26 CHAPTER XXVI : JEJAK

Kehilangan serta perpisahan adalah dua hal yang tak pernah diharapkan siapapun untuk bersimpangan dalam jalan mereka. Tangis serta jerit penuh lara memekakan telinga memenuhi ruang, para manusia berkumpul membagi pilu akan kepergian seseorang yang telah berubah menjadi abu meninggalkan setumpuk pakaian putih dan hitam khas seorang Biarawati. Kepergiannya diiringi tangis putri kecil tersayangnya, jalan yang dipilih untuk menyelamatkan rekan serta anak asuhnya mempertemukan mereka dalam persimpangan perpisahan. Bahkan bagi gadis bersurai perak yang tak pernah mengenalnya, ia dapat merasakan sesak serta pilu dalam jiwanya. Lalu bagaimana dengan anak-anak yang menganggapnya sebagai sosok ibu?

Masih diliputi kesedihan mereka dihadapkan dengan sosok lain yang tiba-tiba muncul dan telah membuat bangunan panti dilalap lidah-lidah api yang segera menjalar. Sosok bertubuh kurus kerontang berkulit merah dan kedua tangannya menggenggam dua bilah pidang panjang berteriak layaknya orang gila. Medusa bersiaga dihadapan sang Nona yang masih bersimpuh memeluk setelan Keyra dan menggenggam kalung bertanda salib.

" Succubus bodoh, seharusnya ia mengetahui apa yang terjadi jika melawan mantra pengekang. Nah, karena Jalang ini gagal membawa para gadis menuju tempat Tuanku jadi akan aku ambil alih." Tukas makhluk tak jelas dihadapan mereka, Eve lagi-lagi hanya bisa menggigit bibirnya keras saat orang lain tengah berjuang keras bahkan mengorbankan nyawanya sendiri untuk melindungi seseorang. Medusa menarik lengan sang nona yang telah merobek bagian bawah gaunnya sehingga kini hanyalah setinggi paha.

" Apa yang akan anda lakukan?!" tanya wanita berambut ular itu saat melihat sang nona ternyata telah menyiapkan sebilah pedang didalam gaunnya, tak lupa sekotak belati yang ternyata terikat pada paha putih porselenenya.

Denting pedang yang baru saja keluar dari sarungnya terdengar, gadis itu mengambil kuda-kuda bersiap dengan sebelah tangan memegang beberapa belati sekaligus. " Bawa mereka pergi dari sini Medusa aku akan menghubungi kapten Eckart." Tukas Eve memberikan arahan pada abdinya. Medusa menggeleng tak ingin membiarkan nonanya menghadapi iblis rendahan seperti makhluk jadi-jadian dihadapan mereka.

" Ini perintah Medusa!" Tegas Eve lagi membuat Medusa berdecak sebal dan menghentakkan kakinya menimbulkan getaran keras dan lantai mencuat melontarkan sosok kurus tadi menuju dinding wanita itu melampiaskan kemarahan dan umpatan pada sosok merepotkan disana. " Saya akan kembali secepat mungkin Nona, tolong bertahanlah."

Evelyna menggenggam erat pedangnya ia melirik kalung salib yang ia lingkarkan pada lehernya. Selepas kejadian duel suci dan mengetahui takdirnya sebagai seorang Oracle, Eve memilih mempelajari mengenai mantra dan sihir dari Madelyn maupun Erden. Gadis itu memasang kuda-kuda saat tebasan demi tebasan datang. Dihadapannya hanyalah iblis yang bahkan bagi Lucas tak ada apa-apanya.

" Keyra itu memang bodoh, ia telah ditawarkam banyak hal dan justru memilih mengurus manusia lain yang sudah berulang kali menghancurkan hidupnya." Hardik si iblis kurus diiringi tawa nyaring dari suara cemprengnya.

Sebuah tebasan hampir saja mengenai kepala si gadis jika gadis itu tidak segera melakukan gerakan memutar dan melempar belatinya menahan bilah pedang yang lain. Melempar tendangan dan beberapa kali terkena serangan balik yang diterimanya, iatak bisa bergantung pada siapapun untuk menyelamatkannya terus meneurs. Lucas akan kesulitan jika ia hanya dilindungi lagi dan lagi, beban sang pria yang sudah ia simpan rapat akan semakin bertambah.

" Kalian seharusnya mengetahui seberapa bodoh Castiello memimpin hingga ia membiarkan kaumnya diinjak-injak seolah kami adalah sampah!"

Eve mengernyit tak mengerti akan ucapan iblis dihadapannya ini jika ia adalah Asmodia mengapa justru dirinya berkhianat pada Lucas, " Dia hanya menempati tempat yang ia tempati tidak dapat melakukan apapun bagi kami, Castielo lah yang sampah!!"

Tepat setelah iblis itu mengucapkan kata-kata itu, Eve menusuk kemudian menebas dari rahang si iblis dan menusuk nya lebih dalam menyebabkan darah segar mengucur diiringi erangan kesakitan sang ibli. Manik zamrud yang hangat itu menjadi penuh akan sorot benci dan dingin menyebabkan si iblis bergidik ngeri.

" Jangan pernah hina calon suamiku."

Lagi Eve melemparkan satu belati miliknya pada tangan kanan si iblis yang bebas hendak menebasnya, " Kau dan Tuanmu menghancurkan kehidupan anak-anak tak bersalah. Lalu apa masalahmu dengan keputusan suster Keyra?"

Tusukan Eve semakin dalam dan cengkramannya pada tangan kiri si iblis mengeluarkan bunyi patahan yang berasal dari tulang si iblis yang patah, " Tak ada seorang pun yang mengetahui perasaan serta apa saja yang telah dilakukan seseorang. Kau tak mengetahui apapun!" Eve menarik semakin panjang tebasan yang menyayat kian lebar hingga akhirnya cairan kental merah menyembur akibat lepasnya rahang si iblis yang tak lagi bergerak.

Nafas si gadis masih terengah, dadanya naik-turun tak beraturan. Ia dapat merasakan gemetar pada tangannya, ia menatap dingin onggokan tubuh yang tak lagi bergerak dibawahnya tertimpa reruntuhan bangunan dan mulai dilahap si merah.

" Kalian tak mengetahui apapun baik tentang Suster bahkan Lucas."

" Itu adalah harga yang kau terima jadi mati dan terimalah."Bisik gadis bersurai perak sembari menatap dari kejauhan bangunan didepannya, tangannya menggenggam erat kalung berbandul salib dan iris telaganya hanya menatap kosong menerawang jauh entah kemana.

****

Eve melangkah tergesa, ia tak peduli akan panggilan Medusa dan Eckart yang melarangnya untuk menuju tempat seseorang yang saat ini tengah bersama pria yang bernama Regulus, seharusnya. Ia tak perduli akan terpaan hawa dingin pada tubuhnya yang hampir membeku kedinginan. Gadis itu baru saja berteleportasi dengan Eckart yang disusul Abdinya itu saat sang Kapten dan pasukannya berhasil menyelamatkan anak-anak dan para Biarawati yang lain. Mereka tiba disebuah katerdal tua yanga ada dihutan persis seperti apa yang ia lihat dimimpinya, iris zamrudnya segera melihat kearah balkon dan ia dapat melihat sosok yang dicarinya sehingga si gadis segera mempercepat langkahnya sekalipun salju tebal menghalangi.

Nafasnya terengah-engah sewaktu tiba didalam katerdal, matanya memanas saat melihat seorang pria menuruni tubuh seorang pira gempal yang tampak telah babak belur dengan wajah penuh darah. Lucas terbelalak terkejut melihat penampilan berantakan gadisnya yang mengekspos kaki jenjang seputih saljunya karena gaun yang ia kenakan telah robek menyisakan sebatas paha saja.

Gadis bersurai perak itu melangkah tegas dan cepat lurus menuju tempat tunangannya itu berdiri, diluar dugaan siapapun gadis itu menendang perut sang Baron tanpa ragu membuat pria gempal itu terbatuk mengeluarkan seluruh isi perutmya. Lucas melepaskan cengkramannya pada kerah si pria gempal dan beralih memeluk tubuh gadisnya yang sudah bergetar hebat, ia dapat melihat kemarahan pada sepasang iris telaga itu.

" Biadab, berani sekali dia menghancurkan hidup anak-anak." Eve masih meronta hendak melepaskan diri dari pelukan pria dihadapannya, namun nihil kaki jenjangnya itu hanya menendang udara saja.

" Tenanglah Eve," Ujar sang Duke lembut, tangannya mengusap jejak air mata yang entah sejak kapan telah beranak sungai dipipi si gadis. Eve hanya menghentakkan kakinya kesal gadis itu bahkan melepaskan pedangnya dari sarungnya membuat Baron Regulus ketakutan setengah mati. Eckart kini tengah menahan tubuh si pria gempal agar tak berlari kemanapun, sementara Medusa tertawa lepas melihat tontonan yang sangat mengasyikan untuknya.

" Dia-dia sudah memasang mantra pengekang pada setiap anak dan Biarawati, bahkan ia mengirimkan iblis kontrak untuk menghabisi mereka semua saat Suster Keyra melanggar mantra itu untuk memberikan informasi." Seloroh Eve dengan nafas terputus-putus, manik zamrudnya beralih menatap Lucas penuh luka dan duka. Meskipun ini pilihannya ia masih tak dapat menerima apa yang dilakukannya pada seluruh penghuni panti.

" Baron mempelajari sihir hitam dan Keyra mendengar beberapa orang termasuk dirinya tengah menyiapkan sesuatu dan itu adalah tragedi besar." Lanjut Eve yang merasa dirinya tampak jauh lebih tenang. Lucas berdeham sebentar jadi semuanya mulai menampakkan jejaknya perlahan.

"Lucas!"

Jeritan Eve yang memanggil namanya membuat pria itu segera melompat menjauh dari tempat mereka, suara bedebm terdengar saat sang Kaptern Eckart baru saja terpental menghantam kerasnya dinding katerdal hingga terciptalah sebuah lubang besar disana.

Iris ruby Lucas menyala menatap dingin sosok lain yang baru saja tiba dan mengangkat tinggi tubuh Baron Regulus yang sudah meronta akibat cengkraman kuat pada lehernya. Pria bertudung hitam dengan wajah setengah tertutupi topeng, pria itulah yang baru saja melemparkan sang Kapten yang bahkan seharusnya memiliki kekuatan setara dengan dua hingga tiga kepala keluarga Asmodia.

" Maafkan aku ya Baron, aku tidak menyangka kau begitu bodoh hingga meninggalkan jejak seperti ini." Tukas sang pria bertopeng, tak lama tangan pucat si pria mematahkan leher tebal si pria gempal seolah setangkai bulu. Pria itu melemparkan tubuh tak bernyawa Regulus ke sembarang arah, dan setelahnya pria itu tiba-tiba saja telah berada dihadapan Lucas dengan senyum yang kelewat lebar.

" Oh, Duke astaga anda pasti sangat kecewa karena target mangsa anda baru saja tewas." Cetus si pria dengan ekspresi berpura-pura terkejut.

" Anda benar, coba tebak karena siapa?" timpal Lucas yang kini kian memeluk erat gadis dalam gendongannya membuat Eve segera menyembunyikan wajahnya dibalik ceruk leher sang Duke.

" Jangan dendam begitu, saya justru membuatnya semakin mudah bukan?" sanggah si pria yang masih berdiri disana, tenang tanpa ada rasa ketakutan atau gugup dalam dirinya.

" Baiklah, kalau begitu saya permisi. Jangan terlalu bekerja keras Duke, anda hanya mengisi tempat saja."

Langkah si pria terhenti saat dirinya hendak berbalik meninggalkan katerdal, " jaga baik-baik pengantinmu atau nanti dia akan lari bersama pria lain."

" Atau mungkin mati karena berbagi takdir kutukan denganmu."Tak berapa lama pria itu lenyap setelah tertawa sangat keras, Pria itu terdiam masih terpaku akan apa yang baru saja didengarnya. Hingga Eve menepuk pipinya pelan, gadisnya terssenyum masam lalu memeluk tubuh sang Duke. Eve tak mengerti apa yang dilakukannya akan membantu namun ia dapat merasakan bahwa Tunangannya itu sedang khawatir.

avataravatar
Next chapter