20 Pelajaran untuk Bams

"hei kevin!!! apa yang kau lakukan!" dean dengan cepat menghamlpiri Kevin yang memeluk alice,

Kevin? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, oh iya apa dia lelaki yang di balik telfon dean waktu itu?.

"hei lepaskan pelukanmu dari kakak!" dean menarik tubuh Kevin sambil melirik bosnya yang sedari tadi kesal seolah siap untuk menghajar Kevin habis-habisan.

"aw.. sakit" Kevin memegang kepalanya yang di pukul dean dengan tiba-tiba.

"hehehe bos Kevin hanya bercanda, kau tau sendirikan dia mempunyai ekspresi datar dan biasanya mengekspresikan perasaanya dengan tindakan" dean mencoba mencairkan suasanan

"iya kan Kevin?!" senyum dean sangat lebar sampai gigi putihnya terlihat dan detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Kevin hanya tertunduk mengangguk, dia sadar perbuatannya mungkin berlebihan.

"maafkan aku kak, aku hanya merasa kasihan dengan apa yang kau alami" jawab Kevin dengan nada datar.

"hahaha tidak apa-apa, aku hanya sedikit terkejut tadi, ternyata benar kau memiliki ekspresi yang sangat datar…" alice mengamati Kevin dengan seksama bahkan sekarang ketika Kevin menangis sedih ekspresinya tidak berubah yang berubah hanya matanya mengeluarkan airmata. Hal ini sangat menggelikan bagi alice dia hampir tertawa melihat ekspresi datar kevin, dan juga alice merasakan pelukan tadi seperti pelukan seorang adik laki-laki yang begitu hangat bukan pelukan dari lelaki dewasa.

"kau sangat manis, aku jadi ingin mencubit pipimu.." senyum alice terlihat gemas dengan tampilan Kevin dia pikir orang di balik telfon itu akan tampak dewasa seperti leon dan dean namun dihadapannya dia seperti lebih muda beberapa tahun dari mereka mungkin jika dean terkenal diantara gadis kuliahan maka kevin pasti terkenal dikalangan gadis pelajar dan leon semua gadis pasti akan menyukainya hahaha pikir alice.

Wajah Kevin masih tetap datar namun kini perlahan memerah mendengar kalimat pujian dari alice.

"ehem" suara dari belakang alice memecah kehangatan, tiba-tiba aura dingin seorang pria merebak di sekitar alice.

"apa aku tidak cukus manis untukmu?" dengan ragu alice melihat kearah belakang punggungnya, dilihatnya wajah leon yang meggelap sedari tadi menahan marah dan sedih. Dia semula sedikit tenang setelah mendengar penjelasan dean namun dengan kata-kata alice yang mengatakan Kevin menggemaskan itu bagaikan tamparan di pipinya.

Apa aku kalah dengan pria computer ini? Pikir Kevin seakan dia dikalahkan oleh pria yang lebih muda dan imut di depan alice.

"eh.. buka begitu maksudku, kau jauh seratus kali lipat lebih manis dan tampan hehehe"

mendengar itu Kevin sedikit sedih dia menghela nafas dalam

kak teganya kau.. barusan kau memujiku kini sudah menjatuhkanku gumam Kevin dalam hati.

" Kevin terlihat menggemaskan sebagai seorang adik laki-laki menurutku, sedangkan kamu em…" alice menghentikan kalimatnya wajahnya tiba-tiba merona merah.

Haruskah aku lanjutkan kalimatku? Bukankah dia sudah tau arti dari yang kumaksud, lagipula kenapa dia harus cemburu dengan Kevin?.

"hahaha baiklah aku sudah tau jawabannya" leon memeluk alice dan menatap Kevin dengan tatapan seorag pemenang seakan dia tau siapa pemenangnya kali ini.

"cih.. bos apa kau tadi cemburu dengan Kevin? Bos walaupun kakak memilih kevinpun kau masih memiliki aku sebagai fans utamamu hahaha" dean mulai menggoda leon.

Leon hanya memutar bolamatanya mendengar dean, seakan ini keseribu kali dean berbicara manis padanya.

"bos ada yang ingin aku bicarakan" ujar Kevin

"baiklah ayo keruanganku, dean tolong ajari alice cara menjadi bartender" kata leon seraya meninggalkan mereka diikuti Kevin.

"baik bos, kak ayo aku akan memberitahumu" menarik lembut tangan alice menuju tempat dean semula berdiri.

"iya"

Sementara itu di ruangan leon.

"bos maafkan aku terlalu emosional, aku teringat akan perkataan kak alice mengenai janji ke tiganya" Kevin tertunduk lesu.

"aw" leon memukul kepala Kevin dengan lembut

"tidak apa-apa, jangan ulangi lagi, dan juga jangan katakan pada siapapun mengenai yang kau dengar malam itu" ucap leon seraya duduk di atas meja kerjanya menghadap Kevin

"apa kau sudah mengerjakan semua yang aku katakan di telfon?"

"ya begitulah, dia seorang manajer yang sering menggelapkan laporan hasil penjualan resto itu, aku juga sudah mencetak nya" Kevin memberikan selembar map berisi semua transaksi kecurangan pak bams.

"aku rasa atasannya belum mengetahui ini, karna pekerjaannya sangat rapi"

"bagus.. ini bisa jadi ancaman untuknya, lagipula aku hanya butuh beberapa bagian tubuhnya" salah satu sudut bibir leon terangkat membuatnya seperti iblis tampan yang menyeringai senang akan rencana jahatnya sebentrar lagi.

"ngomong-ngomong siapa dia bos?"

"cih dia hanya seorang mata keranjang yang sudah menggoda gadisku"

"apa! Dia menggoda kakak, cih tidak akan ku biarkan! Apa aku perlu menggali informasi tentangnya lebih dalam?" Kevin merasa kesal. Jika dia tau ini ada hubungannya dengan alice dia pasti kan menggali informasi ini lebih dalam pikirnya.

"tidak perlu, dia tidak penting. Sebentar lagi akan ada hal yang lebih penting yang kita kerjakan."

"baiklah.." Kevin seakan mengerti maksud bosnya

"sekararang ada yang harus ku kerjakan, jaga alice baik-baik" leon segera meninggalkan ruangan dan mengenakan jaket hitam dan topi hitamnya.

Alice yang sedari tadi mengobrol dengan dean melihat leon pergi berjalan tanpa sepatah kata dan tanpa melihat alice. Kemudian Kevin keluar dari ruangan leon dan menghampiri mereka

"ada apa?" kata dean pada Kevin sembari mengarahkan pandangannya ke tempat leon pergi

"bos ada sedikit urusan" jawab Kevin datar

"urusan apa" Tanya dean lagi yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Kevin.

Dean cemas karna melihat ekspresi alice yang sedih karna tiba-tiba leon pergi tanpa memberitahu alice bahkan tidak melihatnya sedikitpun tadi.

"ah kakak, tidak usah sedih kan masih ada kami… dan inikan hari pertamamu bekerja kau tidak boleh sedih oke" dean tersenyum sambil menghibur alice

"hehehe kamu benar juga.. ayo kita lanjutkan" jawab alice

Kemana sebenarnya leon pergi kenapa dia tidak memberitahuku? Tapi apa hakku untuk tau, dia bahkan bukan pacarmu alice meski dia bilang dia menyukaimu bukan berarti aku bisa tau segalanya. Kau harus sadar diri alice! Sudah bagus leon ingin membantumu,gumam alice

Dilain tempat leon sedang menunggu seseorang di dalam mobil sportnya. Dia terus memperhatikan gang gelap di belakang restoran cepat saji itu. Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, waktu ini seharusnya restoran sudah tutup sejam yang lalu dan para pegawai sudah pulang dan biasanya manajer resto itu akan pulang setelah menghitung pembukuan hari ini. Semua sudah di rencanakan dengan sempurna oleh leon. Dia sudah memprediksikan ini dari siang tadi saat di dalam restoran. Beberapa saat setelah mengamati gang remang yang hanya di sinari lampu jalan ada seorang pria yang melintas, melihat pria itu adalah yang dia tunggu sedari tadi dia segera memasang masker hitam menutupi mukanya dan juga topi hitamnya. Leon keluar dari mobil menghampiri pria itu.

"hei minggir! Kau menghalangi jalanku" teriak kesal pria itu yang lelah seharian karna tidak ada rencana yang berjalan sesuai rencananya.

Leon masih berdiri diam di hadapan pria itu.

"hehe kalau kau tidak menyingkir akan kuhajar kau! Jangan salahkan aku jika kau tidak bisa hidup normal lagi nantinya!" teriak pria itu kesal.

"cih! Benarkah?" leon melepas masker yang menutupi wajahnya.

Pria setengah baya itu terkejut melihat wajah tampan di balik masker itu.

"kau! Kau! Yang tadi siang bersama alice si jalang itu kan!" omongannya terdengar merendahkan

"mau apa kau! Jika kau ingin memberikan alice padaku jangan harap aku akan menerimanya, Aku tidak tertarik lagi dengan wanita pelacur bekasmu itu hahaha…" teriak pak bams dengan santainya

Mendengar itu ekspresi leon mulai berubah, dia bahkan lebih mengerikan dari pada iblis saat ini.

"apa kau bilang? Pelacur? Aku kesini untuk mematahkan tangan kotormu karna telah memeluk gadisku!" dengan cepat bahkan sebelum pak bams merespon perkataan leon dia sudah merasakan tangan kirinya sakit seperti di hantam benda keras

"aaaahhhh!!!!! Tanganku!" pak bams mengerang kesakitan dia tidak percaya hanya dengan satu pukulan iblis tampan di depannya, tangannya bisa mengeluarkan suara seperti benda patah. Dan rasanya sakit sekali sampai ia ingin pingsan. Namun tingkah sombongnya masih melekat seakan tidak ingin kalah dari leon.

"hahaha untuk apa kau membela pelacur seperti dia bahkan aku bisa memberikanmu seratus wanita yang lebih cantik darinya!" jawab pak bams sambil menahan sakit di tangan kirinya yang sudah di pastikan patah itu.

"dasar tidak tau diri! Sudah sakit masih belum menyadari kesalahanmu!" leon memukul tubuh pak bams dengan membabi buta hingga pak bams mengeluarkan darah dari mulutnya dan memar mulai terbentuk di pipinya yang gempal.

"uhuk!" pak bams membatukkan darah yang menghalangi tenggorokannya

"kau kira aku akan diam saja! Aku akan melaporkanmu ke polisi! " jawab pak bams bangga

"hahaha apa kau masih berani melaporkanku setelah melihat ini!" leon melemparkan sebuah amplop berisi kertas-kertas yang dari tadi di tarus dalam jaket hitamnya

Apa ini! Kenapa dia bisa memiliki catatan pembukuan keuangan yang aku korupsi?

"jika kau ingin pekerjaanmu tetap aman maka bersikaplah seperti seekor ayam pengecut dari sekarang haha atau aku bisa membeberkan semua itu pada atasanmu" jawab leon lantang. Sebenarnya jika pak bams tau kalau pria di depannya adalah tuan muda dari xing grup bahkan untuk bicara sombong pada leon mungkin saja dia tidak akan berani. Namun leon tidak ingin masalah sepele seperti ini harus meyeret xing grup. ini belum waktunya pikir leon.

"ba.. baiklah" jawab pak bams gemetar.

"oya… bukankah untuk memeluk seseorang di perlukan dua tangan, aku baru mematahkan satu tanganmu, kurasa masih kurang satu, benarkan!" leon memberikan tatapan ketus sekaligus mengejek, aura di sekitar semakin dingin dia menyeringai senang bersiap mematahkan lengan kanan pak bams

"ampun tolong ampuni aku tuan!aku berjanji tidak akan mengganggu alice lagi!" ucap pak bams sambil berlutut memohon ampun.

"siapa bilang ini untuk alice saja, mulai dari sekarang jangan pernah dekati semua gadis! Atau kau tau akibatnya. Bukan hanya tanganmu yang akan patah berikutnya tapi aku bisa saja menguburmu hidup-hidup!" nada leon terdengar sangat menyeramkan di telingan pria yang bersujud di depannya.

"iii iya saya berjanji!" setelah mendengar perkataan leon seakan malam itu jiwa dan raga pak bams terluka, ia menyadari selama ini bermain main dengan orang yang salah perlahan dia pingsan karna tidak kuat menahan sakit. Leon pergi begitu saja setelah melihat pak bams tak berdaya.

avataravatar
Next chapter