webnovel

Chap 8

"Kang Husein!"

Alex memanggil kang Husein yang sedang duduk santai di pos satpam, padahal ini jam istirahat tapi kang Husein masih berada di gerbang sekolah menjaga dan membuka pintu untuk mobil atau kendaraan yang masuk. Memang hari ini banyak sekali tamu sekolah yang datang. Mereka semua membawa mobil yang sangat mewah, yang sepertinya adalah orang orang yang sangat penting bagi sekolah.

Mungkin saja sekolah ini baru aja mengadakan sebuah rapat komite.

Tidak usah kaget dengan kedatangan mereka, melihat murid muridnya yang membawa mobil mewah dan memakai barang branded sudah pasti mereka berasal dari keluarga yang terpandang.

"eh Den Alex, ngapain kesini? Kok engga kekantin bareng non Gebi?" tanya Kang Husein.

Sekarang adalah jam dua belas lewat lima menit yang menandakan jam pelajaran sudah berakhir dan siswa - siswa berhamburan ke kantin untuk mengisi perut mereka dan menghilangkan stress dari pelajaran mereka.

Ataupun mereka yang malas untuk pergi kekantin lebih memilih untuk membawa bekal makan di kelas mereka masing - masing. Adapun murid laki - laki yang menggunakan jam istirahat hanya untuk bermain basket di lapangan bersama dengan yang lain.

Berbeda dengan Alex dia lebih suka menghabiskan waktunya di pos satpam bersama kang Husein, bermain catur ataupun mengobrol. Kadang juga mereka juga sesekali merokok. Tentu saja mereka melakukannya sembunyi - sembunyi.

Alex lebih suka menghabiskan waktunya disini, baginya tak ada tempat yang lain tenang selain disini. Dia bisa tidur dengan tenang. Pos satpam ini memang dilengkapi sebuah kasur yang bisa untuk ditiduri. Itulah mengapa alesan juga sering datang kesini. Dia tidak akan bisa tidur dikelas yang sangat berisik.

Seperti biasa Alex langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur yang sangat empuk. Kang Husein sudah tidak heran dengan kelakuan Alex, dia juga tidak melaporkan ini pada Kepsek ataupun wali kelas, selagi mereka tidak ketahuan.

"Numpang tidur ya kang." ucap Alex.

Sebelum ia tidur, ia juga menaruh sebuah kotak bekal yang berisi sebuah makanan. Walaupun Alex anak yang berandalan dan suka berbuat sesuka hatinya, dia memiliki hati yang baik. Buktinya saja dia membawa makanan untuk kang Husein makan. Bukan hanya sekali atau dua kali, dia melakukan ini hampir setiap hari. Padahal kotak makanan itu disiapkan oleh ibunya untuknya makan saat jam istirahat.

"Waduh den, ini bener gapapa? kan saya jadi enak." canda kang Husein.

"Yaelah kang kaya sama siapa saja, makan aja kang saya udah kenyang kok."

Alex kemudian memejamkan matanya, dia hanya menutup matanya tidak berniat untuk tidur.

Karena sudah diizinkan oleh pemiliknya, kang Husein membuka bekal milik Alex. Kotak bekal makan itu berisi sebuah nugget dan ayam goreng serta Telor dadar. Tentu saja dengan nasi yang tercetak dengan indah.

Kang Husein mengambil sendok dan garpu kemudian memakan bekal itu, kebetulan sekali hari ini dia sangat lapar karena belum sarapan sejak pagi. Tadi pagi dia hanya menyeruput kopi hitam dan sebuah roti, cukup untuk mengisi tenaganya namun tetap saja tidak akan bertahan lama.

"Den saya makan ya?"ucap kang Husein bertanya kembali pada Alex, padahal makanan itu sudah ia masukan ke dalam mulutnya.

"Iya kang makan aja."

"Den." panggil kang Husein lagi.

"Apa lagi sih kang?"

"Ini benaran boleh saya makan?"

"Ya, Bolehlah kang. Lagian tuh makanan udah dimulut kang Husein gimana sih." ucap Alex sedikit kesal karena Kang Husein yang sangat cerewet.

"Den makan juga dong kali kali." tawar Kang Husein pada Alex.

"Engga ah, makasih."

"Yee gitu, kapan lagi coba bisa makan masakan ibu den Alex."

Sebenarnya alasan Alex memberi bekal makanannya karena dia tidak suka dengan bekal yang telah di siapkan oleh ibunya. Kang Husein sudah tahu kalau Alex sangat tidak menyukai ibunya itu.

Sejak kecil Alex selalu dimanjakan oleh ibu atau ayahnya, semua apa yang dia mau diberikan oleh kedua orang tuanya. Awalnya Alex merasa senang karena selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, tapi kelamaan lamaan kebahagiaan ini berubah.

Alex mempunyai seorang kakak, semenjak ia tubuh besar dan menjadi dewasa Alex suka sekali dibandingkan kakaknya yang sangat hebat itu. Kakak Alex yang bernama Jennifer adalah seorang Dokter

yang bekerja di rumah sakit yang terkenal, Ayah Alex selalu membandingkan dirinya dengan kakaknya yang mendapatkan sebuah beasiswa dan bekerja di sebuah perusahaan ternama. Sedangkan aku hanya siswa dengan peringkat terakhir yang tidak tahu harus melanjutkan jenjang pendidikan kemana. Mau itu kuliah ataupun bekerja. Alex tidak tahu.

Kini dia terjebak di sebuah zona yang disebut dengan masa Dewasa, dia harus merasakan gimana susahnya untuk bertahan hidup dan mencari jati dirinya.

Selama Alex bersekolah, dia hanya berenang dan bermain futsal. Sudah beberapa kali Alex mendapatkan penghargaan atas kemenangan dalam ikuti lomba olimpiade berenang. Dia sangat ahli dalam menggunakan fisiknya namun dia sangat payah dalam bidang Akademik. Dia sama sekali tidak suka belajar. Memang setiap orang diberikan sebuah kelebihan dan kekurangan yang adil.

Kedua orang tua Alex tidak menyukai Alex menjadi seorang atlet atau semacamnya, mereka semua ingin Alex menjadi seorang dokter seperti kakaknya. Penghargaan apapun yang Alex dapatkan dari kejuaraan jika itu bukan soal nilai pelajaran yang bisa membuatnya masuk kedokteran, orang tua Alex tidak akan peduli tepatnya Ayah Alex.

Saat Ayah Alex memarahinya, Jennifer selalu membela Alex. Namun apa yang di lihat Alex berbeda, kakaknya Alex hanyalah mencari perhatian pada ayahnya dan itu membuat dirinya semakin membenci kakaknya.

"Udah kang, makan aja." ucap Alex.

Setelah itu kang Husein tidak bertanya banyak hal lagi.Kang Husein menyuapkan sendok terakhirnya ke dalam mulutnya hingga akhirnya bekal makanan itu sudah habis tak menyisakan nasi sedikitpun.

Dia membawa kotak bekal makanan itu kebelakang pos satpam, kang Husein lalu mencuci kotak makanan di kran air yang menyala.

Umur kang Husein tidak jauh berbeda dengan Alex, mungkin 2 tahun lebih tua dari Alex. Diusianya yang terbilang masih muda, dia sudah bekerja sebagai penjaga sekolah menggantikan ayahnya yang sudah sakit - sakitan.

Kang Husein terlahir di keluarga yang bisa dibilang miskin. Dia tinggal di sebuah rumah kayu yang tidak jauh dari sekolah, karena dekat dengan sekolah mereka memberikan pekerjaan pada kang Husein.

Walaupun sekolah Alex itu jauh dari pemukiman, namun masih ada sebuah desa yang ditinggali orang. Biasanya mereka bekerja di sawah ataupun mencari kayu atau getah hutan untuk dijual dan dikirim ke kota menggunakan motor Supra milik salah satu warga desa.

Kang Husein ini salah satu warga yang sangat pekerja keras. Kehidupannya yang sulit tidak membuat dirinya menyerah dengan keadaan, dia terus mencari cara agar dirinya dan keluarganya bisa bertahan hidup. Setiap kali bertemu dengan kang Husein menjaga gerbang sekolah, tak ada raut wajahnya yang menunjukkan dirinya kesusahan. Dia selalu tersenyum seperti tak ada masalah.

Padahal Alex tahu kalau ayahnya yang sudah berumur hampir berkepala 6 itu sedang sakit sakitan dan perlu duit untuk operasi. Sedangkan ibu kang Husein sudah lebih dulu meninggal dunia karena tergigit ular beracun hingga akhirnya tak terselamatkan.

Itulah mengapa Alex sangat salut dengan semangat kang Husein, dia tidak peduli dengan semua harta kaya raya ataupun kondisi hidupnya. Yang penting dia bisa hidup bebas dan bisa mencari makan untuk mereka bertahan hidup.

Semakin lama mata Alex terasa berat untuk dibuka hingga akhirnya dia benar - benar tertidur dan terakhir kali dengan apa yang dia lihat adalah sosok kang Husein yang tersenyum.