61 percakapan dua gadis

Saat alice membuka pintu nite bar perlahan hampir tidak bersuara dia dapat melihat seorang gadis yang duduk dengan kepala menyender ke meja panjang nite bar itu seperti tertidur, tangan kanannya berada diatas meja dan menggenggam sebuah tangan lelaki yang alice kenal,

Kevin? Gumam alice, dia dapat melihat kevin disisi berhadapan dengan lea dan menggenggam tangan lea, tidak hanya itu pandangan mata kevin begitu teduh dan hangat memandang wajah tidur lea yang berada di meja bar itu. Dengan pelan alice berdehem membuat kevin menyadari kehadiran alice.

"eh kakak!" kaget kevin dan dengan cepat menarik genggamannya lepas dari tangan lea, lea yang sedari tadi memejamkan mata kini terbangun dengan setengah mabuk.

"emmm..." erang lea

"kak apa yang kau lakukan disini?" tanya kevin kembali, alice hanya membalas dengan senyum hangatnya dan duduk di samping lea.

"ada yang ingin kubicarakan dengan lea tapi sepertinya dia sedikit mab...." alice takut untuk mengatakan bahwa lea hampir sepenuhnya mabuk dan hilang kesadaran

"ahhh ini dia calon kakak iparku yang sangat cantik.. ayo kita minum bersama" dengan berusaha menegakkan lagi duduk badannya lea mengambil gelas kosong lainnya di sambingnya menuangkan segelas bir dan menyodorkannya pada alice.

Dengan raut muka penuh kekhawatiran kevin sedikit mencegah gadis itu

"lea henikan kamu benar-benar sudah mabuk kali ini.. ayo hentikan" jelas kevin dia cemas

"eits! Jangan ikut campur.. aku hanya ingin minum dengan calon kakak iparku ini hehehe" jawab lea dengan nada seorang pemabuk. Sesekali dia mulai cegukan dan terus memandang alice dengan senyumnya seolah marah.

"sudahlah kevin tidak apa-apa, bisa kamu meninggalkan kami? Ada yang ingin aku bicarakan dengannya" pinta alice yang tersenyum tipis pada kevin

"oke kak, jika terjadi sesuatu kamu bisa memanggilku" kevin berjalan menuju salah satu sudut nite bar yang penuh dengan piringan hitam dimana musik nite bar selalu diputar. Dari sudut itu dia bisa memutarkan lagu untuk mereka dan juga mengamati kedua gadis cantik itu dengan jelas.

"iya pergi sana..." sahut lea setuju dengan alice

"ayo kak alice kita minum, apa kau tidak ingin menyentuh minuman yang aku berikan? Apa kau jijik dengan yang aku berikan! Cih" kesal lea

Alice memandang lea dengan senyum, dia tau lea sudah sedikit mabuk dan perkataannya meracau, wajah lea juga terlihat merah merona akibat alkohol yang dia minum.

"bukan begitu lea, aku tidak bisa minum, hal ini tidak sehat dan juga aku mudah mabuk jika meminum alkohol" tolak alice sopan.

"hm... tidak seru!" lea menaruk kembali gelas berisi bir yang tadi dia sodorkan ke alice.

"lalu ada apa kamu kemari?" sambungnya

"em.. itu..itu" alice sedikit cemas dan takut, takut jika dia salah bicara maka lea akan berbuat yang tidak-tidak padanya atau bahkan membunuhnya.

Tidak tidak jangan sampai lea membunuhku, aku bahkan belum tau akar permasalahanku.

"kak? Hei..." lea memanggil alice yang sedang terhanyut dengan pemikirannya

"hei!!!" lea berteriak membuat alice terkejut

"ah jangan bunuh aku dulu.!" spontan alice terhentak dari lamunannya dan mengucapkan apa yang dia pikirkan.

"apa?... ahahahaha siapa yang mau membunuhmu hahaha" lea tertawa keras melihat keluguan alice dan raut muka alice yang takut bercampur malu.

"ehehe tidak, aku hanya asal bicara" bela alice

"e'em.. tidak mungkin kamu asal bicara kecuali hal itulah yang memang kamu pikirkan, ayo katakan padaku siapa yang akan membunuhmu?" dengan sedikit kesadaran yang masih ada lea mencoba untuk fokus, wajahnya yang putih dan matannya yang hitam bulat menatap alice dengan serius persis seorang model di sampul majalah, membuat alice tersudutkan mau tidak mau dia berkata "kamu.."

"apa aku? Kenapa aku harus membunuhmu?" ekspresi lea mulai curiga

"em itu karna.. kamu cemburu dengan aku dan leon? Dan mungkin saja kamu akan melakukan hal yang sama seperti yang kamu lakukan pada olivia?" dengan nada yang semakin memelan alice memberanikan diri berkata.

"hah?" ya benar aku sangat marah dengan hal itu, kamu merebut kakak tercintaku dariku tapi bukan itu yang membuatku marah. tunggu.. olivia? Dari mana dia tau tentang olivia? Juga melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan apda olivia? Apa dia berfikir aku membunuh olivia? Hahahaha

"ahahahaha.. lucu sekali, apa kamu berfikir aku akan membunuhmu sama dengan yang aku lakukan dengan olivia? Ibu tiriku itu?" tawa lea sambil memastikan yang dia dengar itu benar

Alic menggangguk canggung

"ya begitulah... tapi kumohon jangan lakukan itu aku masih memiliki hal yang harus ku selesaikan dan juga seharusnya aku tidak mati ditanganmu" alice memohon sambil memegang tangan lea lembut

"apa? Wuahahaha.. lucu sekali lucu hahaha" ada apa dengan wanita ini? Apa dia sudah gila? Aduh perutku sampai sakit karna tertawa bahkan mabukku juga hilang.

"apa ada yang lucu?" alice terlihat sedikit kesal

"tentu saja ada yang lucu!" lea menyelentik kening alice membuat alice sedikit sakit

Auch! Why?

"baiklah calon kakak iparku yang cantik~ aku akan menjelaskannya padamu, aku tidak tertarik untuk membunuhmu, dan juga aku tidak membunuh olivia" jawab lea santai sambil menuangkan minuman di gelasnya dan meminumnya

"apa? Tapi paman bilang.. kamu...." alice mulai berfikir keras dan menyadari bahwa dia telah di permainkan oleh jeremy, sedikit kesal karna ditertawakan oleh lea namun lega juga karna pemikiran itu salah tapi memikirkan pengakuannya tadi alice mengambil gelas berisi bir yang disodorkan lea tadi dan meminumnya sampai habis karna malu.

Eh! Bukannya dia tadi bilang, dia tidak bisa minum?

Melihat hal itu lea tersenyum geli dan menuangkan minuman lagi di gelas alice.

"sepertinya papa berhasil menjahilimu, tidak sia-sia aku mengajarinya, karna kau tau dia pria tua dengan selera humor yang jelek juga wajahnya begitu tajam, aku memang harus membuatnya sedikit memiliki rasa humor dan ternyata dia berhasil melakukannya padamu hahahha"

"tidak lucu" alice kembali meminum gelas berisi bir itu sambil mencoba melupakan kekonyolannya tadi.

"tapi.. ntah apa yang dikatakan papa padamu, namun kupastikan itu semua benar, kecuali tetang aku membunuh olivia, tadinya aku memang sudah berniat membunuhnya... saat itu aku kabur dari sekolah saat aku tau wanita rubah itu sedang sekarat dirumah sakit, aku berfikir itu kesempatan untukku membunuhnya. Namun ntah dari mana kakak tau aku pergi kerumah sakit, dia mengirimiku pesan bahwa aku tidak boleh membunuh ibu tiriku" raut wajah dan suara lea mulai serius. Alice tidak berkata apapun, hanya berfokus pada lea menanti perkataan gadis cantik itu lagi.

"dan yaaa... aku tidak membunuhnya, aku hanya masuk ke ruangan tempat dia dirawat dan terbaring tanpa bisa apa-apa, aku hanya membisikkan beberapa kalimat ditelinganya dan meninggalkan ruangan, setelah itu beberapa saat kemudian dia meninggal" cerita lea sambil meneguk minuman di gelas. Pandangannya kosong seakan memikirkan kejadian beberapa tahun lalu itu.

"apa yang kau bisikkan?"

"kau ingin tau?" lea mengarahkan wajahnya ke alice dengan tangan kanannya yang menyandang kepalanya dia membuat suatu pose tajam dalam memandang alice Mereka berdua seakan beradu tatap lalu dengan nada tenang dan ekspresi tenang tanpa senyum lea berkata..

"pergilah, jangan pernah muncul dihadapanku lagi"

"...." alice terdiam matanya terbelalak tidak percaya, kata-kata yang dilontarkan lea seakan ditujukan untuk alice bukan untuk olivia. Beberapa detik kemudian alice mengalihkan pandangannya dari lea, mengambil botol minuman dan mengisi ke gelasnya

"kenapa?.."

"hm?" lea masih memandang alice dengan santainya

Alice meneguk minumannya dengan rasa pahit di tenggorokannya yang membuatnya dapat berani melanjutkan perkataan

"kenapa kau sangat membenci kakakmu dekat denganku?"

"karna kamu mengingatkanku pada olivia"

"apa? Kamu bahkan belum mengenalku itu tidak adil jika menyamakanku dengannya"

"gadis cantik dengan latar belakang keluarga miskin bertemu dengan lelaki tampan yang sangat kaya sudah jelas bahwa kau hanya menginginkan status sosialmu terangkat juga...

"juga aku tidak akan membiarkan keluargaku bernasib sama untuk keduakalinya hanya karna rubah kecil seperti olivia" wajar jika lea menyamakan alice dengan olivia, ibu tirinya memiliki wajah cantik bak malaikat namun tanpa di sadari kelicikannya bagai siluman rubah. sejak saat itu lea semakin mewaspadai wanita akibatnya kini hampir seluruh temannya adalah lelaki.

Nada bicara lea masih sama tenangnya dengan sebelumnya, diapun masih mengarahkan kepalanya dan memandang gadis disebelahnya

"aku tidak seperti itu! Aku tidak butuh kekayaan leon dan y..y..a!(ucapan alice gugup) leon memang tampan tapi jikapun aku menyukainya pasti bukan karna ketampanannya bahkan aku tidak melihat wajahnya saat pertama kali bertemu!" bela alice sambil meneguk minumannya lagi, terlihat raut kedua pipi pucat alice mulai merona dia memasuki fase mabuk sama dengan kejadian tempo hari.

sambil meneguk minumannya juga lea terlihat sama mabuknya.

melihat tingkah kedua gadis itu semakin lemas dan terlihat mabuk, kevin menghampiri mereka lagi

"kakak... lea... kalian sudah sangat mabuk ayo aku sudahi ini.." sapa kevin ramah. sontak mendengar kevin kedua gadis itu menatap dan berteriak bersama

"jangan ganggu kami!!!" hic..hick(cegukan) keduanya terlihat kompak dan tertawa bersama melihat kevin yang menjauh kembali dengan ketakutan. hampir saja pria manis menggemaskan seperti anak anjing itu meneteskan airmatanya. kalian kejam sekali hick T^T akan kulaporkan bos gumam kevin.

"halo bos" kevin membuat panggilan telfon

"ada apa?" tanya leon dari balik panggilan

"cepat kemarilah, mereka berdua seperti orang gila...(sambil merengek) saat awal terlihat seperti kucing dan anjing dan sekarang mereka mabuk dan kompak mengusirku. bahkan mereka tampak seperti kakak dan adik yang sangat akrab" jelas kevin merengek

"apa maksudmu? siapa kucing dan anjing? bicaralah dengan jelas"

"itu.... lea dan kak alice"

"apa!! aku akan segera kesana"

panggilanpun berahir.

kembali ke dua orang gadis yang terlihat mabuk, mereka terlihat mengigau kesana kemari dan bercanda namun masih dapat mengingat.

"bukankah kevin sangat manis? aku jadi merasa bersalah mengusirnya" kata alice sambil sesegukan

"kau benar... dari dulu dia terlihat sangat menggemaskan, dia bahkan tidak terlihat lebih tua dari pada aku hahaha" sambung lea.

"eits kak coba kamu jelaskan maksudmu dengan bertemu pertama kali dengan kakakku"

"hm... apa kamu ingin tau? hahaha" perlahan alice tertunduk lesu seakan tertidur.

"hei kak bangun... ceritakan padaku" lea menggoyangkan badan alice dan sedikit bersender di bahu alice membuat alice sadar kembali

"oiya baiklah jadi begini..."

avataravatar
Next chapter