52 si cerdik.. kevin

"oke kita sampai.." segera setelah mereka turun dari motor alice dan Kevin memasuki salah satu gedung

"selamat datang ada yang bisa kami bantu?" sapa gadis resepsionis dengan manis terutama pada Kevin.

"kami ingin mencari tau apakah ada nama ini di salah satu daftar murid kalian? Mungkin sekitar satu atau dua tahun yang lalu" alice memberikan kartu identitasnya pada resepsionis itu.

"baik tunggu sebentar kami akan memeriksanya"

Beberapa menit alice dan Kevin menunggu..

"permisi nona, maaf kami tidak mempunyai murid dengan nama ini" jawab ramah gadis itu

"baiklah trimakasih, kami permisi"

Alice terlihat kecewa

"kak, tidak usah sedih kan masih banyak list yang belum kita datangi" Kevin mencoba menghibur alice

"kamu benar ayo kita ketempat berikutnya" senyum alice pada Kevin

Beberapa jam telah berlalu 90% tempat dalam list alice telah mereka kunjungi namun hasilnya nihil, alice mulai kecewa dan patah semangat,

"kak apa kamu lapar? Ayo kita pergi makan dulu untuk mengisi semangat kita lagi.. kamu tidak boleh menyerah kak" hibur Kevin

"begitu ya?" jawab alice lesu

"tentu, masih banyak cara, kakak tidak boleh menyerah"

"hahaha kamu benar, ayo.."

"ngomong-ngomong kita mau makan apa?" Tanya alice

"karna kita berasa di kawasan ini, em.." Kevin berfikir

"ah! Ada restoran pasta yang sangat lezat disini kak, bagaimana jika kita makan pasta saja?" usul Kevin senang

"oke! Sudah lama aku tidak makan pasta, ayo!~" alice menggandeng Kevin mereka berjalan bersama menyusuri jalan di kawasan itu. Beberapa menit kemudian mereka sampai di depan sebuah restoran. Kevin melihat ke dalam restoran pasta itu sekilas sedangkan alice masih sibuk melihat list daftar alamat yang belum mereka kunjungi.

Gawat! Itukan bos! Dan juga.. lea.. Kevin melihat leon sedang duduk berdua dengan lea yang bersender di bahunya sedari tadi.

Kenapa mereka harus makan disini sih.. bagaimana jika kak alice melihatnya!

"ada apa Kevin? Kenapa kita tidak masuk?" alice yang sedari tadi memperhatikan lembaran list alamat ahirnya mengalihkan pandangannya pada Kevin dan menoleh kedalam restoran pasta itu.

"itu.. bukannya? Le.." alice mencoba memfokuskan pandangannya

"ahahahha kak aku sepertinya ingin makan steik saja, ayo~~" Kevin segera menarik alice menjauh dari sana

"eh.. tapi itu…" sambil mengikuti Kevin alice merasa melihat sesosok pria yang ia kenal

"ah siapa? Aku tidak lihat apa-apa.. kamu salah lihat"

Benarkah aku salah lihat? Tapi itu seperti leon dan ada gadis yang bersender manja di bahunya.. siapa dia? Tapi tidak mungkin leon melakukan itu.. mungkin aku memang salah lihat

"ayo kak masuk" Kevin dan alice memasuki restoran steik yang berada tidak jauh dari sana

"kak kamu pesan dulu saja, aku ke toilet sebentar" Kata-kata Kevin terdengar sangat gugup membuat alice bingung

"oke oke"

Kevin memasuki salah satu bilik di toilet itu. bos kau berhutang padaku, jika saja aku tidak melihatmu terlebih dulu maka semuanya akan berantakan huh.. sambil mengeluh Kevin melakukan sebuah panggilan di ponselnya

"ada apa?" suara dingin dan dalam menjawab panggilan telfon Kevin

"bos apa yang kau lakukan di restoran pasta itu!"

"lea ingin makan pasta sebelum kami pulang, tunggu.. kenapa kamu tau kami ada disini?"

"tentu saja aku tau, hampir saja aku dan kak alice masuk ke restoran itu.. kamu tau tempat les yang kami kunjungi berada dekat dengan restoran pasta itu"

"apa!" leon seakan tidak percaya. Sekarang dia terlihat panik sama seperti Kevin

"ada apa kak?" Tanya lea yang kembali dari toilet dan duduk di samping leon kembali

"eh tidak.. Kevin menelfon dan meminta beberapa berkas, apa kamu sudah selesai? Ayo kita pulang" jawab leon santai sambil meminta bill pada salah seorang pelayan

"sudah, apa Kevin masih disitu?" Tanya lea

"ya"

"berikan.. aku ingin bicara dengannya" lea merebut paksa handphone leon

"hei.. tikus tanah" lea menyapa Kevin dengan bibir pedasnya

Aishh.. menyebalkan! Keluh Kevin

"he..hei lea, apa kabar" jawab Kevin canggung

"hahaha aku? Selalu baik dan cantik, apa kamu masih di ruangan gelapmu itu dan mengutak atik para laptopmu itu, Kevin kamu harus menikamti suasana luar, jangan seperti tikus tanah yang selalu bersembunyi!" kata-kata lea begitu menohok bagi Kevin karna benar begitu kenyataannya beberapa tahun lalu Kevin hanya berada diruangannya dan bisa dihitung dengan jari kapan dia berjalan-jalan keluar.

"hehe.. iya iya" tapi semenjak ada alice, Kevin mendapatkan kembali keinginan untuk menjadi manusia normal yang menikmati indahnya hari.

"sudah ayo kita pulang, papa sudah menunggu" leon mengambil paksa ponselnya dari lea. Dia takut lea melihat wallpaper ponselnya.

"hem.. oke ayo.." lea berjalan keluar meninggalkan leon dibelakangnya

"kami pulang sekarang, kamu tidak perlu khawatir" kata leon pada Kevin dan segera mematikan panggilan telfonnya.

Fyuhh.. Kevin menghela nafas lega, dia kembali menghampiri alice dan mereka menikmati steik yang mereka pesan tadi.

"kak.. hanya tersisa satu tempat yang belum kita datangi"

"kamu benar.. setelah ini kita akan kesana"

"ya"jawab Kevin.

-----

"papa!~" teriak lea senang. Dari dalam rumah, Jeremy keluar.

"ah~ putriku yang cantik kau ahirnya pulang" Jeremy memeluk lea, dan melihat di belakang lea berdiri leon dengan auranya yang dingin.

"o.. leon kamu juga datang, aku kira kamu sibuk dengan hal lain" singgung pria tua yang berkarisma itu.

"papa, apa yang kamu maksud hahaha" leon memeluk Jeremy dan berbisik (papa tau kesepakatan kita bukan)

"hahaha putraku yang tampan" tawa Jeremy mengalihkan pembicaraan leon

"ayo masuk" sambung pria tua itu lagi

"papa apa kamu senang aku dan kakak akan menginap dirumah ini lagi seperti dulu"

"tentu.. ayo"

Mereka memasuki rumah itu. Suasana rumah masih sama seperti terahir kali leon pergi meninggalkan rumah, foto mamanya masih terpajang rapi persis saat leon pertama kali memasuki rumah itu belasan tahun lalu, interior dan design rumah juga masih sama dengan saat yoona mendesignnya.

Papa, kamu belum bisa merelakan mama bukan hingga sekarang? Gumam leon

Mama aku pulang. leon menatap satu poto seorang wanita yang tersenyum lebar bahagia di dalam frame itu.

"kakak kemarilah" panggil lea yang bercakap ria dengan Jeremy di ruang tamu,

"iya.." leon menghampiri mereka.

----

"selamat sore ada yang bisa kami bantu?" sapa resepsionis

"iya, kami ingin tau apa ada nama murid ini disini?" alice memberikan kartu identitasnya.

"oh maafkan saya nona, untuk kepentingan privasi murid disini kami tidak dapat memberikan informasi seperti itu" tolak gadis resepsionis itu ramah

"tapi ini saya, dan saya hanya ingin tau apakah saya pernah mengikuti les disini"

Gadis resepsionis itu sedikit bingung. kenapa kamu mencari namamu sendiri disini? Apa kamu lupa ingatan? Pikirnya.

"mohon maaf, ini sudah peraturan dari manajemen kami, saya tidak bisa berbuat apa-apa"

Aneh sekali.. gumam alice.

"kak bukankah kamu juga ingin mendaftarkan aku untuk melukis disini?" Kevin melirik alice

"hah?" alice bingung

Ayolah kak aku ada sebuah rencana kata Kevin dalam hati sambil menatap alice dalam. Alice seakan mengerti maksud Kevin dia langsung merubah raut wajahnya menjadi ceria

"ahahah iya benar benar"

"baiklah nona jika begitu anda harus mengisi formulir ini dulu" resepsionis itu menyodorkan formulir pendaftaran pada alice

"kak, bukankah kamu ingin melihat bagaimana suasana ruangannya dulu?" Tanya Kevin pada alice

"ahahaha iya benar benar" alice hanya bisa mengikuti kata-kata Kevin. Hal itu sedikit membuat Kevin tertawa

"o.. seperti itu, mari saya antarkan kalian melihat-lihat"

"ah aku akan segera menyusulmu kak, aku harus mengambil ponselku yang tertinggal di motor" Kevin mengedipkan matanya pada alice.

"oh iya benar.. mari kita pergi duluan, Kevin akan menyusul" ajak alice pada gadis resepsionis itu.

"baik kalau begitu" gadis itupun menuntun alice memasuki koridor.

Kini meja resepsionis itu kosong, Kevin mulai melakukan aksinya, dia menancapkan sebuah chip pada computer resepsionis itu dan mulai mengambil semua data di sana.

Hanya butuh waktu beberapa menit dia berhasil memindahkan data dan Kemudian menyusul alice,

"hei kak, bagaimana?" sapa Kevin yang berhasil menyusul alice

"sepertinya ruangan disini bagus, tapi ini tidak cocok untuku Kevin" alice pura-pura menjawab dengan tenang

Bagaimana? Tanya alice dalam hati pada Kevin

Aku mendapatkannya ayo kita pergi jawab Kevin seolah mengerti arti tatapan alice

"hahaha sepertinya kami belum bisa mendaftar untuk sekarang"

"oh tidak apa-apa, mari saya antarkan keluar" sapa gadis itu ramah. Mereka kembali menyusuri lorong

"permisi, apa ruangan ini juga ruang kelas? Kenapa anda tidak menunjukkannya padaku tadi?" Tanya alice. Dia penasaran sejak awal melintasi pintu itu dia merasa tidak asing dengan pintu itu

"maaf nona, pintu ini sudah lama tidak dibuka dan memang dari manajemen kami tidak boleh dibuka sembarang orang begitupula saya"

Tidak boleh dibuka sembarang orang? Tapi aku seperti familiar dengan ini

"oh baiklah jika seperti itu, tadi saya hanya penasaran saja, kami permisi dulu~" alice dan Kevin segera pergi meninggalkan tempat itu.

-----

Di nite bar

"kak aku akan mencoba mencari data ini untukmu… ayo ke ruanganku"

"oke" alice mengikuti Kevin ke lantai dua nite bar,

Wah.. baru kali ini aku melihat lantai dua gedung ini, ruangan ini seperti ruangan rumah pada umumnya dan sangat elegan dengan nuansa putih,

"hei kak, Kevin.. kalian dari mana saja?" sapa dean yang keluar dari kamarnya dengan bertelanjang dada.

"hei dean, pakai bajumu.. ada kak alice disini, apa kau ingin menggodanya juga?" sahut Kevin dengan wajah datarnya dan menggandeng alice ke ruangannya dengan cepat

"sialan! Apa maksudmu"

"hehehe kak jangan dengarkan Kevin, aku tidak suka menggoda banyak gadis kok, ini hanya ac kamarku mati jadi aku kepanasan" bela dean

"hahaha iya iya aku percaya" alice tersenyum pada dean

"ngomong-ngomong ada apa kalian ke ruangan keramat Kevin?"

"hah keramat?" alice bingung dengan kata-kata dean

"kau akan melihatnya sebentar lagi kak"

"tada.." dean membukakan pintu ruangan itu dan benar saja, alice terkejut melihat semua dinding ruangan itu hampir 70% tertutupi dengan layar computer dan kabel berwarna warni menghiasi lantai, juga banyak sekali benda-benda elektronik yang bahkan belum pernah alice lihat sebelumnya. Ruangan itu hanya disinari lampu, jendela di ruangan itu tertutup rapat hingga matahari tidak dapat masuk menyinari ruangan.

"wah… aku setuju denganmu dean" sahut alice diikuti anggukan bangga dean

"ayo masuk" Kevin memecah kekaguman alice dan dean.

Kevin mulai menancapkan chipnya tadi dan hanyut dalam pencariannya

Wah Kevin yang aku kenal kini terlihat berbeda.. dia terlihat… jenius gumam alice sambil memandang Kevin kagum.

"kak.. aku berhasil menganalisanya tapi.." suara Kevin lesu

"ada apa?" alice dan dean penasaran

"tapi tidak ada namamu di daftar murid ini"

"benarkah? Tapi aku seperti familiar dengan gedung itu apalagi ruangan yang terkunci tadi"

"aku juga merasa curiga kak, kenapa mereka menyembunyikan data yang sepele ini"

"tapi tunggu.." Kevin mulai mengetik degan cepat di keyboardnya

"ada apa?"

"sepertinya ada file yang pernah di hapus dari data ini, aku akan memulihkannya dulu, tapi ini memerlukan waktu yang lama karna data yang kita cari sudah beberapa tahun lalu" jelas Kevin

"em, tidak masalah kevin.. aku mengandalkanmu"

"tentu kak! Aku akan berjuang demi dirimu!"

"ehem,.. kak ini sudah larut malam dan sepertinya kalian lelah.. mari kita ahiri dulu saja untuk hari ini" sela dean yang menghawatirkan kesehatan kedua temannya ini

"kamu benar dean, aku sepertinya harus segera pulang… tapi nite bar?"

"oh itu, bos tadi menyuruhku untuk tidak membuka nite bar mala mini" jawab dean

"baiklah kalau begitu.. Kevin mari kita lanjutkan ini besok"

"iya kak"

Mereka bertiga turun menuju lantai 1 mengantarkan alice keluar. Saat menuruni tangga

Ddrrtt ddrrrt.. handphone alice bergetar tanda pesan masuk

(alice aku tidak bisa pulang malam ini masih ada yang harus kukerjakan) pesan dari leon

(baiklah leon) jawab alice, raut wajah gadis itu terlihat lelah dan sedih.

"ada apa kak?" Tanya Kevin

"tidak apa-apa.. ayo"

Leon membaca balasan pesan alice,

Kenapa singkat sekali? Apa dia marah? Aarrgg! Aku ingin sekali menelfonnya tapi… leon melirik lea yang asik menonton tv dan merebahkan kepalanya dipaha leon.

avataravatar
Next chapter