webnovel

Chap 7

"Gara gara Siska? memang sebenarnya apa yang terjadi?! Bisakah kau jelaskan padaku?" Alex mulai kesal karena Kang Husein terus berputar - putar dengan omongannya, membuat Alex semakin bingung apa yang sebenarnya terjadi.

Namun Alex mengingat sesuatu yang Gebi katakan di telepon. "Kang sebenarnya apa yang terjadi? Gebi sempat mengatakan padaku kalau mereka semua melakukan sesuatu yang tidak biasa disini."

"Saya juga tidak tahu, namun saat saya ingin menyuruh anak - anak segera pulang, mereka semua sedang melakukan sebuah permainan seperti jelangkung namun mereka memakai sebuah patung tapi saya tidak tahu patung apa itu," Kang Husein berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya dan melanjutkan kembali ceritanya.

"Yang saya dengar sebelum terjadi kekacauan, Siska berteriak 'Badarawuhi' dan patung itu tiba tiba bergerak dan menusuk salah satu anggota OSIS yaitu Albert. Semua orang berlari saat melihat penusukan tersebut, saat saya mulai sadar sebuah pisau terlempar ke arah saya Untung saja pisau itu meleset dan hanya mengenai lengan saya. Aku melihat Albert bangkit dan membunuh calon anggota siswa OSIS yang baru. Saya yang panik akhirnya berlari dan bersembunyi hingga akhirnya saya menemukan kamu disini."

Alex mendengarkan penjelasan Kang Husein tidak percaya, semua yang diceritakan kang Husein benar benar tidak masuk akal. Namun melihat kondisi sekolah yang sangat menyeramkan ini, membuat Alex bingung harus percaya atau tidak. Pasalnya dia baru saja melihat kejadian yang sangat mengerikan dengan kedua matanya sendiri.

"Mulai sekarang terserah den Alex mau percaya atau tidak, untuk saat ini kita keluar dari sini da menghentikan permain yang gila ini!"

Alex tidak bisa mengatakan apa apa, dia menunggu kang Husein memberikan penjelasan lagi. Mungkin dia salah mendengar karena suara hujan yang sangat deras atau mungkin Edward, Gebi atau yang lainnya akan datang dan menertawai reaksi ketakutan yang mengingat dirinya tidak percaya dengan hal seperti ini.

Namun semua itu tidak terjadi apa - apa.

Alex terus berlari mengikuti kang Husein, dia sambil mencerna dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Kang Husein Barusan.

Kami berdua berlari melewati Gerbang TK dan taman, tak ada satupun seseorang yang mencurigakan dan mengejar kami. Kang Husein mencoba membuka gerbang yang padahal barusan tidak terkunci sama sekali.

"Kang, Bagaimana dengan Gebi? apa kau melihatnya?" tanyaku yang baru saja mengingat tujuan ku datang kesini.

"Saya tidak tahu! Seharusnya mereka semua sedang bersembunyi sekarang, seperti hal yang ku lakukan barusan."

"Memangnya bersembunyi dari siapa?"

"Bukannya aku sudah menceritakan semuanya padamu, Badarawuhi, orang orang yang tertangkap dan menjadi pengikutnya." Kang Husein menjelaskan lagi sambil terus fokus membuka pintu gerbang yang terkunci.

Namun mata ku terfokus kepada semak semak yang bergerak sendiri dan terdengar suara seseorang yang sedang bersembunyi dibalik semak. Walaupun hujan, Alex masih terdengar suara semak semak itu bergesekan dengan sesuatu. Alex mencoba berpikir positif barangkali hanyalah seekor rusa atau semacamnya yang sedang berteduh karena hujan, memang tak jauh dari sekolah Alex terdapat sebuah hutan yang cukup luas dan taman ini dijadikan tempat untuk murid bersantai ataupun melakukan eksperimennya.

"Astaga, kenapa gerbang ini tidak bisa dibuka!" Kang Husein nampak kesal karena pintu gerbangnya tak kunjung terbuka, dia sudah mencoba kunci yang dia miliki namun semuanya tidak bisa. Padahal sebelum datang kesini, gerbang ini tidak terkunci dan terbuka begitu saja.

"Itu mustahil, sebelum aku kesini gerbang ini masih terbuka." protes Alex.

"Ini pasti ulah dia."

"Dia? Dia siapa maksudmu?" Tanya Alex kebingungan. Karena sebelum dia masuk kesini tidak ada siapa siapapun yang berada disini.

"Makhluk yang mengejar kita, Badaruwuhi."

"Badawuruhi? Sebenarnya dia itu siapa? makhluk seperti apa dia?"

"Saya juga tidak tahu, yang jelas dia adalah sosok yang dipanggil oleh Siska saat ritual itu, sosok patung yang menyerupai seorang wanita berwujud ular. Dia bergerak dan membunuh semua orang, menjadikan mereka sebagai pengikutnya. Saya sudah menceritakan ini kepadamu berulang kali!" Kang Husein sudah habis kesabaran, dia meluapkan kemarahannya. Suasana semakin hening hanya ada suara rintik hujan yang menghiasi suasana suram ini.

Sepertinya ini memang serius, Alex kemudian membalikkan badannya untuk menjernihkan pikirannya. Dia percaya dengan ucapan kang Husein, dia sendiri yang melihat apa yang telah terjadi padanya setelah memasuki sekolahan ini. Namun Alex tidak menyangka bisa segila ini.

"Lebih baik sekarang kita mencari meja, atau bangku atau sesuatu yang bisa gunakan untuk memanjat gerbang ini." ucap Kang Husein yang sepertinya amarahnya sudah mereda.

Alex melihat lihat sekitar sudut sekolah, barangkali dia menemukan sesuatu yang bisa ia gunakan. Tiba - tiba saja dia teringat dengan tangga yang berada di belakang pos satpam.

"Kang, tangga yang di belakang pos masih ada?"

"Oh iya, Masih ada!"

Kami buru buru kebelakang pos satpam yang tak jauh dari pintu gerbang, dan bener saja ada tangga kayu yang biasa digunakan untuk membetulkan genteng yang bocor namun sayangnya ada bagian pijakan yang sudah rapuh, mungkin karena sudah terlalu lama digunakan dan di biarkan kepanasan dan kehujanan.

Kang Husein membawa tangga kayu itu sendirian, Alex terdiam saat melihat sebuah cahaya dari balik semak semak yang tak jauh darinya seperti sepasang mata yang sedang bersembunyi dan melihat kearahnya. Alex mencoba menyorot senternya ke semak semak itu tapi masih belum terlihat apa itu. Ketika ingin mendekat memastikan suara kang Husein yang memanggil Alex memutuskan niat Alex.

Ia segera menghampiri kang Husein yang sudah menaruh tangganya di depan gerbang.

"Ayo Lex naik."

Namun Alex masih ragu, "Apa kita benar - benar harus meninggalkan semua?" Alex bertanya kembali, hatinya tidak tenang karena belum menemukan keberadaan Gebi. Dia mencoba kembali menelepon Gebi namun hasilnya tetap sama, tidak ada sinyal.

"Tenang saja, mereka semua pasti aman. Sekarang mereka pasti sedang bersembunyi di suatu tempat. Sebaiknya kita harus cepat keluar dan mencari bantuan." Apa yang dikatakan kang Husein ada benarnya.

Tapi dia masih saja belum tenang, dia yakin sekarang Gebi sedang ketakutan dan menunggu dirinya datang.

"Kang, aku akan tetap disini untuk mencari Gebi dan yang lainnya!" Alex setengah berteriak karena suara hujan yang semakin deras.

"Kau yakin?"

"Aku yakin kang, barusan aku melihat cahaya seperti mata yang melihat ku dibalik semak semak, sepertinya itu Gebi atau yang lainnya yang sedang bersembunyi." Alex sangat yakin sekali kalau itu teman temannya yang sedang bersembunyi.

"Terserah kau saja," ucap Kang Husein.

"Aku berjanji akan kembali dengan membawa Gebi dan yang lainnya."

Kang Husein mengangkat kakinya menaiki tangga, berulang kali ia tergelincir karena hujan mengguyur tangga membuatnya menjadi licin. Aku memegangi tangganya dari bawah agar tidak terjatuh.

Pada akhirnya kang Husein berhasil naik hingga paling ujung tangga, dia berhenti dan mengatakan sesuatu pada Alex.

"Alex, saya meminta maaf karena sudah membentakmu barusan," ucap kang Husein dengan setengah berteriak di balik derasnya hujan, namun Alex masih bisa mendengarnya.

"Saya berjanji akan datang kembali dan membawa bala bantuan! Saya tidak akan meninggalkan kalian sendirian." lanjut Kang Husein. Kemudian meneruskan kembali hingga sedikit lagi dia berhasil keluar dari gerbang ini.

Kang Husein melompat keluar gerbang dan mendarat di luar sisi lain gerbang, cukup tinggi namun kang Husein masih bisa tetap berdiri.

"Kau tidak apa - apa kang?" tanyaku.

Kang Husein membalikkan badannya tampak dia terlihat baik - baik saja. Dia kemudian mengatakan sesuatu dari luar gerbang.

"Tenang saja, saya baik - baik saja. Saya akan mencari bala-"

Belom selesai kang Husein berbicara, dia tiba - tiba jatuh tergeletak ke tanah. Badannya kejang - kejang tersetrum seperti orang yang mengidap Stroke. Kang Husein terus memegangi lehernya seperti ada sesuatu yang mencekik lehernya.

"Kang kenapa?! apa yang terjadi?!" Alex panik melihat kang Husein mulai berteriak kesakitan. Dia tidak tahu apa yang dikatakan oleh kang Husein karena tidak jelas.

Alex mencoba mendekati Kang Husein, tangannya meraih tubuhnya namun tidak sampai, ia berteriak meneriaki namanya namun tidak ada jawaban.

Dihadapan Alex, Kang Husein membuka mulutnya namun tidak ada suara yang keluar hanya ratapan dan erangan yang menyedihkan. Kedua mata pria itu melotot melihat sosok yang berada dibelakang Alex. Tatapannya mengerikan seakan takut.

Kang Husein mencoba mengangkat tangannya memperingati Alex sebelum ajal nyawanya, ia mengangkat tangannya sekuat tenaga menunjukkan ke belakang Alex yang masih terus memanggil namanya berulang kali. Sayangnya itu semua terlambat, kang Husein sudah merasakan kegelapan yang datang padanya hingga akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya.

Pemandangan terakhir yang dilihat oleh Kang Husein adalah sebuah patungan yang berukuran tidak terlalu kecil berwujud wanita ular yang memegang sebuah pisau.

BADARAWUHI!