19 Sebuah Pelukan

Waktu berlalu dengan cepat setelah lama berbelanja, leon dan alice ahirnya sampai dirumah.

"ahirnya… belanja sungguh melelahkan! Rasanya aku tidak akan berbelanja lagi selamanya" keluh alice sambil merebahkan tubuhnya di sofa.

"apa? Hahaha aku kira semua wanita suka berbelanja…" leon merebahkan tubuhnya juga ke sofa di samping tubuh alice, kepalanya menyandar dibahu alice,

"hahaha kecuali aku, dari dulu aku tidak terlalu suka berbelanja, bunda yang sangat hobi membelikan aku dan ayah pakaian, bahkan ketika di mall aku dan ayah hanya melihat bunda yang sibuk memilihkan baju, hahahaha saat itu bunda lucu sekali.." tawa alice sambil membayangkan kejadian masa lamu.

"benarkah?" ekspresi leon terlihat tertarik meski kepalanya masih menyender pada bahu alice

"em.. bahkan pernah bunda di buat kesal saat dia meminta pendapat ayah tentang baju mana yang bagus, ayah selalu mengatakan semua bagus hahaha" alice tanpa sadar mulai kembali mengingat masalalunya yang indah, mukanya terlihat ceria dan tulus.

"pasti menyenangkan punya keluarga seperti itu" Tanya leon

"tentu saja.." jawab alice senang, namun dia baru sadar keganjilan perkataan leon.

"hm.. bagaimana dengan keluargamu?" suara alice rendah seakan takut bila pertanyaannya menyinggung leon.

"aku?" leon mencoba mengingat kembali.

"hanya ada ayah dan adik perempuanku" jawab leon dengan nada biasa

"ibu?" Tanya alice lagi

"hm.. ntahlah aku sudah yatim piatu sejak usia 5 tahun, dan papa mengadopsiku dari panti asuhan saat usiaku 10 tahun, lalu 3 tahun kemudian dia mengadopsi lagi seorang anak perempuan yang umurnya sekitar 8 tahun" perkataan leon begitu ke intinya dan nada bicaranya masih santai tanpa beban. Tapi alice yang mendengar itu begitu terkejut, ternyata lelaki ini tidak sempurna seutuhnya. Hati alice merasa bersalah karna bertanya seperti itu. Dia hanya memeluk leon perlahan dan tidak mengatakan apapun.

Kruuukkkkk.. tiba-tiba suara perut alice memecah keheningan.

"eh.. hehehe" alice merasa malu dan canggung.

"haha ayo kita makan, pak li pasti sudah menyediakan makan malam di sana" leon narik tangan alice menuju meja makan.

"benarkah? Apa pak li dan pelayan lainnya selalu datang dan pergi seperti itu?"

"yup, aku tidak terlalu suka keramain jadi aku menyuruh mereka pulang jika tugasnya sudah selesai, lagipula merekakan punya keluarga dirumahnya" jawab leon santai sambil menyantap makan malam. Alice terdiam dalam senyumnya dan memandang leon begitu lama hingga leon menyadari

"ada apa? Apakah ada perkataanku yang salah?"

"tidak… hanya saja lelaki tampan di hadapanku ini begitu baik aku jadi merasa terharu"

"apa?! Hahaha kau orang pertama yang menagatakan hal itu" leon mencubit lembut pipi alice.

"oya ini handphone baru untukmu.." leon mengeluarkan sebuah handphone berwarna dusty pink yang elegan.

"wah… trimakasih, aku akan menghubungi sella dengan ini.. tunggu.." alice merasa ada sesuatu dengan hp barunya. Dia melirik handphone leon di meja, yap model dan serinya sama dengan yang di genggam alice hanya saja warnyanya berbeda.

"apa ini sama dengan punyamu?"

"yup.." jawab leon santai sambil sedikit tersenyum, dari senyum itu mata coklatnya yang indah membentuk bulan sabit yang sangat indah. Membuat jantung alice berdebar kencang dan pipinya merona.

"oke" kami memiliki handphone couple, aku tidak menyangka bahwa leon melakukan seperti ini, pria yang terkadang dingin dan terlihat maskulin bisa bertingkah imut hahaha gumam alice.

"aku sudah menaruh alamat nite bar di handphone itu, kau bisa mengirimnya pada sella"

"iya,…" alice asik mengetik di layar handphonenya dan menaruhnya kembali ke meja. Belum lama terdengar suara sebuah panggilan dari handphone alice

"halo.." jawab alice

"alice ini aku sella, maaf tiba-tiba senior di kampusku menyuruhku mengerjakan beberapa tugas yang belum kami selesaikan untuk tugas kampus, jadi aku tidak bisa mengunjungimu malam ini" nada sella terlihat kesal karna gagal menemui alice hari ini

"oh.. tidak apa-apa, kita bisa bertemu besok malam, bagaimana?" jawab alice

"tentu.. aku janji aku akan menemuimu besok, alice maaf aku harus buru-buru ke kampus sekarang bye" tiba-tiba panggilan berahir tanpa alice bisa menjawab.

Kenapa?" Tanya leon

"dia tidak bisa bertemu malam ini" ekspresi alice sedikit kecewa.

"apa kau kecewa?" Tanya leon lagi

"tidak, aku tau sella sama sibuknya denganku dia harus berjuang demi bisa kuliah dan juga tadi dia ada urusan kampus jadi aku pasti akan mendukungnya juga, kami akan bertemu besok malam" alice kembali tersenyum

"kapan kita akan ke nitebar malam ini?"

"hm.. sekitar jam 9? Bar buka pukul 10 malam" leon melihat jam ditangannya

"sekitar satu jam lagi"

"baiklah aku akan bersiap-siap, aku tidak mau terlambat di hari pertamaku bekerja hehehe" alice meninggalkan leon sendiri di ruang makan. Leon hanya melihat alice sambil tertawa kecil

"halo Kevin" leon melakukan panggilan telfon

"iya bos" jawab Kevin

"aku ada tugas untukmu, cari tau info mengenai manager di restoran xxx dan juga matikan semua kamera cctv disana dan terus awasi dia," aku akan menemuimu di bar nanti dengan hasilnya.

"oke bos"

Leon kemudian menutup telfonnya. Ekspresinya tampak sangat dingin sekilas dia menaikkan sudut bibir kirinya.

Hei tua Bangka tunggu saja sampai nanti malam, kau akan menerima hadiah kecil dariku.

Beberapa menit kemudian leon dan alice menuju nite bar. Alice mengenakan setelan casual dengan atasan putih dan celana coklat begitu juga dengan leon mereka terlihat seperti pekerja biasa namun yang membedakannya setiap yang mereka kenakan seakan menjadi berkelas karna tubuh tinggi keduanya dan juga paras yang tampan dan cantik.

Perjalanan tidak terlalu jauh dari perumahan leon dan juga meleka melewati jembatan yang pernah digunakan alice untuk mengahiri hidupnya. Melewati jembatan itu alice seperti mencari seusatu namun tidak menemukan apa-apa

"apa ada yang kamu cari?" Tanya leon penasaran

"hm.. tidak ada, hanya saja anak kecil yang waktu itu apa dia tidak disini lagi?"

"anak kecil? Ow maksudmu tom?"

"ow namanya tom.."

"iya, dia biasanya ada ketika larut malam"

"hm.. baiklah" alice tertunduk sambil melihat tas belanjaan di pangkuannya. Tas yang berisi pakaian anak-anak yang ia beli tadi di mall ketika mereka berbelanja.

Mungkin nanti aku akan menemimu setelah agak larut gumam alice

"oke kita sudah sampai" leon memecah lamunan alice

Alice melihat di depannya sudah berdiri bagunan bertuliskan nite bar, dia teringat saat dia memasuki bar itu dengan bertelanjang kaki. Ntah apa yang terjadi jika waktu itu dia tidak masuk ke bar ini dan tidak bertemu dengan leon. Mungkin sekarang dia sudah ada di surga pikirnya.

"ayo kita masuk" leon berjalan perlahan dan membukakan pintu untuk alice

"trimakasih" alice tersenyum, terlihat lesung pipinya mencuat dari balik pipi kirinya. Itu membuat leon sedikit terpaku dan gugup.

Alice di sambut dean dari balik meja panjang bar, dean melambai dengan senyuman cerianya, alice membalas senyum dean. Disisi lain ada seorang pria yang belum pernah dilihatnya namun dari pakaiannya sepertinya dia juga bekerja di nite bar, pria itu tampan seperti halnya dean dan leon tapi tak bisa di bandingkan dengan ketampanan leon, rambutnya tergerai panjang sebahu dan lurus hitam berkilau bahkan rambutnya seperti rambut model iklan shampo. Kacamata dengan frame tipis di matanya membuatnya terkesan klasik tetapi dari pertama saat alice memandangnya ekspresi pria itu datar .

Alice bingung harus berbuat apa karna dia tersenyum pada pria itu tapi ekspresi pria itu tetap datar. Perlahan pria itu mendekati alice dan memeluk alice.

"eh!" alice terkejut terdiam dia tidak tau harus berbuat apa. Dean terkejut melihat hal itu apalagi leon yang berdiri tidak jauh di belakang alice, matanya mulai menggelap auranya berubah seakan ingin memukul pria itu.

Ada apa ini? Siapa dia? Kenapa dia memelukku?

avataravatar
Next chapter