53 broken heart

"Permisi" suara seorang pria membuka pintu bar berbarengan dengan dean diikuti Kevin dan alice

"ah maaf hari ini bar tidak buka..." tolak dean ramah

"eh maaf saya kemari untuk menemui nona alice" jawan pria itu lagi

"em.. anda? Detektif kepolisian itu? Benar?" sela alice

"iya benar, saya kemari sesuai dengan alamat di kartu nama yang diberikan saudara leon pada saya, boleh saya menanyakan beberapa hal untuk keperluan penyelidikan kasus pembunuhan mr. jo?"

"oh tentu, silahkan masuk"

"tapi kak.." dean menjadi cemas

"tidak apa-apa, lagipula aku satu-satunya saksi kasus ini"

"mari tuan?" Tanya alice dengan kalimat yang masih menggantung

"oh maaf saya belum memperkenalkan diri, panggil saja nick"

"oh oke nick, silahkan.." alice mempersilahkan nick duduk

"dean bisa buatkan nick kopi?.."

"tentu kak" dean segera menuju mesin espresso dan membuat kopi

"baik nick, apa yang ingin anda tanyakan?" Tanya alice sopan meski tubuhnya sudah lelah dan suasana hati alice yang tidak baik, alice mencoba tetap terlihat ramah

"bisa anda ceritakan apa yang terjadi waktu itu?"

"tentu, waktu itu saya dan direktur jo sedang membahas mengenai pekerjaan lalu tiba-tiba sebuah tembakan datang dari luar jendela dan menembus kepala direktur"

"em.. apa anda sempat melihat siapa pelakunya?"

"tidak, kejadian itu sangat cepat dan membuat saya syok, saya langsung terduduk dilantai dan leon menghampiri kami, saat itu paman jo sudah berlumuran darah dilantai" jelas alice mendetail

"jadi seperti itu, hm.. menurut kesaksian anda dan juga bukti di TKP semuanya sama, saya yakin anda tidak berbohong"

"baiklah maaf telah mengganggu waktu anda nona alice, saya permisi dulu" senyum nick

"oh ya trimakasih untuk kopinya" senyum alice pada dean lalu nick meninggalkan nite bar begitu saja

"Hm… aku rasa dia bukan pria jahat" ucap dean

"ya aku rasa begitu, ah aku lelah… aku pulang dulu"

"bye" alice menguap sambil menaiki motor dean dan pulang ke rumah leon.

----

Ah.. kurasa lea sudah tertidur gumam leon sambil melihat jam yang menunjukkan tengah malam

Leon mengamati wajah lea di pangkuannya dan benar saja lea tertidur pulas di pangkuan pria tampan itu. Dengan perlahan dan pelan leon mengangkat tubuh lea, menggendongnya menuju kamar lea.

"good night lea" bisik leon. dia kemudian berjalan senang kekamarnya dan segera melakukan panggilan telfon.

"halo.." suara wanita itu lesu menjawab panggilannya

"apa kamu lelah?"

"eh.. leon?" alice yang tadi mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa yang menelfon kaget. Dia kembali bersemangat

"tidak, sama sekali tidak hehe" jawab alice senang

"hahaha sebegitu senangnya kah kamu mendengar suaraku?" canda leon

"apa? Ti..tidak.. aku.. aku.. " alice terlihat malu dan gugup

"haha apa kamu tidak senang? Padahal aku sangat senang bisa mendengar suaramu" kata leon sambil tersenyum

"em benarkah? Baiklah jika begitu,… aku juga" jawab alice malu-malu

"oh iya apa pekerjaanmu belum selesai hingga tidak bisa pulang?" Tanya alice sambil merebahkan badannya di ranjang

"ya, apa kamu sedang berbaring sekarang?"

"em! Baru saja…"

"ah.. aku merindukanmu" rengek leon

"…." Aku juga gumam alice dalam hati

"oh iya leon tadi saat aku dan Kevin akan makan di restoran pasta.."

Ekspresi leon mulai panik

"aku melihat seseorang yang mirip denganmu bersama dengan wanita yang cantik sekali, gadis itu bersandar manja di bahumu hm…" cerita alice sedikit cemburu

"be.. be..benarkah?" leon tak hentinya menelan ludahnya dan jantungnya sedikit berdetak kencang

"ya.. tapi aku rasa itu bukan dirimu, hahaha" tawa alice getir. Sebenarnya alice masih percaya bahwa itu leon.

"hahaha tentub saja, aku seharian berada di kantor hahaha mana mungkin itu aku" elak leon.

Malam-malam seperti ini kakak bicara dengan siapa? Tanya lea dalam hati. baru saja dia ingin mengetuk pintu kamar leon namun mendengar leon berbicara lea menghentikan niatnya

Tidak ku sangka niatku hanya untuk tidur dengan kakak tapi malah mendengarkan percakapannya ditelfon seperti penguntit, ah karna sudah terlanjur aku dengarkan saja dulu sampai selesai…

"dan juga aku tidak suka bila ada wanita lain yang menyentuhku dan.. kamu taukan aku hanya mencintaimu" goda leon pada alice.

"hahaha iya mungkin tadi aku salah lihat"

"sudah malam istirahatlah.. good night" suara leon sangat manis saat mengucapkan selamat malam pada alice dan begitu pula alice mnajawab ucapan leon. hati keduanya kini terasa hangat dan bahagia seakan ada ribuan kupu-kupu yang akan keluar dari perut mereka.

Tapi dibalik itu lea yang sedari tadi mendengarkan percakapan leon merasa ada ribuan jarum yang menusuk nusuk hatinya, matanya terbelalak tidak berkedip sedetikpun airmata lea mulai menetes satu demi satu… jari-jarinya mengepal dengan kerasnya hingga gemetar,

Hatiku hancur…

siapa gadis yang mendapatkan kunci itu? Kunci yang selama ini aku cari untuk membuka hatimu kak?

Lea berjalan kembali ke kamrarnya dengan kakinya yang mulai melemah, sesampainya di kamar kakinya tidak bisa lagi menahan tubuhnya yang gemetaran,dia terjatuh begitu saja di balik pintu kamarnya. kini airmata dalam diamnya berubah menjadi tangis kesedihan yang sangat.

Tidak.. tidak.. aku pasti salah dengar, lea menggelengkan kepalangan dengan keras mencoba menyakinkan dirinya sendiri bahwa yang di dengarnya itu tidak nyata. Tapi sekali lagi dia harus mengakui apa yang telah dia dengar.. tangisnya semakin parau dan menyakitkan… dia membungkam mulutnya sebisa mungkin untuk menyembunyikan tangis dan suara kesedihannya yang teramat sangat itu.

Kini kedua ruangan yang hanya berbatas tembok memiliki aura yang kontras berbeda.

Apa yang akan kalian lakukan sekarang? Gumam Jeremy yang sedari tadi memperhatikan lea dan leon.

----

Ahh apa yang akan aku lakukan sekarang? Aku tidak bisa tidur.. seperti ada yang hilang..

Alice menggulung tubuhnya ke kiri dan kanan di ranjang itu karna bosan, dan ahirnya memutuskan untuk menonton televisi di ruang tengah.

"apakah kematian direktur jo grup sama dengan kematian para pemuka Negara yang ahir-ahir ini mati tertembak?" seru reporter di televisi itu pada polisi yang ia wawancarai

"ah itu nick" seru alice sambil memperhatikan berita tengah malam itu

"menurut bekas tembakan di kepala dan faktor lainnya ini adalah orang yang berbeda, namun kami juga belum bisa memastikan dengan pasti dan kami masih akan melakukan penyelidikan" terang nick dalam wawancara itu.

"ceh.. tentu saja itu bukan leon yang melakukannya" ucap alice seakan membela leon

"ah membosankan menonton berita di tengah malam ini, mari kita lihat apakah ada hal lain yang seru untuk dilakukan.. hm…" alice memilah milah apa yang ada di meja dan menemukan kaset game yang waktu itu david berikan.

Alice menarik nafas dalam "baiklah aku akan memainkan game ini" dengan gugup dia memasang peralatan game dan juga kaset itu.

avataravatar
Next chapter