Karena hari baru datang dengan setengah berawan, sinar mentari pun tidak begitu menyilaukan ketika menembus jendela kamar penginapan.
Angin berhembus melewati tirai. Membawa aroma basah hujan yang tersisa semalam.
Cecile yang terbaring dikasur, perlahan mengangkat kelopak matanya. Setengah sadar ia menatap langit-langit yang terasa asing. Tentu ia tidak lupa bahwa ia baru saja melarikan diri.
Karena rasanya masih begitu mengantuk, Cecile dengan enggan berguling kesamping dan memejamkan matanya kembali. Tapi mendadak ia mengingat kejadian semalam, seketika ia tersentak.
Rasa kantuk begitu saja lenyap. Bukankah ia tertidur dengan orang asing semalam?
Pikiran itu membuatnya panik sampai ia ingin menjambak rambutnya dengan kuat. Tapi hanya dia yang ada diatas kasur. Dengan selimut yang menutup separuh tubuhnya. Itu tidak terlihat seperti ia terperangkap dengan seseorang asing dalam selimut, mungkinkah ia hanya bermimpi semalam?
Keluar dari selimut, seluruh tubuhnya masih terbalut sempurna dengan gaun putih semalam. Melihat semua itu, Cecile menghela nafas lega. Sepertinya ia sungguh bermimpi aneh semalam. Jika memang ia terperangkap dengan seseorang dalam selimut, bukankah seharusnya ia akan menemukan seseorang itu sekarang?
Turun dari kasur, ia melangkah malas ke jendela. Menarik tirai dan mendongakkan wajahnya keluar. Segera ia disambut dengan pemandangan pagi hari yang menawan.
Langit mungkin sedikit berawan, tapi itu sama sekali tidak mengurangi semangat nya untuk hari baru ini. Melihat segerombolan burung terbang, itu terasa nyata dan bebas. Cecile tersenyum sembari mengulurkan tangannya, seakan ikut merasakan kebebasan yang sama.
Dan kebebasan itu sekarang nyata!
Menarik nafasnya perlahan, udara segar sekitar terasa begitu menyenangkan. Cecile dapat menikmati aroma lembab dari sisa hujan semalam.
Merasakan tiupan angin pepohonan, ia memejamkan matanya dan menikmati nya. Udara kebebasan ini pada akhirnya dapat ia rasakan.
Tak ada kuas lagi untuk menyambut pagi, tak ada jarum untuk menyulam di waktu senggang, tak ada sastra yang harus dihafal, sekarang apa yang ada ia bisa bebas memilih sesuka hatinya.
Tepat ketika ia berbalik, pintu kamarnya terbuka. Seseorang mucul dan tanpa ragu melangkah kedalam. Cecile tercengang di tempat.
"Gadis.. selamat pagi!"
Pria itu menyapanya dengan senyum yang lebar, nyaris menonjolkan tulang pipinya yang sempurna. Sepasang mata biru itu terlihat berkilau, seperti melihat cahaya dari sebuah kristal. Pria itu melangkah lebih jauh kedalam, itu menebarkan pesona pria muda yang santai.
Apakah ini nyata? pria itu tidakkah sama dengan mimpinya yang semalam? Cecile menepuk kedua belah pipinya sedikit keras. Sepasang matanya yang membulat itu masih melongo pada pria yang semakin melangkah mendekatinya.
Puk! Sepasang tangan dengan kokoh meraih kedua bahunya. Cecile terkesima di tempat.
"Kau mencari ku?" Pria itu terlalu tinggi, dengan murah hati ia membungkukkan badannya untuk menyamainya. Wajahnya yang tampan, itu seperti iblis penggoda yang menatap tepat kearahnya. Cecile akhirnya terkesiap dan langsung mendorong pria aneh itu.
Jadi semalam itu nyata? Itu bukan mimpi tapi sungguhan! Cecile seakan ingin mengutuk ingatannya dalam hati.
"Kau bajingan yang semalam?" Menyilang kan kedua tangannya di dada, ia menatap angkuh pada pria itu.
Tatapannya tajam dan sangat terkesan menggertak. Tapi dimata pria itu, ia seakan melihat seorang gadis kecil yang cemberut, itu sungguh sangat imut!
Begitu saja pria itu menyeringai.
Menyipitkan matanya, Cecile sangat ingin mencekik pria aneh itu detik itu juga.
"Nona tidakkah kau begitu kasar menyebut ku bajingan? aku punya nama..."
"Anda melompat kekamar seorang gadis di tengah malam, jika itu bukan bajingan lalu apa? Haruskah menjadi kucing liar?"
"Pfft..."
"Anda sekarang bahkan dengan tidak sopan nya masuk melewati pintu kamar ku tanpa permisi? Apakah ibu anda tidak pernah mengajari anda etika?"
Pria itu pada akhirnya berhenti tertawa. Ia menatap Cecile dengan cahaya baru. Gadis ini sangat luar biasa. Meskipun ia mengomel panjang lebar tapi itu sama sekali tidak mengurangi pencitraannya.
Setiap gerakan nya tertata anggun dan sempurna. Gaya ia melempar pandangan nya itu berani dan tajam.
Perawakan seperti itu tidak dimiliki oleh orang biasa. Pasti itu hasil perawatan panjang dari keluarga yang terhormat, dari manakah gadis ini berasal?
"Mohon maafkan tuan muda ini untuk kelancangan yang dilakukan nya" Pria itu membungkukkan badannya sedikit enggan. Dengan salah satu tangan melekap di dada. Seperti itu ia membawa aura kehormatan seorang bangsawan muda.
"Nona.. apakah anda bersedia memaafkan tuan muda ini?"
"Tuan muda apa? kau bajingan cepat enyahlah dari kamarku!"
Gerutu Cecile. Ia merasa sangat kesal. Ingin sekali ia melayang kan kakinya untuk menendang pria itu keluar. Tapi untuk keanggunan nya dan mengatasi menguras tenaga terlalu banyak, ia dengan murah hati menahannya.
"Gadis bagaimana kau bisa bertindak begitu kejam dengan mengusir ku? aku bahkan datang dengan niat baik"
Dengan memasang tampang memelas, itu mengekspresikan seorang pria yang tertindas. Cecile harus mengacungkan jempol atas bakat aktingnya yang nyaris tanpa cela.
"Niat baik apa?" Tanya Cecile acuh tak acuh.
"Aku membeli roti untuk sarapan mu. Penginapan ini sama sekali tidak menyediakan konsumsi, gadis tidakkah kau berterimakasih untuk kebaikan ku ini?"
Pria itu lalu meletakkan sebungkus roti di atas kasur. Lalu ia dengan murah hati tersenyum pada Cecile seakan ia berkata 'bukankah aku pria yang pengertian?'
"Nona-gadis, nona-gadis.. berhenti memanggilku seperti itu! Aku Cecile"
Pada akhirnya Cecile lelah untuk terus adu mulut dengan pria itu dan memilih berdamai dengan memperkenalkan diri. Ia dengan acuh tak acuh mengulurkan tangannya, pria itu sedikit takjub dengan perubahan suasana hatinya.
"Aku Arthur!"
Setelah itu Cecile segera menarik kembali tangannya. "Yasudah kalau begitu anda silahkan pergi! Aku sangat berterimakasih untuk rotinya"
"Cecile.. apakah kau membalas susu dengan air tuba?"
"Jika ia kenapa? Itu terserah padaku bukan pada anda!"
"Kau gadis yang tak berperasaan!"
Cecile sudah kehilangan kesabarannya. Ia segera mendorong Arthur keluar dari kamar penginapannya. Dan seorang staf baru saja muncul di depan pintu. Melihat mereka berdua, ia sedikit tercengang.
"Ah ini..pria ini salah memasuki kamar. Bisakah anda membantu ku dengan membawa nya keluar?"
"Tidak! Aku melangkah kekamar yang tepat, anda tidak perlu melakukan nya" Bantah Arthur. Cecile seketika menjadi murka dan bersiap untuk mencakar pria itu. Tapi sebuah kalimat dari staf penginapan membuatnya melupakan niatnya.
"Nona apakah ini gambar diri anda?" Pria yang merupakan staf penginapan menyodorkan selembar gambar padanya. Cecile menerima itu dengan ragu dan tepat ketika ia melihatnya, ia tercengang.
"I-ni.. bagaimana mungkin?"
"Jadi apakah itu anda?"
___