"Luc... Luc... Lucas...Hey Lucas apa kau mendengarku?"
Aku tersadar dari lamunanku ketika Danny memanggilku dengan menggoyangkan tubuhku.
"Oh.. sorry Danny, apa kau tadi mengatakan sesuatu?"
"My baby Lucas, ayolah... ini sudah ke-5 kalinya kau melamun hari ini, dan kau tau? ini baru jam 8, malam belum berakhir dan kau sudah melamun terus!"
"I'm so sorry Danny, I- I just..."
"It's alright baby, you don't need to tell me now, I always here for you" Danny mengedipkan matanya, dia adalah sahabatku satu-satunya. Danny seolah mengerti apa yang kufikirkan meskipun aku tidak mengatakan apapun, dia seperti cenayang.
Sejak kejadian di club aku jadi sering melamun, pria sialan itu terus muncul menghantui mimpi dan sadarku. Menyebalkan sekali. Aku belum mengatakan apapun tentang kejadian itu pada Danny, aku tak ingin membuatnya khawatir. Kepribadianku yang moody dan troublemaker ini sudah sering merepotkannya. Aku tak ingin membuatnya lebih khawatir lagi.
"Luc... baby... c'mon jangan melamun lagi, aku lelah harus menyadarkanmu terus"
"Aku tidak melamun Danny, aku hanya memikirkan sesuatu"
"Baiklah terserah kau, yang jelas sekarang jam istirahat kita sudah berakhir dan saatnya bekerja lagi, pelanggan yang lapar telah menunggu"
Aku mengangguk dan berdiri untuk segera menuju ruang makan yang telah penuh oleh pengunjung.
"Wait Luc"
"Kenapa Danny?"
"Apa aku terlihat cantik?"
"Tentu saja Danny, kau akan mendapatkan pria mapan dan tampan malam ini" aku mengedipkan mataku dan berjalan menuju dapur yang menghubungkan restauran dan locker room – tempat para pekerja beristirahat.
Aku bekerja disebuah restauran yang sangat terkenal di New York – The Moon. Namanya memang aneh untuk sebuah restauran tapi jangan salah, The Moon adalah salah satu dari 10 restauran terbaik di kota ini. Suasananya yang mewah dan nyaman membuat setiap pengunjung rela booking 1 minggu sebelumnya. The Moon memiliki daya tarik tersendiri, selain makanan yang kaya rasa kami menawarkan pelayanan terbaik dengan suasana yang membuat orang-orang mau memesan makanan mahal yang harganya tidak masuk akan bagiku.
Restauran ini terdiri dari dua ruang makan, main dining room dan second dining room. Main dining room adalah indoor room yang dihiasi karpet mahal dan lantai kayu berkilau. Telapak meja berwarna maroon dipadukan dengan bunga lilly yang berwarna putih terlihat sempurna, belum lagi lilin-lilin yang ada disetiap meja yang menambah kesan romantis siap memanjakan mata dan hati pengunjung yang datang. Setiap hari kami mengganti bunga yang menghiasi meja, terkadang bunga lily, mawar, dan jenis bunga lain yang tak kutahu namanya.
Second dining room adalah outdoor room, disini pengunjung bisa menikmati malam dengan melihat bintang dan bulan bertaburan dilangit. Outdoor room memiliki keistimewaan sendiri, vintage – itulah tema yang diangkat oleh designer ruangan ini. Selain dua ruangan tadi The Moon juga memiliki private room. Ruangan itu bisa ditata sesuai keinginan pengunjung. Terkadang seseorang akan melamar kekasihnya di restauran kami, dan para waiters sepertiku hanya bisa iri melihatnya.
"Selamat malam, saya akan mengantarkan ke meja anda" ucapku pada seorang pengunjung
"Teima kasih" jawabnya, seorang wanita dengan rambut panjang yang telah ditata rapi adalah pengunjung yang akan kuantar, kesan anggun mengelilingi wanita tersebut, tubuhnya yang seksi dibalut gaun berwarna hijau gelap, wajahnya terlihat cantik bahkan aku yang gay pun bisa mengatakan kalau dia cantik
'sugguh beruntung pria yang menjadi kekasihnya' ucapku dalam hati.
Wanita itu memesan wine terbaik kami, dengan gerakan slow dan anggun yang sudah kulatih selama 2 tahun disini kutuangkan wine itu ke dalam gelas.
"Apakah anda siap untuk memesan makanan sekarang?" tanyaku kemudian
"Tidak, aku sedang menunggu seseorang. Aku akan memesan setelah dia datang"
Suaranya sangat lembut, para pria – bukan aku, akan bertekuk lutut hanya dengan mendengar suaranya saja, aku meng-iya kan kemudian pergi untuk melayani pengunjung lain.
lima menit setelahnya aku melihat ada seorang pria yang menghampirinya, mereka bertukar kabar kemudia pria itu mengatakan sesuatu yang membuat wanita itu tersenyum sangat manis.
'sungguh pasangan yang serasi' meskipun aku tidak bisa melihat wajah pria itu tapi aku bisa merasakan kalau wanita itu terlihat bahagia dengan pria yang berada di depannya saat ini. Tak lama kemudian bel kecil yang ada di meja mereka berbunyi.
"Apakah ada yang bisa saya bantu nona?" tanyaku pada wanita tersebut
"Iya, aku siap memesan sekarang"
Kuberikan buku menu kepada mereka, ketika kuarahkan pandangan ku kepada pria ini aku terkejut, jantungku kembali berdetak seperti genderang perang. Dia... apa yang dia lakukan disini? apa dia mengikutiku? Ohh tidak, tidak mungkin. Ini adalah restauran terkenal, semua orang kaya akan kesini untuk makan, dia tidak kemari untuk menemuiku.
Tunggu.
Dia dan wanita ini... bisa kurasakan tanganku bergetar hanya dengan memikirkan kemungkinan yang ada, segera kusembunyikan ekspresi terkejutku dan kupasang senyum ramah seperti biasa.
"Silahkan tuan" bersyukur suaraku tidak terlihat mengerikan seperti suara detak jantungku, lelaki itu hanya menerima buku menu tanpa menoleh ke arahku.
Seharusnya aku lega, tapi perasaan apa ini? apa aku kecewa? kenapa aku harus kecewa? aku bahkan tidak mengenalnya, oke aku hanya tahu dia, tapi....
Setelah menuliskan pesanan mereka aku kembali ke dapur untuk memberikan note tadi kepada chef, pria itu masih tidak menoleh ke arahku. Danny yang entah datang dari mana tiba-tiba menariku ke sudut dapur,
"Lucas apa kau baik-baik saja?" tanyanya penuh kekhawatiran
"Apa maksudmu Danny? Tentu saja, memang apa yang bisa membuatku tidak baik-baik saja?"
"Luc... aku tahu, matamu mengatakan segalanya padaku, apa yang terjadi?"
"Danny ayolah, aku tidak apa-apa, memang ada apa dimataku?"
"Babby aku tahu, matamu akan berubah pucat ketika kau berbohong!"
Aku tahu dia tahu, Danny selalu tahu, mataku yang berwarna hijau ini akan terlihat pucat ketika berbohong, karena aku tidak suka berbohong, mataku mengatakan segalanya, sial.
"Danny please, jangan sekarang"
"Baiklah Luc, tapi kau harus janji jangan berfikir hal-hal buruk. Positive thinking. Okay?"
"Okay" jawabku singkat.
Positive thinking adalah satu dari sekian banyak hal yang tidak bisa kulakukan dan Danny tahu betul hal itu tapi, dia terus-menerus mengingatkanku agar aku tidak membahayakan diriku sendiri.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Ceklek
Pintu terbuka, dengan lunglai kuseret kakiku masuk kedalam apartemen kecilku. Meskipun kecil tapi aku punya segala yang kubutuhkan disini; dapur, kamar mandi, kamar tidur dan sebuah teddy bear besar di ranjangku. Aku membeli 'brownie' sekitar sebulan yang lalu, setelah mengumpulkan uang sisa kebutuhan hidup selama 1 tahun akhirnya aku bisa membeli teddy bear impianku, aku memilih brownie bukan tanpa alasan, dia mahal. Aku ingin yang terbaik, aku ingin dia tetap bersamaku meskipun setelah 10 tahun lamanya, jadi aku membeli teddy bear berkualitas agar tidak cepat rusak. Mungkin tidak masuk akal seorang laki-laki berumur 19 tahun memiliki teddy bear yang seukuran tubuhnya tapi aku tidak peduli, aku melakukan yang ingin kulakukan, termasuk menjadi gay, trouble maker dan diusir dari rumah.
Kujatuhkan tubuhku diatas kasur, brownie yang memenuhi setengah dari ranjangku terjatuh kelantai
"Brownie... sweetheart maafkan aku, aku menjatuhkanmu" kuambil brownie dari lantai kemudian kupeluk dia penuh kasih sayang. Kutenggelamkan kepalaku ditubuh brownie.
'aku lelah sekali hari ini'
Ingatanku melayang beberapa jam yang lalu saat aku melayani pengunjung yang tidak lain adalah Ashlan dan Kekasihnya. Kuperhatikan mereka meskipun diriku yang lain mengatakan untuk tidak memperhatikan tapi rasa penasaran telah menguasaiku. Wanita itu tersenyum sangat manis setiap kali Ashlan berbicara, matanya terus memandang Ashlan dengan penuh kekaguman. Tekadang dia akan berpura-pura makan tidak rapi sehingga meninggalkan bekas diujung bibirnya, dessert cake favoritku adalah senjatanya. Cream berwarna putih berada diujung bibirnya, Ashlan – tentu saja segera meletakkan tangannya dibibir wanita itu dan mengusap lembut bibirnya.
'fu*k' gerutuku dalam hati.
Setelah selesai makan mereka pergi, Ashlan melingkarkan tangannya ke pinggang wanita itu kemudian mereka berjalan beriringan meninggalkan restauran.
Dengan mengingat hal itu membuat diriku merasa tidak enak badan, kali ini bukan jantungku tapi sesuatu yang lain didalam diriku terasa sakit. Besok aku akan mengajak Danny ke dokter untuk memeriksakan kondisi kesehatanku.
Aku yakin 'aku sakit'.
What do you think? Jangan lupa supportnya ya~ Akii tunggu love, comment and review temen-temen semua ;D