webnovel

His Secret Plan

Rafael adalah seorang pembunuh bayaran yg mendapat tugas untuk membunuh Myesha, istri dari pengusaha bernama Ezra Kalingga. Dengan bantuan Vania, Rafael akhirnya dapat menculik Myesha yang sedang mengandung itu. Bagaimanakah akhir hidup Myesha? Dapatkah Ezra menyelamatkan istrinya itu? Atau Rafael bergerak lebih cepat dari Ezra? Dan semenjak berurusan dengan Myesha, Rafael memiliki ketertarikan yang berlebihan terdapat wanita hamil. Genre : Romance, Family, Mystery, Crime.

anakecilucu · Teen
Not enough ratings
10 Chs

Chapter 2

Semua orang yang hanya mengetahui Myesha melalui berita pasti mengira kalau Myesha adalah orang kaya yang selalu hidup bergelimang harta tanpa harus memikirkan sulitnya hidup. Padahal kenyataannya Myesha selalu berusaha hidup sederhana. Dia tidak tinggal dalam rumah mewah penuh pelayan. Rumah yang ia tempati dengan suaminya hanyalah rumah sederhana berlantai dua dan hanya ada satu pembantu.

Suara senandung kecil terdengar dari arah dapur. Pembantu rumah tangga Myesha yang bernama Sarah hanya tersenyum kecil melihat majikannya yang masih asik dengan masakannya. Tak beberapa lama terdengar suara sapaan dari arah depan rumah. Sarah segera mengambil alih pekerjaan nyonyanya itu. "Sepertinya Tuan sudah pulang."

Myesha tersenyum ceria. "Kalau begitu kau lanjutkan ini ya, aku mau menyambut suamiku tercinta."

"Baik, Nyonya," sahut Sarah sambil terkikik geli melihat tingkah Myesha yang manja semenjak kehamilannya.

Mata Myesha segera dapat menangkap sosok suaminya yang sudah masuk ke dalam kamar. "Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanya Myesha sambil melepas dasi Ezra.

Bukannya menjawab, Ezra malah mengerutkan dahinya sambil mendesah kecil. "Aku sudah bilang padamu jangan berlari seperti tadi kan, Myesha? Bagaimana kalau kau jatuh?"

Myesha mengembungkan pipinya. "Dasar. Aku hanya terlalu gembira melihatmu."

"Hmm..." gumam Ezra sambil menarik pelan hidung Myesha. "Padahal hanya aku tinggal bekerja, tapi kau sangat merindukanku ya?"

Myesha mengangguk antusias kemudian tiba-tiba memeluk Ezra. Kepalanya ia sandarkan pada dada bidang Ezra. "Aku mencintaimu, Ezra," ucapnya tiba-tiba.

"Hahaha... mood ibu hamil memang sulit ditebak ya?" Ezra juga balas memeluk Myesha. "Aku juga mencintaimu, Sayang."

"Hei, bagaimana kabar jagoan kecilku?" tanya Ezra sembari melepas pelukannya. Ia kemudian berlutut agar kepalanya sejajar dengan perut sang istri. Dielusnya dengan lembut perut Myesha yang membuncit.

Myesha juga ikut mengelus perutnya sendiri. "Dia baik-baik saja, Ayah," sahut Myesha. "Aw!" ringis Myesha saat anak dalam perutnya menendang tiba-tiba.

"Waw, tendangannya keras sekali," ucap Ezra karena ia juga merasakannya. "Myesha, kau duduk saja dulu." Ezra kemudian membimbing Myesha agar duduk di atas tempat tidur.

Myesha menuruti permintaan suaminya kemudian duduk di atas tempat tidur dengan kepala bersandar pada kepala tempat tidur. "Jadi, bagaimana pekerjaanmu hari ini?"

Ezra bergumam tidak jelas sebelum akhirnya ikut duduk di atas tempat tidur bersama dengan Myesha. "Biasa saja. Akhirnya hari ini ada sekretaris baru yang menggantikan Dara."

"Benarkah? Bagaimana orangnya?" tanya Myesha antusias.

Ezra memejamkan matanya sambil berpikir. "Bagaimana ya? Entahlah. Aku baru pertama bertemu dengannya hari ini. Namanya Vania Keisya. Semoga saja pekerjaannya sebagus Dara," sahut Ezra. "Ngomong-ngomong kau mau kupijat? Biasanya ibu hamil sering pegal kan?"

Belum sempat Myesha menjawab, Ezra sudah mulai memijat kakinya. Myesha tersenyum bahagia sambil memperhatikan suaminya yang memijatnya dengan telaten. Rasanya sulit dipercaya kalau mereka menikah dulu karena dijodohkan. Bagi Myesha, Ezra adalah orang yang paling dicintainya di dunia ini setelah kedua orang tuanya.

Ezra tiba-tiba menghentikan pijatannya. "Kenapa memandangku seperti itu?"

Wajah Myesha seketika memerah. "Tidak kenapa-kenapa," sahutnya gugup. Myesha semakin gugup saat Ezra tiba-tiba mendekatinya dan mengecup bibirnya pelan.

Myesha terdiam sejenak karena terlena dengan kecupan Ezra. "Ah, benar, kau harus makan dulu. Eh? Mandi saja dulu, setelah itu makan malam, mengerti?"

"Dasar tukang pengalih pembicaraan," ucap Ezra sambil berjalan ke arah kamar mandi.

Kegiatan rutin seperti mandi dan makan malam terlewati begitu saja. Sarah sang asisten rumah tangga sudah pulang sejak tadi. Dan sekarang sudah jam sebelas malam, menyisakan Ezra dan Myesha yang sudah berada di tempat tidur tapi masih dalam keadaan terjaga.

"Kau belum mengantuk?" tanya Ezra sambil memeluk Myesha dari belakang.

Myesha tersenyum lembut merasakan tangan Ezra yang mengelus pelan perut buncitnya. "Tiga bulan lagi kita akan bertemu dengan anak kita. Aku sudah tidak sabar," ucap Myesha sambil ikut mengelus perutnya.

"Iya, aku juga," balas Ezra.

"Rasanya semua ini masih terasa seperti mimpi, Ezra," celetuk Myesha.

"Maksudmu?"

"Awalnya aku benar-benar benci dengan wasiat ayah yang menyuruhku untuk menikah denganmu," ujar Myesha. "Perjodohan di zaman seperti ini benar-benar tak masuk akal."

Ezra tersenyum jahil. "Jadi... kau menyesal menikah denganku?"

"TIDAK!" sahut Myesha cepat sambil berusaha menoleh ke arah Ezra. Ezra tak melewatkan kesempatan itu dengan mengecup bibir Myesha sekilas.

"Baguslah kalau begitu, karena aku juga tidak menyesal," sahut Ezra.

Wajah Myesha seketika memerah. "Aku bahkan merasa sangat diberkahi karena mendapat suami sepertimu. Terima kasih sudah mencintaiku, Ezra."

"Iya, sama-sama, Sayang," sahut Ezra dengan tangannya yang tiba-tiba masuk ke balik baju Myesha membuat tangannya dapat bersentuhan langsung dengan perut Myesha. "Dia bergerak."

"Huh!" Myesha memekik pelan. "Tendangannya selalu keras sekali setiap dielus olehmu."

Ezra tertawa kecil. "Mungkin dia tidak sabar bertemu dengan ayahnya."

Tiba-tiba sebuah ide jahil melintas di kepala Myesha. "Ez-Ezra," panggilnya gugup. "Kau tahu, dokter bilang kondisi kandunganku sudah stabil. Jadi kalau kau mau kau bisa..."

"Aku bisa bertemu dengan anakku sekarang? Begitu?" lanjut Ezra. Tangannya yang semula memutari perut Myesha kini beranjak naik dan mulai meremas payudara Myesha yang memang tidak tertutupi bra.

"Ahh hmm..." desah Myesha tanpa sadar. Mata Myesha memejam saat hasratnya mulai terangsang. Mulut Ezra juga tidak tinggal diam. Lidahnya sudah sejak tadi menjelajahi leher Myesha dan meninggalkan kecupan-kecupan nikmat di sana.

"Kau hanya perlu diam, Sayang, biar aku yang melakukan semuanya," bisik Ezra menggoda kemudian menjilat cuping telinga Myesha hingga membuat si empunya mendesah geli.

Kedua tangan Myesha terus memegangi bagian bawah perutnya sementara tangan Ezra sudah menarik celana dalam Myesha sejak tadi. Jari-jari Ezra mulai bermain di dalam vagina Myesha.

"Akh!" Myesha memekik pelan saat Ezra memasukkan tiga jari sekaligus. Jari-jari itu mulai keluar masuk dengan tempo sedang bahkan terkadang digerakkan dengan gerakkan zig-zag. "Ahh hmm..." desah kenikmatan mulai keluar dari bibir Myesha.

"Kau sempit sekali karena tidak pernah kumasuki," ucap Ezra vulgar sambil membuka celananya sendiri.

Masih dengan posisi Myesha yang membelakanginya, Ezra secara perlahan memasukkan penisnya ke dalam vagina Myesha. Dengan posisi seperti ini, tentu saja penis Ezra tak dapat masuk sepenuhnya.

"Sshh..." Myesha mendesis saat batang keras Ezra terasa memenuhi vaginanya. "Ayo bergerak," ucapnya tanpa sadar.

Ezra terkikik pelan. "Tentu, Sayang," sahut Ezra kemudian memulai pergerakannya. Mulanya memang dengan gerakan lambat tapi akhirnya gerakan itu semakin cepat.

"Akh! Akh! Akh! Ahh huh!" Tubuh Myesha tersentak-sentak menerima pergerakan Ezra. Sejenak ia sempat khawatir terhadap kandungannya tapi pikiran itu segera lenyap karena kenikmatan yang ia rasakan. Kedua tangannya mulai mencari-cari sesuatu untuk diremas.

"Aku... mau..." racau Myesha di sela desahannya. Matanya terus menutup berusaha menikmati gelombang kenikmatan yang akan ia rasakan. "Akhhh~" desah Myesha lantang.

Ezra tak tinggal diam, ia juga semakin mempercepat gerakannya. Kedua tangannya ia letakkan di bawah perut Myesha agar hentakkannya tidak menyakiti kandungan Myesha. Seperti kebiasaanya setiap klimaks, Ezra pasti meredam desahannya dengan mengigit leher Myesha. "Khh!"

"Huhh~" lenguh Myesha tanpa sadar saat sperma Ezra malewati lubang vaginanya.

Ezra tiba-tiba terkikik geli. "Nah, sekarang dia sudah bertemu dengan ayahnya," celetuk Ezra sambil mengelus perut Myesha.

Myesha juga ikut tertawa kecil. "Kau benar."

Lelaki bernama lengkap Ezra Putra Kalingga itu kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh bagian bawah mereka berdua. "Sekarang cepat tidur, Sayang," ajak Ezra dan kembali memeluk Myesha dari belakang.

"Mimpi indah, Ezra."