangi pandangan iris zamrud kesukaannya.

" Aku sudah menjelaskan, bukan? kita hanya akan mengamati keadaan mereka agar dapat membantu menyelamatkan mereka nanti." Lucas mencoba memberikan pengertian perlahan berusaha menjaga ketenangan layaknya sosok seorang ayah yang memberikan penjelasan pada putri kecilnya.

Akhirnya Lucas membawa gadis bersurai perak itu menuju ranjang besar dengan empat tiang besar, menempatkan tubuh ramping dan rapuh tunangannya diatas ranjang kemudian menarik selimut melingkupi tubuh si gadis.

" Aku membawamu ke dalam kegelapan karena itu tak ada yang mengetahui bahkan menyadari keberadaan kita, coba pikirkan apa yang akan terjadi jika aku langsung meloncat dan menghancurkan kepala mereka satu persatu."

Eve terdiam sejenak otak cerdasnya itu berfikir sejenak dan menunduk lalu mengangguk pelan, " K-kau akan dihakimi atas tindakan tak berdasar."

" Terlebih dihadapan anak-anak dan manusia."

Sosok kepala tulang itu mengangguk-angguk lalu membawa sang gadis ke dalam pelukannya sekali lagi, membiarkan sang gadis bersandar pada tubuh besarnya dan terlelap tepat setelah ia berbisik menenangkan hingga mata Eve terasa berat dan mulai tertutup perlahan larut dalam aroma hujan, rerumputan bercampur dengan harum maskulin yang lain.

" Kita akan menyelamatkan mereka, aku janji." Begitulah bisikan terakhir yang Eve dengar tepat sebelum dirinya ditarik masuk menuju buaian dunia mimpi.

*****

Awal tahun biasanya diawali dengan beberapa hal baru dan baik yang terjadi mengawali hari atau hidup seseorang, namun bagi seorang pria bersurai hitam legam dan panjang itu pagi awal tahunnya penuh dengan sakit kepala tak berujung. Semalam tepatnya menjelang mentari kembali keperaduannya, seseorang menerobos masuk kamarnya mengganggu ketenangannya dalam alam mimpi.

Siapa lagi jika bukan sang kakak yang telah memberikan tugas baginya untuk sepagi ini memberikan laporan menuju istana melalui salah satu tangan kanan sang Ratu. Langkah sosok sang Tangan Kanan Duke Itu berjalan tenang saat memasuki ruangan salah satu mansion di daerah London Itu, jangan menanyakan bagaimana si Bungsu Asmodia Itu bisa secepat kilat tiba di London yang memiliki jarak cukup jauh.

Tujuan pria itu adalah salah satu kediaman milik seseorang 'penghubung' antara mereka dengan sang Ratu atau lebih tepatnya tangan kanan sang ratu. Erudian menutup tudung hitam miliknya kemudian meletakkan sebelah tangannya pada salah satu sisi bangunan mansion. Jika sang kakak adalah kegelapan dan dapat berbaur menjadi satu, maka ia adalah kehampaan yang akan selalau mengisi disetiap ruang kosong, cukup romantis bukan.

' Selamat pagi Tuan, mohon maaf atas kelancangan saya karena mengganggu waktu anda. Saya memiliki laporan darurat dari Duke Castiello.'

Hening melanda ruang kosong diantara mansion tak ada suara terdengar bahkan hembusan nafaspun tak ada seolah waktu tengah terhenti ditengah-tengah Erudian. Pria itu sendiri masih berdiri menghadap dinding dengan sorot dingin.

' Salah satu bangsawan telah mendirikan sebuah bar illegal yang berisi anak-anak dibawah umur menjadi budak pelacuran. Tidak hanya anak-anak, bangsawan ini juga memaksa biarawati melakukan hal yang sama.' Papar Erudian masih menghadap dinding sehingga pria itu tampak tengah berbicara satu arah tanpa ada siapapun. Tak berapa lama ia segera berbalik setelah sebuah suara menyahutnya sinis.

' Cabut saja ilalang itu, dia hanya mengotori taman Ratu dan Inggris. Benar-benar menjijikan.'

****

Menginjakkan kakinya disalah satu tempat laknat dimana takdir menjijikan yang lain membelit manusia-manusia dengan akar-akar penderitaan memancing desakan sejuta rasa sakit dan kemanusiaan membuncah dalam diri gadis bersurai perak itu. Iris zamrudnya memperhatikan satu-persatu sosok-sosok keil yang tengah bercengkrama seolah tak pernah terjadi apapun disetiap penghujung hari tiba.

Ya, hari ini ia dan Medusa kembali mengunjungi Panti Asuhan Eden guna menjalankan penyelidikan lebih lanjut serta mematangkan rencana 'penghabisan', ia sempat berdebat dengan sang Duke pasalnya pria itu tak ingin melepaskan dirinya untuk turun langsung menangani masalah yang bahkan sudah termasuk dalam ranah 'tugas'nya sebagai seorang bayang Britania Raya.

Meskipun sebenarnya pada akhirnya ia akan turut terjun dalam lumpur yang sama hanya saja Lucas berkeinginan menyiapkan gadis itu lebih matang sebelum menyandang gelar Duchess. Namun ia kalah, banyak yang mendukung keputusan gadisnya itu termasuk si Bungsu Asmodia.

" Semakin cepat kau melepasnya ke dunia nyata, ia tak akan terlalu terkejut melihat apa yang ada dihadapannya nanti." Begitulah timpal Erudian tiba-tiba mengambil dukungan untuk calon kakak iparnya itu. Erudian hanya memutar mata saat Lucas bertanya mengenai keanehan yang terjadi pada si bungsu. Alhasil, bukan hanya karena menyiapkan Evelyna menghadapi takdir lain saat menyandang gelar Duchess namun juga mereka hendak menggunakan kekuatan gadis itu yang kembali menunjukkan kemunculan penglihatannya yang lain ditengah perdebatan.

" Orang yang berada dibalik Eden adalah salah satu bangsawan Inggris dan memanfaatkan ini untuk menaiki tangga kejayaan."

Sehingga sang Duke membulatkan keputusannya, ia adalah seorang pemimpin dan ia tak hanya melindungi apa yang menjadi miliknya namun mereka yang berada dibawah naungannya, temasuk Asmodia dan Britania. Evelyna tersenyum meyakinkan karena gadis itu sendiri sangat menyadari apa yang akan ia hadapi nantinya.

Dan berakhirlah mereka kembali menginjakkan pada tempat ini, tak banyak yang mereka temukan karena para biarawati tak dapat membicarakan apapun. Bahkan setelah mereka dalam perlindungan Lucas mulut mereka seolah telah terjahit rapat. Eve memandang hamparan salju yang mulai menumpuk diluar Panti, otaknya berfikir mengingat apa yang telah diajarkan kakak-kakaknya mengenai dunia yang ia tempati sekarang. Sihir dan mantra atau bahkan setiap kemampuan yang bisa saja dimiliki makhyluk lain.

Irisnya melihat lurus kearah wanita yang tiba-tiba saja menemuinya dan hanya terdiam tersenyum. Suster Keyra bukanlah manusia, ia adalah seorang Succubus[1] yang berbaur dalam kehidupan normal 'manusia' bahkan menjadi Biarawati. Wanita berparas kelewat ayu itu memang akan membuat siapa saja tergoda dengan paras serta tubuh semampainya.

" Anak-anak itu sudah seperti putriku sendiri. Meskipun saya bukanlah seorang manusia terlebih ibu mereka namun saya benar-benar mencintai mereka." Tutur sang Biarawati membuka suaranya setelah terdiam selama hampir sepuluh menit. Eve dan Medusa masih mendengarkan perkataan si wanita.

Senyum hangat terukir diparas Keyra, ingatannya berputar balik teringat satu persatu momen dimana mereka bertemu hingga mencapai kebersamaan dengan rekan atau putri-putri kecilnya, " Saya menyetujui permintaan 'orang itu' saat ia menawarkan akan menyelamatkan kami semua yang hampir bertemu kematian. Membentuk sebuah panti asuhan yang dikelola oleh para wanita seperti kami."

" Seperti kami?" ulang Eve pelan merasa tak mengerti akan kalimat terakhir sang suster, Keyra mengangguk mengambil nafas sebelum melanjutkan ucapannya, " Kami adalah para pelacur yang mencari tempat berlindung dan meninggalkan hidup kami yang lalu."

Eve mengigit bibir nya kecil saat mengetahui hal lain yang tersembunyi lain dibalik sosok wanita dihadapannya, gadis itu sedikit terlonjak kaget saat memperhatikan sederet tulisan telah terukir ditangan wanita itu. Eve berdiri dan segera menggenggam kedua tangan Keyra yang sudah berlinang air mata. Medusa sendiri segera mencoba melepaskan mantra yang ada pada Succubus dihadapannya namun nihil, mereka terlambat mantra pengekang dalam dirinya telah aktif.

Sang suster tersenyum menggeleng pelan dan mengalihkan pandangannya melihat gadis-gadis kecilnya telah berdiri dibelakang tempatnya duduk mereka pun telah berlinangan air mata termasuk para rekannya yang telah bersimpuh menggeleng pelan.

" Nona, saya mohon tolong selamatkan mereka. Setelah saya melanggar mantra ini Baron Regulus Alger akan menyadarinya. Saya akan beritahukan apa yang saya ketahui sesingkat mungkin." Tambah Keyra dengan deretan tulisan hitam itu mencapai lehernya. Eve mengangguk cepat menggigit bibirnya kuat air matanya sendiri telah beranak sungai sejak tadi.

" Pertama Baron mempelajari mantra hitam dari seseorang yang sepertinya berasal dari kaum Asmodia, kedua selama saya melayani para tamu yang juga merupakan para bangsawan mereka kerap berbincang mengenai mempelajari hal yang sama dan beberapa kali mengatakan tentang tragedi besar."

Cairan merah kental telah mengalir melalui kedua pasang mata sang wanita yang telah berubah mata menjadi hitam pekat, retakan terjadi disepanjang kulitnya seolah kulit seputih susu itu terbuat dari kaca.

" Tolong sampaikan rasa terimakasih saya pada Tuanku, saya benar-benar bersyukur memiliki seorang pemimpin sepertinya. Saya mendoakan kebahagiaan kalian dari balik sisi dunia ini."

Terbakar, perlahan tangan yang berada dalam genggaman Eve berubah menjadi abu layaknya kertas yag menghitam karena dilalap api, wanita itu tersenyum hingga kedua iris legam miliknya menyipit tak terlihat.

" Saya titipkan putri-putri kecil saya, saya mohon ciptakanlah Eden yang sebenarnya bagi mereka." Tungkasnya lagi seiring dengan suaranya yang semakin terdengar seperti berbisik, lalu tangis serta jerit tertahan menggema diseluruh bangunan panti sesaat setelah seluruh tubuh sang Suster berubah menjadi abu menyisakan pakaian serta sebuah kalung miliknya.

Tak semua wanita harus melahirkan untuk menjadi seorang Ibu, gelar Ibu serta kasihnya akan tercipta dan terjalin pada siapapun yang mengasihi setiap anak sekalipun tanpa ada darah yang sama mengalir dalam dirinya.

[1] blis wanita yang gemar menggoda pria dan mengambil energi dari laki-laki untuk bertahan hidup hingga korban mereka kelelahan atau meninggal.melalui berhubungan badan

avataravatar
Next chapter